u ǝ ǝ ʇ ǝ u ᴉ u

14 9 6
                                    

Donghyeon naik ke permukaan setelah berjam-jam berenang di dalam air. Sayang sekali, pencariannya tidak membuahkan hasil. Dia tidak menemukan ayah atau pun ibunya.

Pemuda itu menarik nafas panjang saat hidungnya merasakan oksigen kembali masuk.

Matanya sudah memerah karena terlalu lama terbuka dalam air. Juga karena ia tidak berhenti menangis sejak memulai kembali pencarian ayah dan ibunya.

Donghyeon menghembuskan nafas berat. Air pun mulai surut, bersamaan dengan cahaya kemerahan yang muncul di ufuk timur.

Matahari sudah akan terbit, tapi airnya masih mencapai permukaan dan setengah rumah Donghyeon masih terendam.

Saat pemuda itu mulai mendekat ke rumahnya, Riwon muncul dari arah lain.

Gadis itu membawa seseorang yang membuat Donghyeon reflek menarik nafas lega.

Donghyeon mempercepat renangnya dan segera menemui Riwon yang kini membaringkan orang yang ia bawa diatas atap rumah Donghyeon.

"Riwon, Ibuku—! syukurlah." Donghyeon menghela nafas lagi.

Ia langsung memeluk ibunya yang basah kuyup. Wanita itu nampaknya sudah berada dalam air cukup lama.

Selain basah, jemarinya juga berkeriput, wajahnya pun terlihat pucat. Bahkan ada bekas luka dibeberapa bagian tubuhnya.

"Ibu...ibu sangat dingin," gumam Donghyeon gemetar.

Pemuda itu langsung menatap Riwon nanar, tapi Riwon sontak menggelengkan kepalanya.

"Apa?! Ibumu belum meninggal Donghyeon!"

Donghyeon menghembuskan nafas, lagi-lagi. Ia mengusap matanya yang mulai berair.

"Kupikir—ah. Itu mengerikan, aku tidak bisa menghadapinya." ujar pemuda itu.

Riwon mengusap rambut ibu Donghyeon perlahan, matanya menatap wanita itu sayu."Ibumu baik-baik saja, Donghyeon."

Kemudian Riwon mengalihkan pandangannya pada Donghyeon.

"Tapi aku belum bisa menemukan ayahmu,"

"Aku paham—ayah juga...pasti baik-baik saja."

Donghyeon mengangguk sekali, mencoba meyakinkan dirinya juga Riwon. Donghyeon kemudian menepuk bahu Riwon dan memberikannya senyuman lembut.

"Jangan berpikir jika ini salahmu—seperti yang kau bilang, kau tinggal disini lebih lama dari kami." ucap Donghyeon.

"Tapi aku membuat masalah, untuk kalian."

Riwon menggigit bibir bawahnya, matanya bergetar.

"Aku ini—memang pembawa sial." rutuknya pada diri sendiri.

Donghyeon buru-buru menggeleng."Tidak ada yang seperti itu, Riwon. Tak ada pembawa sial—atau pembawa keberuntungan, nasib semua orang sudah ditulis oleh tuhan bahkan jauh sebelum orang itu lahir."

"Tapi aku ini bukan manusia, Donghyeon." Donghyeon menipiskan bibir. Ia memijat keningnya perlahan."Tidak, itu tidak..." Donghyeon kehilangan kata-kata.

Yang diucapkan Riwon memang benar. Gadis itu kan, bukan manusia biasa.

"Intinya kan kau dilahirkan."

"Aku keluar dari telur."

Donghyeon terbungkam sekarang. Ia menghela nafas dengan pasrah.

"Terserahlah." balasnya sedikit jengkel.

Riwon terkekeh pelan melihat reaksi Donghyeon. Dia tidak tahu kalau Donghyeon bisa seperti ini saat bersamanya.

Lalu tiba-tiba, Riwon teringat kembali pada ayah Donghyeon.

Under The Sea[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang