ʇ ɥ ƃ ᴉ ǝ ʎ ʇ ɹ ᴉ ɥ ʇ

8 6 0
                                    

"Untuk sementara waktu, kita seperti ini dulu."

Louis mengumpulkan para demigod dan demimonster yang tersisa. Mereka semua duduk melingkari sebuah api unggun besar di tengah-tengah area camp yang sudah bersih dari sisa-sisa peperangan yang berhasil dihentikan pada petang tadi.

Ya—berterima kasihlah pada tetua Hydra yang datang tidak terlalu terlambat.

Makhluk raksasa itu kini hanya menggunakan penampilan sederhana mereka; satu kepala untuk satu tubuh, mereka diam tepat di belakang tubuh-tubuh kecil yang mengelilingi api unggun.

Sementara dibelakangnya, masih ada puluhan harpy yang terbang untuk memakan bangkai-bangkai monster yang tersisa.

Ya, dengan adanya hydra disana juga menghalangi mereka melihat pemandangan mengerikan seperti acara berebutan yang terjadi antar sesama harpy.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini, Louis?" tanya salah satu teman Louis, demimonster juga.

"Apalagi? Genderang perang sudah ditabuh, esok hari kita hanya harus bersiap untuk melakukan pertempuran yang jauh lebih besar dari ini."

"Ah, aku merasa sudah mati rasa hanya dengan mendengarnya."

"Kita sudah kehilangan banyak orang,"

Beberapa melirik pada tumpukan mayat demigod dan demimonster yang siap untuk di kremasi besok pagi. Mereka semua menghela nafas.

"Lalu tidak akan ada susunan rencana, tuan Louis?" ayah Riwon bertanya, mengikuti pembicaraan.

"Hmmm, ada." jawab Louis.

"Anda tenang saja, tuan Ryus. Aku tidak akan bergerak tanpa rencana, percayakan saja semua padaku. Kalian pun akan menjadi bagian utama dari rencana kami."

"Bagaimana kami bisa percaya pada kalian? Kalian hanya setengah monster, bukan monster murni. Kemungkinan kalian akan mengkhianati dan menusuk kami dari belakang sangatlah besar."

Salah satu demimonster memandang ke arah ibu tiri Riwon tidak suka. Ia segera menjawab,"Bukankah kalian—para monster murni yang sepatutnya dicurigai! Kalian mudah terpengaruh, kalian lebih suka melakukan kecurangan dan menguntungkan kelompok kalian sendiri!"

"Doyum, jangan cari masalah." lerai Louis tajam.

"Jika salah satu dari kalian ada yang berkhianat, maka aku yang akan membantainya sendiri."

Riwon serasa seperti yang paling tua diantara yang paling tua. Perkataannya mengerikan, mengundang perasaan takut dari para demigod yang ada. Terutama yang menyaksikan secara langsung bagaimana gadis itu menelan Euryale tadi siang.

"Atau—pihak yang terkhianati bisa memenggal semua kepalaku."

Donghyeon mendongak menatapnya dan menggelengkan kepala."Tidak boleh begitu." larangnya, kemudian menatap ke sekitar dengan gugup."Aku yakin, tidak ada yang berkhianat diantara kita. Kita semua berkumpul disini dengan satu tujuan, mengalahkan So Junghwan. Kita bisa mempercayai satu sama lain untuk mempertahankan apa yang kita punya, kita akan berhasil dengan itu."

Ni-ki yang duduk disampingnya menepuk pundak Donghyeon lembut, ia merasa bangga. Saat Donghyeon menoleh ke arah teman-temannya, mereka kompak mengangkat dua ibu jari tangan masing-masing.

"Ada yang ingin aku katakan," tiba-tiba Kyujin bersuara. Dia tersenyum saat semua mata memandangnya."Ini tentang So Junghwan. Ada banyak sebenarnya yang ingin kukatakan."

"Apa kami bisa mempercayaimu?" kali ini kecurigaan terjatuh pada si gadis bersurai merah itu.

Kyujin tersenyum lebar sedikit canggung. Mata kucingnya ikut tersenyum.

Under The Sea[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang