44. Alice Dan Segala Kenangan

6K 382 32
                                    

Happy Reading.

Althair menatap layar EKG yang menunjukkan garis lurus. Lalu menggeleng cepat, ia berjalan pelan menuju istrinya yang sudah tak berdaya.

Matanya berkaca-kaca, lalu ia membelai wajah istrinya. ”A-alice, ini ngga mungkin, kan? K-kamu ninggalin aku sama dede bayi.”

”K-kamu nitipin seorang malaikat kecil di keluarga kita. T-tapi..., Kamu malah pergi.” lirih Althair.

”K-kamu cantik.”

”Kamu j-juga bercahaya.”

”L-lice..., A-aku bawa kabar gembira..., A-aku udah di angkat jadi CEO sama papah... Aku mau jadi suami yang berguna buat kamu. T-tapi, kenapa kamu pergi, Lice.”

”Kenapa secepet ini, Alice.”

Ia langsung menekan tombol darurat. Lalu dokter dan kedua suster masuk ke dalam ruang bersalin tersebut.

Althair keluar dari ruangan itu dengan penampilan acak-acakan. Ia menatap mamahnya yang menggendong putranya, Althair duduk di bangku tunggu.

Anjani mengerutkan keningnya bingung. ”Al, kenapa?” tanya Anjani bingung.

”A-alice..., Mah. Alice..., Pergi.” lirih Althair sambil menatap mamahnya.

Anjani menutup mulutnya tak percaya. ”Al, jangan bercanda! Mamah tau kalo Alice itu wanita yang kuat.” bantah Anjani.

Althair menggeleng sambil terus terisak kecil. ”Mah, aku ngga bisa tanpa Alice.”

Anjani mengusap lengan putranya. ”Mamah bakal bantuin, Nak. Kita urusin bayi kalian ya.” balas Anjani lembut.

Althair mengangguk pasrah. ”Mah, a-aku mau ikut Alice.” cicit Althair.”

”Jangan gila kamu—”

Ceklek

Dokter dan suster keluar dari ruangan itu. Dokter tersebut menghela napas panjang. ”Kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi pasien bernama Alice Calista Nevandra tidak bisa terselamatkan. Jantung pasien sangat lemah, dan pihak rumah sakit akan mengurus jenazah pasien ... Kami mengucapkan turut berduka cita.” jelas Dokter panjang lebar.

Althair menggeleng cepat, lalu menarik tangan mamahnya agar ikut dengan dirinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Althair langsung berlari kecil menuju brankar dimana sang istri menghembuskan nafas terakhirnya setelah melahirkan putra mereka.

Ia langsung membuka kain putih tersebut. Ditatapnya wajah pucat pasi istrinya, ia membelai wajah tersebut, entah mengapa istrinya bertambah cantik berkali kali lipat dengan balutan hijab berwarna kuning yang ia minta beberapa bulan lalu. Wajahnya semakin bercahaya, Althair menangis sambil terus mengusap wajah milik istrinya.

Ia memeluk erat tubuh kaku Alice. ”A-alice, kamu udah kasih aku hadiah terindah..., Tapi bukan ini yang aku inginkan. Kamu jangan tinggalin aku sama bayi kita! Aku ngga bisa tanpa kamu, Alice.” ujar Althair pelan.

”K-kamu pembohong! Mana janji kamu yang ngga bakal ninggalin aku hah!!”

”Mana Alice? Kamu marah sama aku karena dulu pernah di bully sama aku, iya? Kamu masih dendam karena dulu selalu aku kasarin, iya?! Alice bangunnnnnn!!! Aku udah berubah Lice. Aku tau, aku banyak salah sama kamu ... Ini hukuman kamu buat aku, iya? Tega banget kamu, Lice. AKU GAK MAU KEHILANGAN KAMU, ALICE. Buka mata kamu..., K-kalo aku tau, waktu pagi adalah hari terakhir kamu di dunia, aku gak bakal pergi ke kantor! Aku bakal abisin waktu aku sama kamu seharian..., Aku pasti nemenin kamu berjuang demi anak kita..., Aku nyesel Lice. Aku bener bener nyesel!!”

ALTHAIR BAD HUSBAND [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang