ǝ ʌ l ǝ ʍ ʇ

19 10 0
                                    

Riwon dan Donghyeon datang ke pondok paman Donghyeon saat hari mulai gelap.

Saat sampai disana, paman Donghyeon menyambut mereka dengan wajah panik dan ketakutan.

Bahkan, ada beberapa orang lain disana selain pamannya.

"Kami bermaksud mencari kalian kelaut jika kalian tidak segera muncul hingga malam." ujar paman Donghyeon.

"Ah itu tidak perlu paman, kan kami sudah kembali sekarang." jawab Donghyeon.

Riwon segera membungkukkan badannya pada warga yang ada disana. Beberapa keheranan, namun tak lama mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Hei Jinhyuk, hubungi kami lagi kalau ada apa-apa ya!"

Paman Donghyeon mengangguk dan mengantar orang-orang itu hingga ke depan pondok.

Saat ia masuk kembali, Donghyeon dan Riwon rupanya sudah menemukan makanan yang tersaji dimeja.

Keduanya memandang makanan yang dimasak oleh paman Donghyeon dengan berbinar.

Seharian tadi berenang membuat keduanya terpaksa mengesampingkan rasa lapar.

Bahkan Riwon, yang sebenarnya bisa memakan ikan di laut.

Paman Donghyeon tersenyum lembut. Ia pun mengajak keduanya untuk makan bersama-sama.

"Setelah makan nanti, akan kuantar kalian pulang ya." tukasnya, dan kedua orang itu mengangguk patuh.

Mereka makan dalam damai. Paman Donghyeon pun sepertinya tidak ingin bertanya-tanya dulu meski ia ingin tahu banyak hal.

Baru lah saat hendak mengantar mereka pulang dengan mobil pick up miliknya, paman Donghyeon bertanya perihal apa yang sebenarnya terjadi siang tadi.

"Aku juga melihat langit gelap, dan sepertinya di laut sedang ada badai. Aku khawatir, tapi aku juga terlalu takut untuk mencari kalian keluar." ujar paman Donghyeon, terdengar merasa bersalah.

Donghyeon mengangguk."Iya, memang terjadi badai paman. Aku dan Riwon tadi mencari tempat perlindungan, dan..hehe kami ketiduran."

Paman Donghyeon mendelik dan menatap mereka tajam.

"Kalian tidak melakukan hal-hal yang aneh kan??"

Sontak, keduanya menggelengkan kepala masing-masing.

Lalu, Riwon melirik Donghyeon dengan sinis.

"Kenapa kau mengarang ceritanya seperti itu?!" protesnya saat menunggu paman Donghyeon mengeluarkan pick up dari garasi rumahnya.

Donghyeon mengendikkan bahunya dengan wajah polos.

"Aku tidak tahu lagi bagaimana berbohong kepada paman. Mengatakan alasan yang terdengar masuk akal kenapa kita baru pulang malam begini."

"Tapi cobalah-cari kata lain selain 'tidur'! Itu-itu ambigu tau!"

"Ya, mau bagaimana lagi sudah terlanjur kan?" Riwon mendengus sebal. Keduanya dikejutkan dengan kehadiran paman Donghyeon yang sudah mengeluarkan mobil pick up nya.

Satu-persatu naik kesana. Riwon dan Donghyeon sendiri lebih memilih duduk dibelakang sedangkan paman Donghyeon mengendarai mobil tentunya.

Selang beberapa menit, mereka berangkat. Dan karena mengendarai mobil, perjalanan pulang kali ini terasa lebih cepat. Hanya satu setengah jam yang kemudian dihabiskan Riwon dan Donghyeon dengan menghitung bintang di langit.

"Nah anak-anak, ayo turun. Kita sudah sampai." seru paman Donghyeon setelah menghentikan laju mobilnya.

Donghyeon pun segera turun, lalu ia juga membantu Riwon.

Mereka langsung berlari ke rumah Donghyeon saat melihat bangunan itu berada tak jauh dari sana.

Paman Donghyeon mengikuti dibelakang.

"Ayah, ibu! Aku pulaaang!" teriak Donghyeon.

"Donghyeon!!" ibu Donghyeon berlari dengan panik keluar rumah.

Ia langsung memeluk putranya saat berada Donghyeon berada tepat di depan wajahnya.

Wanita itu menyusuri wajah Donghyeon dengan tergesa. Matanya menunjukkan kekhawatiran dan ketakutan yang nampak berlebihan.

Tapi Donghyeon tersenyum kecil. Ia tahu ibunya khawatir."Maaf sudah pulang selarut ini bu." ucapnya.

Ibu Donghyeon segera menggeleng.

"Tidak masalah, ibu sangat senang karena kamu pada akhirnya pulang Hyeon." tukas ibu Donghyeon, lalu kembali memeluk anaknya. Ia menangis kecil, dan itu membuat kedua orang lain yang hanya menonton jadi merasa bersalah.

"Riwon," panggil paman Donghyeon.

Riwon menoleh dan memandang lelaki itu."Ada apa paman?"

"Kau yakin baik-baik saja?" tanyanya kemudian. Riwon mengangguk saja."Donghyeon juga tidak mengeluhkan apapun kan?" lalu Riwon kembali mengangguk.

Paman Donghyeon pun menoleh ke depan dan mendekati Donghyeon dengan ibunya yang entah sedang membicarakan apa.

"Kemana Ahyeon, Sin-ah?"

"Itu, entahlah. Beberapa warga desa datang tadi sore dan memintanya untuk ikut dengan mereka. Aku juga tidak tau ada maksud apa dengan itu." balas ibu Donghyeon saat kakak iparnya itu bertanya.

Wanita itu menatap Riwon dan Donghyeon bergantian.

"Ayo kita ke dalam, Donghyeon dan Riwon harus mandi dan mengganti pakaian mereka." ujarnya.

Mereka semua pun masuk ke dalam rumah.

༆ ꪊꪀᦔꫀ𝘳 𝓽ꫝꫀ 𝘴ꫀꪖ༄

Keesokan paginya, Donghyeon terbangun saat pintu kamar tamu yang ditempatinya diketuk dari luar.

Ya, setelah berunding, Donghyeon akhirnya memilih menempati kamar tamu dan membiarkan Riwon yang tidur di kamarnya selama gadis itu berada di sana.

Donghyeon sengaja membuatnya senyaman mungkin saat berada dirumahnya.

Pemuda itu bangkit dari kasurnya dan menguap kecil.

"Iya bu, aku bangun." ujar Donghyeon saat ketukan di pintu itu tak juga menghilang. Bahkan semakin keras apalagi saat Donghyeon hendak membuka pintunya.

Donghyeon menatap pintu itu heran."Ibu kenapa sih??" tanyanya sedikit aneh.

Tapi tak ada jawaban, tadi juga tidak. Lalu tiba-tiba hening. Donghyeon tidak mendengar suara apapun dari luar kamar sehingga ia waspada.

Donghyeon takut itu adalah pencuri yang ingin masuk ke dalam kamar ini.

Karenanya, Donghyeon perlahan mundur menjauh dari pintu. Dan kali ini, ia malah mendengar suara cekikikan dari luar kamarnya.

BRAK!

Pintu terbuka lebar, dan menampilkan sosok menyeramkan yang membuat Donghyeon terkejut dan merasa ketakutan.

Pemuda itu menggigil dan semakin berusaha mundur menjauh.

Sosok compang-camping dengan hanya balutan kain putih itu terkikik lagi. Kali ini ia menunjuk pada Donghyeon dengan renta.

Namun saat Donghyeon merasa yang ditunjuk bukanlah dirinya, pemuda itu segera berbalik.

Petir menyambar, dan seseorang berdiri tegap dibelakang tubuhnya.

Lelaki itu tersenyum miring. Bibirnya pun bergerak, menggumamkan sesuatu tanpa suara.

"I will kill you...!"

Lalu sebuah petir menyambar lagi, dan kali ini Donghyeon benar-benar terbangun.

Under The Sea[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang