"Aku pulang!!"
Donghyeon segera masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan sepatunya sembarangan tanpa membereskannya pada rak sepatu.
Dengan cepat, ia berlari ke arah kamarnya. Saat pintu terbuka, Donghyeon menghela nafas ketika menyaksikan Riwon yang sudah sadarkan diri.
Gadis itu pun nampak terkejut melihatnya.
"Seharian ini aku tidak bicara apapun." kata Riwon, seolah mengetahui kebohongan temannya itu.
Donghyeon pun melangkah mendekat."Baguslah. Tapi apa kau menguping semalaman?" tanyanya.
Riwon menggelengkan kepalanya.
"Aku pikir, lebih baik jika mereka yakin kalau kita tidak saling mengenal."
"Ya, kau benar. Aku juga berpikir begitu."
Donghyeon duduk dikursi disamping kasurnya. Kursi itu diambil dari meja belajarnya semalam.
Dirinya duduk menghadap Riwon, dan memperhatikan gadis itu lamat-lamat.
"Kau terluka parah, apa yang terjadi?"
Riwon mengangkat kedua tangannya dan memperhatikan perban serta plester pada keduanya. Ia menghela nafas.
"Cyclops."
Donghyeon mengerjapkan kedua matanya."Y-ya?"
Riwon balik menatapnya."Makhluk bermata satu itu, kau tau kan? Mereka tiba-tiba muncul dan menyerang kawananku. Tak hanya mereka, ada Kraken dan Chimera juga. Gua tempat kami tinggal, dihancurkan."
Riwon menundukkan kepalanya. Kedua tangannya berpaut dan mengepal. Donghyeon pun turut merasakan perasaan marah itu, meski bukan dirinya yang berada dalam keadaan tersebut.
"Yang kusesali adalah, karena aku tidak bisa membantu apapun." gumamnya.
Donghyeon pun menepuk pundaknya.
"Kau sudah berjuang, aku bisa melihatnya dari luka-luka ini."
"Tidak, aku tidak berjuang. Aku adalah pengecut."
"Jangan seperti ini, Riwon." Donghyeon menatap Riwon dengan sendu.
"Aku tidak paham dengan apa yang terjadi, tapi aku tidak peduli." Riwon mengangkat wajahnya dan memandang ke depan dengan mata yang menajam."Nyawa, harus dibalas nyawa." tukasnya penuh dendam.
"Ya, kau benar!" Donghyeon mendukung dengan semangat yang membara.
"DONGHYEON..?!"
"Itu ibumu,"
Donghyeon mengangguk dan tersenyum lalu berpamitan dengan bisikan."Aku akan kembali," katanya pelan.
Pemuda itu pun segera turun dari kamarnya. Saat sampai di bawah, nampak ibunya tengah mengeluarkan beberapa buah apel dari keranjang kecil yang dibawanya.
"Wah, sudah panen ya bu?" tanya Donghyeon senang.
Ibu Donghyeon pun mengangguk kecil."Bawa ini ke atas, gadis itu tidak mau memakan apapun sejak pagi. Ibu khawatir, dia juga tidak bicara dan hanya memberikan anggukan atau gelengan kepala kalau ibu tanya. Apa kau sudah mencoba berbicara padanya?"
Donghyeon menggigit satu apel terlebih dulu.
"Hmm, padaku juga sama saja. Dia kelihatannya tidak terlalu suka berkomunikasi."
"Ah, begitu ya."
Ibu Donghyeon pun kembali menyuruh Donghyeon untuk segera kembali ke kamarnya dan membawakan Riwon buah apel tadi.
Donghyeon juga disuruh membawakan air minum dan bubur yang sudah disiapkan oleh ibu Riwon.
"Katakan padanya, agar dia makan ini. Ini bisa membuatnya cepat pulih." ujar ibu Donghyeon.
Donghyeon pun kesusahan membawanya seorang diri.
"O-oke," balas pemuda itu hati-hati.
Donghyeon cepat-cepat naik lagi ke kamarnya. Setelah sampai, dia segera mendekati Riwon dan memberikan satu persatu barang yang dibawanya.
"Makan ya? Ibuku bilang, kau harus memakannya karena ini bisa membuatmu pulih." ucap Donghyeon.
Tapi Riwon hanya diam dan menatap apel serta bubur itu. Donghyeon pun berbisik."Kau mulai bisa berbicara sedikit sekarang."
Riwon meliriknya sedikit. Ia menunduk.
"Terimakasih..." lirihnya.
"Tapi aku ingin pulang, aku ingin bertemu ayahku."
Donghyeon terhenyak. Ada perasaan sedih saat Riwon mengatakannya. Dan lagi-lagi Donghyeon merasakan itu. Ia pun duduk dipinggir kasurnya dan menyodorkan sendok bubur itu ke mulut Riwon.
"Kau harus sembuh dulu agar bisa pulang dan menemui ayahmu. Nanti, aku akan mengantarmu jika itu perlu." tukasnya.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Donghyeon saat Riwon mulai mengambil suapan pertama.
"Kim...Riwon."
"Ah, halo Riwon. Aku Lee Donghyeon, dan yang menjagamu sejak pagi adalah ibuku."
Riwon mengangguk kecil. Mereka terus bersandiwara, sementara ibu Donghyeon mendengarkan dari balik pintu kamarnya.
Wanita itu pun pergi setelah memastikan jika Riwon mau memakan buburnya dan beberapa buah apel.
Walau bukan anak yang dikenalnya, tapi melihat Riwon membuat ibu Donghyeon seperti memiliki anak kedua. Lagipula, sejak kedatangan Donghyeon dulu, dia pun ingin sekali bisa melahirkan anak perempuan.
"Kalau kau sudah pulih, bagaimana kalau kita berkeliling nanti?" ajak Donghyeon, tapi Riwon menggelengkan kepalanya.
"Aku mau nonton Spongebob Squarepants. Kau benar, aku ingin menontonnya lagi." ujar Riwon.
Matanya berkaca-kaca."Aku rindu ayah, aku dulu suka menonton kartun itu dengan ayah.." dan tiba-tiba dia menangis.
"Ish! Apa ini?!" serunya kaget dan kesal. Tapi Riwon tidak bisa menyembunyikan tangisnya.
"Gadis bodoh! Berhenti menangis!!" maki Riwon pada diri sendiri.
Donghyeon hanya bisa tertawa melihatnya. Ia pun membawa mangkuk bekas bubur tadi dan turun ke dapur.
"Dia menghabiskannya?"
Donghyeon mengangguk sambil tersenyum manis."Apapun yang ibu masak kan sangat enak, jadi pasti dia menghabiskannya."
Ibu Donghyeon tersenyum mendengarnya. Dia pun mengambil beberapa potong kue dari lemari pendingin.
"Apa kau juga lapar, Hyeon?" tanya wanita itu.
"Tentu saja!"
"Wah, ayah juga lapar."
Ayah Donghyeon muncul dari balik pintu dapur dan mendekati keduanya. Dia langsung mengambil kue yang ada ditangan Donghyeon.
"Ayah!!" rengeknya
Sedangkan ayah Donghyeon tertawa keras. Ia pun mengembalikan potongan kue yang sudah dimakannya pada sang anak. Tapi itu tak membuat Donghyeon senang, ia kembali merengek-rengek karena kue nya tinggal sedikit.
Kedua orang tua Donghyeon sama-sama tertawa melihat tingkah anak semata wayangnya mereka.
Tanpa mereka sadari, Riwon mendengarkan dari tangga sambil tersenyum kecut.
"Andai aku juga punya keluarga seperti ini."
༆ ꪊꪀᦔꫀ𝘳 𝓽ꫝꫀ 𝘴ꫀꪖ༄
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Sea[✓]
Fantasi[ Lengkap! ] Donghyeon adalah seorang half-blood. Namun, dirinya tak tahu keturunan apa dia selain manusia. Donghyeon pun berteman dengan seorang demimonster bernama Riwon. Dari pertemanannya dengan Riwon, akhirnya Donghyeon perlahan-lahan menguak b...