ǝ u ᴉ u

17 10 0
                                    

"Donghyeon," panggil Riwon pelan.

Donghyeon menoleh."Kenapa?" pemuda itu berhenti melangkah dan menyamakan langkahnya dengan Riwon.

"Bagaimana caramu agar bisa setinggi ini?"

Donghyeon membeo, lalu berpikir sebentar. Dia tidak melakukan hal-hal yang aneh sih. Donghyeon sejak dulu hanya suka berenang dan minum susu.

"Tidak ada rahasianya, kurasa. Kenapa? Kau ingin tinggi juga?" tanya Donghyeon, dan Riwon pun mengangguk.

Selain melangkah sejajar, Donghyeon juga menggenggam erat tangan Riwon. Sudah dia lakukan sejak tadi.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau selalu menggenggam tanganku seerat ini?"

Donghyeon tersentak saat tahu Riwon menyadarinya. Ia cengengesan.

"Aku takut kau hilang."

"Maaf tapi aku tidak seceroboh itu." Riwon berdecak malas.

Tapi Donghyeon tidak menanggapi dan malah semakin erat memegang tangan Riwon.

Keduanya kini sedang berjalan bersama di pinggir pantai setelah selesai memakan kue dan buah-buahan.

Paman Donghyeon meminta mereka untuk tidak langsung pulang. Sekarang, dia sedang menyiapkan makan siang untuk mereka bertiga.

Awalnya, memang Riwon dan Donghyeon bersikeras untuk membantu. Tapi paman Donghyeon juga bersikeras agar mereka tidak repot lagi.

Sudah mengantarkan kue dan buah-buahan itu untuknya saja, pasti sudah repot begitu pikir paman Donghyeon.

Dan berakhirlah mereka disini. Di pantai yang berada di balik bukit kecil tempat dimana gubuk paman Donghyeon berada.

Katanya, tempat ini dekat pemukiman warga. Tapi meski begitu, Donghyeon maupun Riwon tidak melihat warga sekitar disana.

"Po-po, kamu dimana?"

"Po-po???"

Riwon dan Donghyeon menajamkan pandangan masing-masing.

Dari kejauhan, tampak siluet seorang gadis berambut kuncir dua berlarian di bibir pantai sambil berteriak-teriak seperti mencari sesuatu.

"Aku seperti mengenalnya?" gumam Donghyeon.

Dia pun mengajak Riwon untuk mendekati gadis itu. Mereka mendekat, semakin lama siluet dan proporsi tubuh gadis itu tampak jelas.

Dan Donghyeon bukan hanya familiar, tapi dia memang kenal dengan gadis itu.

"Hoy Kyujin!"

Gadis itu menoleh. Benar, dia adalah Kyujin.

Kyujin tersenyum lebar dan melambaikan tangannya dengan heboh pada Donghyeon.

Donghyeon dan Riwon memutuskan untuk berlari menghampiri Kyujin. Sedangkan gadis itu sendiri sudah kembali sibuk mencari-cari sesuatu bernama 'Po-po'.

"Kau sedang apa disini?" tanya Donghyeon saat sudah sampai di depan Kyujin.

Kyujin menoleh,"Aku mencari anjing kecilku, Po-po."

Riwon menaikkan sebelah alisnya."Kenapa kau membiarkan seekor anak anjing bermain di pinggir pantai?"

"Dia anjing laut!"

"Bukannya tadi kau bilang dia anjing kecil?"

"Dia anak anjing laut kecil, haruskah aku memperjelas semuanya padamu?!" Kyujin menatap Riwon kesal.

"E-eh, tidak. Tidak sih.." jawab Donghyeon merasa tak enak.

Kyujin mengerutkan keningnya, begitu pula Riwon. Lalu Kyujin menunjuk pada Riwon.

"Donghyeon, siapa gadis ini?" tanyanya.

Donghyeon pun segera menyahut."Dia Kim Riwon, temanku."

Kyujin menatapnya penuh selidik. Gadis itu pun menggeleng kecil dan beralih kembali menatap Donghyeon.

"Bisa tolong bantu aku? Aku harus menemukan Po-po!" pintanya memelas.

"Oh—itu, aku—"

"Kita tidak punya waktu untuk itu." tukas Riwon tak suka.

Donghyeon menoleh padanya dengan gelagapan."E-eh, Riwon itu—"

Kyujin memicingkan matanya dan menatap Riwon dengan tajam. Begitu pula sebaliknya. Kedua gadis itu saling mengirimkan sinyal permusuhan satu sama lain.

Ada rasa tak suka yang tersalur dari tatapan masing-masing.

"Kenapa kamu jadi mengatur?!"

"Aku tidak mengatur, tapi kami memang tidak punya banyak waktu untuk menuruti permintaanmu yang aneh itu."

Riwon melanjutkan."Lagipula, kau bisa melakukannya sendiri. Ayo Dong—"

Riwon berhenti. Donghyeon justru menjauh dari mereka sambil berteriak 'Po-po' seperti Kyujin tadi.

Kyujin tertawa penuh kemenangan dan berlari berlawanan arah sambil mencari Po-po. Tersisa Riwon yang hanya bisa menghela nafas.

Ia pun berlari ke arah Donghyeon setelahnya.

"Kenapa kau mencari ke sebelah sini?" tanya gadis itu.

Donghyeon berhenti berteriak dan mengendikkan bahunya.

"Aku tidak tau harus mencari kemana, jadi aku hanya berlari kesini." ia menghela nafas dan menggumam kecil."Berharap, mahkluk kecil itu bisa segera ditemukan."

Riwon mengangguk, ia pun akhirnya berteriak bersama Donghyeon mencari Po-po.

Sekitar beberapa menit, mereka terus melakukan itu. Hingga akhirnya Riwon menyerah lebih dulu, dan mendudukkan dirinya pada pasir pantai.

Ia menoleh ke sebelah kanan, lalu ke kembali ke depan. Tapi beberapa detik kemudian ia kembali menoleh ke arah yang sama dan reflek bangkit berdiri.

"Donghyeon, temanmu tidak ada!" serunya menunjuk pada lokasi dimana Kyujin semula berada.

"Ha..?! Apa?—"

Donghyeon tidak menyelesaikan ucapannya, karena terpotong oleh sebuah gulungan ombak raksasa yang hampir saja menyeret tubuhnya kelaut.

"HEI—??! INI TIDAK MASUK AKAL! KENAPA OMBAK-OMBAK ITU SEPERTI MAU MENYERANGKU?!" pekik Donghyeon panik.

"AAAAAAA!!"

Donghyeon mencari asal suara. Dilihatnya Riwon sudah basah kuyup sekujur tubuhnya. Gadis itu menganga tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

"LAUT SIALAN!!" makinya.

Donghyeon berlari pada Riwon, lalu keduanya berlari bersama sambil berteriak saat sebuah ombak besar mengarah pada mereka.

Donghyeon kemudian menarik tangan Riwon dan membawanya untuk menghindari ombak-ombak yang tiba-tiba ganas itu.

"OMBAKNYA ANEH!" teriak Donghyeon. Ia menunjuk pada ombak yang terus mengikuti kemana mereka berdua berlari.

Mengerikannya, saat hendak menghindar dan berbalik arah, dua ombak mengepung sekaligus dari kedua sisinya.

Hingga sebuah ombak raksasa menyapu pantai dan membawa mereka berdua hanyut kelautan tanpa membiarkan keduanya kesempatan untuk berenang kembali ke daratan.


༆ ꪊꪀᦔꫀ𝘳 𝓽ꫝꫀ 𝘴ꫀꪖ༄

Under The Sea[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang