Author pov
Bel istirahat berbunyi mingzu diam menatap pintu kelas kemudian merapikan alat tulisnya. Hanna ikut diam menatap pintu kelas kemudian melihat ke arah mingzu
"Ge xinlong mana?"hanna
"Biasanya bel baru bunyi dia udah muncul aja di depan"hanna
"Mmm dia lagi sibuk"mingzu
"Ayo ke kantin"mingzu
"Lu gak mau nyusul dia ke perpus? atau kemena gitu?"hanna
Mingzu beranjak dari bangkunya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kelas berjalan meyusuri koridor menuju kantin
Di tengah perjalanan mingzu erpapasan dengan xinlong, xinlong hanya meliriknya sekilas kemudian berpura pura tak melihat mingzu
Mingzu diam menatap punggung xinlong yang mulai hilang dari pandangannya kemudian menghela napas panjang
Mingzu mengembalikan pandangannya ke arah depan kemudian melanjutkan langkahnya
"Zuu tungguin doong"hanna berlari menyusul mingzu
"Lagi ada masalah sama ge xinlong?"hanna
"Enggak, siapa bilang"mingzu berjalan mendahului hanna
"Gw kan cuma nanyaaa"hanna menyusul mingzu
Hanna dan Mingzu sudah berada di kantin duduk berhadapan sambil memakan makanan mereka
"Kok lu diem aja sih? tumben"hanna
"Biasanya telinga gw sampe sakit karna denger lu ngomong"hanna
"Gak papa lagi gak pengen ngomong aja"mingzu
"Zuu?"hanna
"Gw gak papa hannaaa"mingzu
skip
Hujan kembali turun malam ini. Mingzu duduk di kursi belajarnya diam menatap halaman kosong buku yang ada di atas mejanya
Mingzu menghela napas panjang, ia benar benar tak tau apa yang harus ia tulis. ia marah, ia juga sedih, mingzu sangat ingin meluapkannya tapi ia benar benar tak bisa menulis apapun sekarang
Mingzu benar benar tak bisa menulis kalimat buruk apapun tentang xinlong
Mingzu kembali diam kemudian mengacak rambutnya, butiran air mata mulai keluar dari ujung matanya
Pada akhirnya xinlong juga meninggalkannya karena alasan yang sama seperti yang lainnya hanya saja di ungkapkan dengan kata yang berbeda
Semua kalimat yang xinlong ucapkan waktu itu kembali melintas di pikiran dan telinga mingzu. Mingzu mengusap air matanya kemudian menutup kedua telinganya, mencoba membuat semua kata itu berhenti melintas di pikiran dan telinganya
Mingzu masih menutup telinganya, butiran air mata masih terus keluar dari ujung matanya. Rasanya baru kemarin xinlong berjanji membantunya menulis banyak cerita indah
Pintu kamar mingzu terbuka menampakkan tante mingzu yang berjalan masuk ke kamar mingzu. ia diam kemudian menatap mingzu dengan tatapan panik, menghampiri mingzu memeluknya erat
"Kenapa sayang? kamu kenapa nak?tante
Mingzu diam kemudian memeluk tantenya erat, butiran air mata terus keluar dari matanya. Mingzu meregangkan pelukannya kemudian diam menatap tantenya
"Tante..."mingzu dengan suara yang bergetar
"Aku beda ya? enggakkan?"mingzu
"Aku gak bedakan? aku sama kayak yang lain"mingzu
"Aku gak bedakan"mingzu dengan suara bergetar
Mingzu terus mengulangi pertanyaannya, suaranya semakin terdengar tak jelas karna isakan tangisnya
Tante diam menatap mingzu menangkup wajah mingzu kemudian menggeleng, butiran air mata juga mulai keluar dari ujung matanya
"Enggak mingzu, siapa yang bilang kamu beda?"tante
"Kamu sama, kamu sama kayak yang lain"tante
"Kamu bahkan jauh lebih spesial"tante
Mingzu diam, kemudian menggelengkan kepalanya. tidak mingzu tak mau menjadi spesial, ia hanya ingin menjadi sama seperti yang lain
"Aku gak mau jadi spesial tante"mingzu menggeleng
"Aku gak mau"mingzu
"Aku gak mau kayak gini"mingzu
Nuraga || He Xinlong
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuraga || He Xinlong [COMPLETE ✔]
Romance"Kamu lembaran terpenting dalam ceritaku"xinlong "Kamu tokoh utamanya"xinlong