Haloo huhuhu maaf ya sekarang udah jarang up T_T
Author pov
Langit sudah gelap. Matahari telah meninggalkan posisinya, membiarkan bulan menjalankan tugasnya
Mingzu duduk di kursi belajarnya, diam menatap layar ponselnya menatap pesan yang ia dapat tadi siang
Mingzu masih diam, apakah isi pesan ini benar? Atau ini hanyalah sebuah pesan dari orang yang sedang mencoba mengerjainya?
"Gw harus jawab apa?"mingzu
"Kalo gw kasih tau tante? Gimana ya?"mingzu
Mingzu meletakkan ponselnya kemudian menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya
Mingzu kembali diam, apakah pesan ini benar benar dikirimkan oleh orang itu? Reaksi apa yang harus ia berikan sekarang? Senang? Sedih? Marah? Haaah kenapa orang ini tiba tiba muncul
Mingzu beranjak dari posisinya, berjalan menuju pintu kamarnya karena mendengar suara bising yang samar
Mingzu membuka sedikit pintu kamarnya, menatap keadaan luar dari celah kecil yang ia buka. Belakangan ini ia sering melihat dan mendengar tantenya berbicara ketus pada seseorang di telpon
"Saya harus bilang berapa kali?"
"Kalo saya bilang tidak ya tidak"
Sama seperti sebelumnya, lagi lagi sambungan telpon di putus secara sepihak oleh tante mingzu. Mingzu segera menutup pintu kamarnya sebelum tantenya menyadari keberadaannya
Mingzu terdiam, kemudian melirik ponsel miliknya yang ia letakkan di meja. Apakah orang yang menelpon sama dengan orang yang mengirimkannya pesan?
skip
Pagi telah tiba. Mingzu membuka matanya kemudian merubah posisinya menjadi duduk, diam nenatap cahaya samar yang ada dibalik tirai jendela. Diluar masih sedikit gelap, matahari belum menempati posisinya dengan sempurna
Praaang
Suara pecahan piring terdengar jelas di telinga mingzu. Mingzu terdiam, memejamkan matanya dan menutup rapat telinganya dengan kedua tangannya, jantungnya berdebar, tubuhnya mulai gemetar, napasnya tak beraturan
"Ampun bu..."Mingzu
Pintu kamar terbuka, menampakkan tante mingzu yang segera berlari menghampiri mingzu, memeluk mingzu erat
"Ini tante sayang"tante
"Tenang ya"tante
Tante memeluk mingzu erat, memeluk mingzu sambil mengusap punggung dan kepala mingzu, mencoba menenangkannya
"Ini tempat yang aman mingzu, ini tempat yang tenang"tante
Tante masih memeluk mingzu, memeluk mingzu sambil terus mengulangi kata katanya, dan mengusap punggung mingzu
Gemetar tubuh mingzu mulai berhenti, mingzu membuka mata dan telinganya perlahan kemudian mencoba mengatur napasnya
Mingzu melihat ke arah tantenya, butiran air mata mulai keluar dari ujung matanya
"Maaf ya sayang"tante mengusap wajah mingzu
Mingzu masih diam, butiran air mata terus keluar dari ujung matanya. Tidak bisakah kejadian itu berhenti melintas dipikirannya tanpa permisi? Atau bisakah ia benar benar melupakannya?
"Tante..."mingzu
"Aku gak mau kesana"mingzu menggeleng
"Aku gak mau"mingzu dengan suara bergetar
Skip
Xinlong berbaring di kasurnya, diam menatap langit langit kamarnya. Xinlong merubah posisinya menjadi duduk kemudian mengacak rambutnya
"AAAAH"xinlong mengacak rambutnya
Xinlong kembali diam. Firasatnya buruk ia sangat ingin menemui mingzu, memastikan bahwa mingzu baik baik saja, memastikan firasatnya tak benar
Ia sungguh ingin. Tapi mengingat kejadian itu, selalu membuatnya takut untuk mendekati mingzu, ia tak ingin mengulang hal yang sama
Xinlong beranjak dari kasurnya, berjalan menuruni anak tangga menuju pintu rumahnya karna mendengar suara ketukan pintu
Xinlong membuka pintu rumahnya, menampakkan hanna yang berdiri di hadapannya
"Belakangan ini mingzu jadi aneh"hanna
"Lu tau kenapa?"hanna
Nuraga || He Xinlong
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuraga || He Xinlong [COMPLETE ✔]
Romance"Kamu lembaran terpenting dalam ceritaku"xinlong "Kamu tokoh utamanya"xinlong