Sebuah bulan yang terlahir dalam periode 120 lunar suatu hari di Bulan Biru akan merebut mahkota tertinggi
Gerbang terbuka, bulan akan kembali, deklarasi revolusi siap bergerak
Tiga gelas akhirnya sampai diliarnya rimba
Penjaga bulan sudah menemukan tuannya
Kebenaran bulan akan segera bertemu tuannya
Mahkota tertinggi berada di ujung jarum, pasukan revolusi akan bergerak
Wanita anggun itu menatap marah pada sosok bertudung di depannya. Tidak, dia sedang marah pada seluruh kalimat yang masuk ke telinganya.
"Bukannya kalian sudah menghabisi sang bulan? Bagaimana ramalan ini masih terus berlanjut? Harusnya sang bulan sudah mati."
Pasukan di sekitarnya langsung menundukkan kepala. Hanya satu orang yang bertanggung jawab untuk membuka suara.
"Tapi kami sudah memeriksa seluruh wilayah, Ratu. Tidak ada perempuan yang memiliki usia seperti sang bulan."
"DIAM!" bentak wanita itu dengan penuh amarah. "Kirim pasukan ke perbatasan. Bunuh siapa saja yang kalian temui. Aku yakin anak-anak yang masih hidup itu bersiap untuk menyerang kerajaan. Periksa siapa saja yang keluar-masuk gerbang."
"Siap, Ratu!"
Seluruh pasukan langsung membubarkan diri, meninggalkan sang ratu dengan si peramal.
"Ratu," panggil sosok bertudung itu dengan lembut, "ada satu hal yang belum hamba sampaikan."
"Apa itu?" tanya si ratu dengan nada yang agak tenang.
Sosok itu menundukkan kepalanya.
Putra mahkota yang terbuang bertemu kematian di antara tiga gelas
Wanita itu mengerang marah. "Apa kamu tahu siapa ketiga gelas ini?"
"Maaf, Ratu, hamba hanya tidak bisa menafsirkan ramalan yang hamba lihat. Tapi hamba yakin satu hal, sang bulan adalah salah satu dari gelas tersebut."
"Kamu boleh pergi!"
"Baik, Ratu."
Sang peramal berbalik, berjalan keluar pintu yang sudah dibukakan para pelayan. Setelah pintu kembali ditutup, sang peramal langsung mengangkat kepalanya.
Sorot biru di matanya berubah menjadi cokelat yang tenang. Bibirnya yang selalu memasang senyum bersalah berubah menjadi senyum simpul. Wajahnya yang mirip wanita tua juga berubah sepenuhnya.
Jarinya dijentikan, mengubah seluruh penampilan bertudungnya menjadi seorang pemuda biasa. Kulit pucatnya mengenakan pakaian khas rakyat kerajaan. Kepalanya masih mengenakan tudung yang sudah berubah warna. Wajahnya ditutupi penutup wajah. Hanya matanya saja yang terlihat.
"Mereka gak bisa ditangkap semudah itu. Semuanya bakal berjalan sesuai dengan rencana gue."
Satu hentakan kaki membuat tubuhnya melebur menjadi angin, menghilang entah kemana.
~Blue Moon~
Jisoo sadar tengah malam tadi, tepat saat Jihoon baru saja masuk untuk memeriksa keadaannya dan Jade yang masih betah disana. Agak lama gadis itu menyesuaikan diri, mengingat apa saja yang terjadi sebelumnya. Tapi satu yang pasti, tubuhnya terasa ringan begitu bangun.
Walaupun dilarang Jihoon untuk melakukan apa-apa, gadis itu tetap menonton bagaimana temannya itu berdebat dengan Jade. Bahkan temannya menjadi juru bicaranya dengan Jade.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON [COMPLETED]
FanfictionRencana kabur keluar negeri malah membuat mereka terdampar di sebuah negeri asing. Created : March 20th, 2022