u ǝ ǝ ʇ ɥ ƃ ᴉ ǝ

19 8 11
                                    

Air danau bergelombang, beriak-riak dan meninggi dalam hitungan detik lalu meluncur jatuh, menyapu apapun yang ada di jangkauannya.

Termasuk Riwon, Donghyeon dan kedua orangtuanya.

Rumah dan kebun Donghyeon mengalami kerusakan. Pemuda itu panik sambil terus berenang dan menghindari puing-puing pepohonan yang terbawa oleh derasnya arus air.

Tiba-tiba, aneh sekali saat Donghyeon tak melihat Riwon dan monster yang ia lawan dimana pun. Dirinya ketakutan, apalagi Donghyeon tak mendengar ada jawaban atas teriakannya yang memanggil-manggil ibu dan ayahnya juga Riwon.

"AYAAHH!! IBUU!!" Donghyeon kembali berteriak sambil terus berenang.

Air danau yang mencapai daratan tak surut dengan cepat. Terus membuncah hingga hampir mendekati peternakan keluarganya.

"O-oh tidak," gumam Donghyeon panik. Ia berenang hingga ke peternakan dan segera mengunci pintunya. Beberapa domba dan sapi didalam sana membuat suara-suara yang Donghyeon duga adalah ujaran kepanikan.

Tapi Donghyeon pun tak bisa melakukan hal lain selain ini. Dengan air yang masih saja menenggelamkan daratan hingga mencapai jarak beberapa meter, Donghyeon tidak tahu harus apa.

Belum lagi jika banjirnya sampai ke tempat pemukiman penduduk yang lebih ramai.

Masalah bisa jadi semakin besar dari sana.

Pemuda itu bertahan disana, bersandar pada pintu peternakan sambil memandang sekitar. Rumahnya habis terendam air. Matanya kembali memanas.

Donghyeon tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, dia sangat kalut. Ia dilanda kepanikan dan kekhawatiran tapi tak bisa melakukan apa-apa selain menangis untuk hal itu.

"Huks-se-semua salahku-huks," Isak Donghyeon sambil terus menyalahkan diri. Entah dalam hati, atau dengan mulutnya yang tak bisa menahan tangis lagi.

Donghyeon memukul-mukul pintu peternakan dengan keras. Dadanya terasa sesak karena menghadapi kenyataan jika dia tidak memiliki siapapun disini.

Riwon menghilang-begitu pula ayah dan ibunya.

Donghyeon menarik nafas panjang. Ia menatap aliran air yang deras dan berwarna sedikit kecoklatan.

Tiba-tiba, ia gelap mata. Dalam benaknya, terpikir untuk menenggelamkan diri ke dalam air dan membiarkan nyawanya melayang saat itu juga.

Ya-tak hanya sebuah pemikiran. Hal itu pun langsung dilakukan Donghyeon.

Ia menutup matanya dalam air, dan tidak menahan nafas sebagaimana biasanya. Air matanya menyatu dengan air danau, yang kemudian terminum kembali olehnya saat Donghyeon membuka mulut.

Pemuda itu memandang nanar pada sekitarnya. Ada banyak yang bisa dia lihat-termasuk dua ekor hiu yang membuatnya terkejut.

Donghyeon membelalakkan matanya tak percaya.

Hiu?! Di air tawar?!?

Oh sial! Aku lupa kalau danaunya terhubung dengan air laut! Akh, mati aku!!

Tapi kemudian Donghyeon berhenti gemetar. Ia tidak merasa takut-mungkin karena teringat kembali dengan niatannya.

Bukankah ia ingin mati? Dimakan hiu tidak menjadi masalah yang penting akhirnya mati kan?

Donghyeon terkekeh tanpa suara. Ia menunggu kedatangan dua hiu itu, hingga sampai padanya. Donghyeon menghitung detik-detik itu dalam hatinya. Tenggorokannya mendadak kering saat melihat kedua hiu tersebut semakin dekat.

Tak seperti saat ia lihat dari jauh-hiu itu agak aneh dan ternyata sangat besar. Donghyeon menelan ludah sekaligus air danaunya dengan sedikit kesulitan. Rasa gugup menghinggapinya.

Tapi begitu tepat didepan mata, kedua hiu itu berhenti didepan Donghyeon. Benar, ukuran hiu itu dua kali lebih besar dari ukuran tubuhnya.

Kedua hiu itu sepertinya menundukkan kepala didepan Donghyeon, mereka berenang dengan tenang. Jinak sekali tak seperti dalam bayangan Donghyeon.

Kami mendengar panggilanmu, the son of Phorcys

Donghyeon membelalakkan matanya lalu menunjuk wajahnya sendiri.

Tu-tunggu! Kalian bicara? Padaku? Melalui batin?! Oh apa ini namanya?!

"Telepati," Donghyeon menoleh ke belakang. Riwon berenang melambaikan tangannya dan tersenyum padanya.

"Mereka bertelepati padamu." ujar gadis itu, menunjuk dua hiu tadi.

Donghyeon menatap Riwon dan dua hiu itu secara bergantian. Dia masih tak mengerti, ada dalam keadaan seperti apa dirinya.

Kau bisa mendengarnya? Mendengar telepatiku?

Riwon menganggukkan kepalanya."Tapi itu bukan sesuatu yang penting untuk dibahas sekarang, aku bisa menjelaskannya nanti-setelah kita mencari kedua orang tuamu, Donghyeon."

Kini balas Donghyeon yang menganggukkan kepalanya dengan serius. Riwon menoleh pada dua hiu tadi. Matanya dengan intens menatap kedua makhluk air itu.

"Hanya kau yang bisa memberikan mereka perintah, Donghyeon." ucapnya kemudian.

Donghyeon menunjuk dua hiu itu lagi,' perintah macam apa?'

"Entahlah, mungkin seperti-eumh-minta mereka membantumu untuk mencari kedua orangtuamu." sahut Riwon.

Bisa?

"Mungkin,"

Kedua orang itu bersama-sama menatap ikan hiu yang masih berada didepan mereka.

Donghyeon menatap kedua hiu itu bimbang. Dia tidak yakin itu akan bekerja dengan baik sesuai dengan harapannya.

"Donghyeon," panggil Riwon. Donghyeon menoleh dengan cepat."Lebih cepat kau memutuskan, lebih baik. Lagipula, sepertinya hiu-hiu ini adalah kiriman Phorcys, ayahmu." jelas Riwon.

Bisakah aku percaya mereka? Bagaimana kalau mereka...

Riwon menepuk keningnya sambil menahan senyuman.

"Hentikan pemikiran abnormal mu! Cepatlah, Donghyeon. Aku akan mencari ayah dan ibumu lagi." tegas Riwon, tak peduli seberapa banyaknya air yang masuk ke dalam perutnya.

Riwon kembali berenang menjauh, seperti yang ia bilang sebelumnya-Riwon akan mencari kedua orang tua Donghyeon.

Sebagian dari dirinya merasa bersalah, sebab semua ini tak akan terjadi jika Riwon tidak kabur ke sana dan merepotkan keluarga Donghyeon.

Donghyeon menghirup air dengan cepat. Pemuda itu terbatuk-batuk setelahnya. Ia pun memperhatikan kedua hiu di depannya dengan seksama.

Jadi, bisakah kalian menjawabku dan menjamin jika kalian tidak akan memakan manusia-terutama aku dan kedua orang tuaku nanti?

Kedua hiu itu saling tatap, lalu kembali menatap Donghyeon.

Kami bisa menjaminnya, Lee Donghyeon.

Kau tidak perlu memikirkannya.

Donghyeon mempertimbangkannya kembali sebelum menyahut. Jantungnya berdetak kencang, memikirkan semuanya terasa sulit.

Kalau diam pun, tak akan membantu apa-apa.

Baiklah, tolong bantuannya untuk mencari ayah dan ibuku ya!

Tanpa balasan lagi, kedua hiu itu pergi berenang menjauh. Mereka berpencar, mencari ayah dan ibu Donghyeon seperti Riwon.

Aku juga harus mencari ayah dan ibuku!



༆ ꪊꪀᦔꫀ𝘳 𝓽ꫝꫀ 𝘴ꫀꪖ༄

Under The Sea[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang