The war begins

1 1 0
                                    

Akhirnya tiba, hari dimana para pemberontak kerajaan berkumpul untuk menyerang kerajaan dari segala arah. Sampai detik ini tidak ada masalah dengan rencana mereka. Sejak pagi tadi juga, kelompok-kelompok kecil mereka berhasil memasuki distrik atas dan tiba di perbatasan pusat kerajaan. Hanya tinggal menunggu waktu sampai penyerangan dimulai.

Baik Jisoo, Jihoon dan Soobin sampai curiga. Semua pergerakan mereka terlalu mulus tapi ketiganya tidak mau menjatuhkan ekspektasi semua orang. Terlalu mencurigakan sampai rasanya bukan seperti yang mereka pikirkan.

"Ini tanda tenang sebelum badai gak sih?" ucap Soobin dengan hati-hati. "Penjaga gerbang juga minim banget kayak sengaja gitu walaupun yang lain terus bilang kalo abis bulan biru, kesempatan mereka makin bagus."

Posisi kuda yang berdempetan membuat ketiganya lebih mudah untuk saling berbisik. Soobin juga sudah diberi kuda sendiri oleh Yeonjun setelah meyakinkan jika dia bisa melakukannya. Terima kasih kepada Jihoon yang sudah 'berbicara' pada kuda cokelat ini.

"Lo gak ada denger suara-suara yang aneh?" tanya Jisoo seraya menggulung telapak tangannya dengan sebuah kain.

"Sejauh ini gak." Soobin menatap ke arah gerbang masuk ke kerajaan yang terbuka lebar. "Dan malah bikin gue makin curiga."

Jihoon yang berada di tengah-tengah langsung memeriksa wajah kedua temannya, memastikan jika mereka sudah mengenakan penutup wajah dengan baik. Maklum saja, wajah mereka memiliki masalah tersendiri. Belum lagi warna rambut mereka yang sangat mencolok.

Makanya selain menutupi pakaian dan kepala, mereka juga harus mengenakan penutup wajah dari kain yang hanya menampilkan sepasang mata mereka. Kecuali Jisoo. Mata kirinya harus ditutup karena sempat terluka saat latihan ringan tengah malam tadi.

"Sebenernya gue khawatir sama Lo sih, Bin." Gadis itu menuding ke bawah dengan matanya. Secara tidak langsung pada Soobin yang mengenakan snickers putihnya. "Untung aja pas mau ke Maldives kemarin Jihoon ngajakin gue pake sepatu bot tentara gitu. Jadi cocoklah kalo dipake buat perang hari ini."

"Anjir, masih kesel gue kalo inget kejadian itu." Soobin berucap kesal seraya membuang muka. "Lagian siapa sih yang bakal kepikiran kita bakal ikutan perang?! Otak gue cuma tersusun buat ngapain aja selama kita ke Maldives, bukan mikirin strategi perang. Giliran udah hampir tahu cara balik, gue malah gak yakin nyawa gue bakal selamat abis ini."

"Tenang aja," ucap Jihoon seraya menepuk bahu temannya itu, "nyawa Lo ditanggung Jisoo kok."

"Kalo Lo mati, gue boleh ngeklaim asuransi Lo kan, Bin?" tambah Jisoo dengan nada mengejeknya.

"Diem deh yang udah pernah mati!"

Tiba-tiba saja Minho menghentikan kudanya di sebelah Jisoo, membuat dua teman gadis itu langsung menatap ke arahnya.

"Kita akan masuk sebentar lagi." Pemuda itu berucap dengan pelan.

Tiga kepala yang mendengarnya hanya menoleh sekilas ke belakang, dimana Yeonjun dan yang lain sudah selesai membahas strategi. Mereka juga harusnya ikut tapi lebih memilih berjaga saja.

"Soobin!" panggil Minho dan sukses membuat pemilik nama tersentak. "Saat masuk nanti, kamu bisa bantu Hyunsuk, kan?"

"Bantu apa?"

"Antar dia ke ruang bawah tanah kerajaan untuk bertemu seseorang." Minho menjawab dengan tatapan hangat, tidak perlu tahu jika dia sedang tersenyum.

"Duh, gue gak bisa berantem." Soobin menolak secara tidak langsung. "Kenapa gak Jihoon?"

"Jihoon akan punya tanggung jawab sendiri." Minho melirik Jisoo yang diam-diam tengah menatapnya dengan penuh tuntutan. "Lagipula kalian akan kesana dengan bantuan seseorang setelah semuanya sedikit kondusif."

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang