Attack

8 3 0
                                    

"ARGH!"

Jihoon meringis cukup nyaring sambil menerka keadaannya saat ini. Mata sipitnya perlahan terbuka. Sebuah pemandangan asing menyambut penglihatannya.

Tidak pernah sekalipun dia melihat pemandangan itu. Maksudnya Jihoon tidak pernah terbangun dengan rimbunnya daun-daun pohon di atas sana. Tidak ada jejak langit sedikit pun yang tertangkap matanya, benar-benar tertutupi oleh pohon.

Selagi matanya tertuju ke atas, kedua tangannya sibuk meraba sekitarnya. Tekstur aneh dan lembab. Tanpa ragu tangannya bergerak ke depan wajahnya untuk memastikan benda apa yang menjadi alasnya berbaring kali ini.

Tanah?

Tubuhnya langsung terlonjak bangun untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah. Tapi sayang, pergerakan tiba-tibanya sukses membuat seluruh tubuhnya sakit.

"ARGH!"

Jihoon bahkan tidak tahu pasti letak sakit pada tubuhnya. Daripada itu, dia memutuskan untuk menatap sekitarnya. Sekelilingnya dikelilingi pohon-pohon tinggi dan rimbun. Sekali lagi, di atas kepalanya daun-daun dari pohon menutupi langit. Juga tanah cokelat yang lembab menjadi alas duduknya. Tidak sepenuhnya tanah karena tepat di tempatnya duduk terdapat rumput hijau.

"Jisoo? Soobin?"

Kepalanya menoleh kanan dan kiri. Dua nama temannya terlintas begitu saja. Sesekali dia meringis karena bergerak tiba-tiba. Untung tidak sia-sia karena beberapa meter di ujung kakinya rambut pink Jisoo cukup mencolok.

"Jis...argh!"

"...Hoon?!"

Agak jauh dari keduanya, rambut ungu Soobin mencuat di antara semak-semak.

"Lo dimana?"

"Sini! Bin!" balas Jihoon yang ingin melambaikan tangannya tapi rasa sakit keburu menjalar.

Untungnya Soobin langsung menoleh dan segera beranjak. Sepertinya pemuda tinggi itu terlihat baik-baik saja walaupun pakaian serba hitam dan sepatunya sudah sangat kotor.

"Badan lo gak sakit?" tanya Jihoon yang terdengar iri.

"Sakit lah, bego!" balas Soobin yang segera berjongkok di depan temannya. "Tapi kayaknya gak semenderita lo sih."

"Muka lo berantakan banget, sumpah!" ucap Jihoon lagi yang menatap horor wajah temannya. Sudahlah luka-luka di wajah itu baru didapatkan beberapa jam yang lalu, sekarang justru bertambah.

"Iya, makasih." Soobin membalas sekenanya sambil menatap sekitarnya. "Ini dimana sih? Gak mungkin kita sampe di Maldives, kan?"

"Gue cukup ingat kita belum sampe bandara." Jihoon kembali menatap sekitarnya dan menemukan tas-tas mereka tergeletak di sembarang tempat. "Mending lo bantuin Jisoo!"

Soobin langsung menoleh ke arah tunjuk temannya dan mendapati teman perempuan mereka terbaring. Jadi tidak menunggu lama, dia langsung mendekati Jisoo.

Gadis itu terlihat sama kacaunya dengan mereka. Lengan kardigan abu-abunya terlihat robek, rambut pinknya berantakan dan tentu saja wajah yang tidak mulus.

"Ji!" panggil Soobin sambil menepuk bahu temannya. "Bangun!"

Untuk beberapa detik, tidak ada tanda-tanda akan terbangun. Jadi Soobin terus memanggilnya berulang kali sampai lenguhan terdengar.

"Bentar, kepala gue pusing." Jisoo berucap tapi dengan mata yang masih terpejam rapat.

"Gimana?" tanya Jihoon yang sedikit berteriak.

"Masih hidup." Soobin mengacungkan jempolnya sambil memungut topi Jisoo dan tas kecil temannya.

Jihoon merasa sakit di tubuhnya agak reda jadi dia memutuskan untuk beranjak. Agak terseok tapi dia tetap mendekati kedua temannya.

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang