19

8.7K 1.1K 40
                                    

Lydran berlari menyusuri jalan, yang dia pikirkan saat ini cara untuk keluar dari tempat ini juga meminta bantuan.

Saat dia tengah berlari, mobil hitam berhenti tidak jauh dari Lydran. Lydran bisa melihat Abdar keluar dari dalam mobil, Lydran bernafas lega saat melihat wajah Abdar.

"Abdar !" Lydran langsung memeluk Abdar erat.

"Syukurlah aku bertemu kamu disini"

"Tuan melarikan diri ?" Tanya Abdar.

"Iya! Aku kabur lewat ventilasi udara .. Ben membantu-"

Deg!
Lydran baru ingat kalau Ben masih ada disana.

Grep!
Lydran meremas lengan baju Abdar.

"Tolong selamatkan Ben! Dia masih disana.. dia terluka! Aku tidak mau teman ku mati, ayo kesana Abdar !"

Abdar menahan tubuh Lydran.
"Mari pulang dulu" ujar Abdar.

"Pulang .. apa maksudnya pulang ?" Tanya Lydran.

"Tuan besar hanya ingin kamu pulang dengan selamat, kalau kita kembali ke sana .. kemungkinan terburuk akan terjadi, lebih baik kamu pulang dulu" ujar Abdar.

"Hei.. aku memberitahu mu, teman ku ada disana !"

"Aku tau, aku hanya memenuhi perintah dari ayah mu"

"Abdar ! Aku tau keselamatan ku lebih penting tapi Ben .. dia disana ! Dia hampir mati, kalau aku pulang.. jarak antara rumah dari sini sangat jauh, kita tidak punya waktu !!" Untuk pertama kalinya Lydran merasa panik, dia tidak mau kehilangan Ben.

Abdar meremas kedua lengan Lydran.
"Maafkan aku tuan muda, tapi membawa mu pulang lebih penting"

"Apa-"

Buk!
Abdar memukul leher belakang Lydran yang membuat Lydran langsung pingsan.

Abdar mengendong Lydran masuk ke dalam mobil, dia langsung tancap gas membawa Lydran pulang.

.
.

"Um.. " Ben membuka matanya pelan, dia bisa melihat ruangan dengan nuansa ungu muda juga putih.

Perlahan dia bangun dari posisi berbaringnya
".. dimana aku ?" Gumam Ben, dia melihat jendela kamar, suasana di luar cukup gelap yang menandakan hari sudah malam.

Krek.

Ben menoleh kearah asal suara, dia bisa melihat seseorang keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bath robe putih.

Dia menatap Ben.
"Kamu sudah sadar" ujarnya berjalan kearah Ben.

"Apa yang-" saat Ben mengangkat tangan kirinya, dia bisa melihat infus terpasang di tangan Ben.

"Kamu hampir mati jadi aku menyelamatkan mu" ujar orang tadi yang ternyata Jovial.

Ben meremas seprei kasur.
"Kenapa kamu menyelamatkan ku ? Harusnya kamu membiarkan aku mati"

Jovial menyalakan pemantik lalu mengambil sebatang rokok, dia berjalan kearah Ben kemudian duduk di dekat pria muda ini.

"Fuuuhh... " Jovial menghembuskan asap rokok tadi tepat di wajah Ben.
" ..aku bukan tipe orang yang suka membunuh hanya untuk bersenang-senang, kamu masih muda dan aku tidak ingin ibu mu menangis saat kamu mati.. jangan takut, aku akan melepaskan mu setelah kamu pulih karena kamu bukan lah target ku" Jovial terlihat meremehkan Ben.

Tanpa pikir panjang, Ben menarik tubuh Jovial yang membuat Jovial mau tidak mau langsung terbaring di bawah Ben.

Dari redupnya lampu kamar, Jovial masih bisa melihat tatapan tajam mata Ben.
"Jangan pernah sesekali kamu membawa ibu ku hanya untuk merendahkan aku ! Kamu tidak tau apapun tentang ku !!"

Deg!
Jovial terkejut melihat Ben marah, hidung Jovial tiba-tiba mencium feromon aneh di sekitarnya.

Grep!
Jovial meremas kerah baju Ben, dia menarik Ben agar lebih dekat dengannya.
"Bau apa ini ? Bukan kah kamu Beta ?" Tanya Jovial.

Push!
Ben langsung mendorong Jovial.
"Aku Beta, aku tidak mencium apapun" jawab Ben tanpa melihat Jovial.

Jovial mengerutkan alisnya.
"Kamu yakin ?" Tanya Jovial dengan tatapan tajam.

.
.

Bersambung ...

(TAMAT) Anak Tunggal Kaya Raya (BL17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang