Beautiful night

6 2 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu. Pernikahan Seungcheol dan Jeonghan diadakan selama satu minggu berturut. Puncak acaranya dilakukan pada hari terakhir, bersamaan dengan penyerahan tahta dari Jisoo ke Seungcheol secara resmi.

Gadis yang biasanya hanya mengenakan pakaian kasual, kini tampil menawan dengan dress putih selutut. Anggun dan cantik adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan penampilannya saat ini. Bahkan tamu-tamu dari kerajaan lain tampak terpukau.

Rambutnya juga kembali diwarnai menjadi warna pastel dengan hiasan sederhana hasil karya tangan asisten pribadi ibunya. Sangat sempurna, sampai sebagian besar dari tamu undangan melupakan sejenak kepribadian kasar gadis itu.

Tapi tetap saja, Heo Jisoo selalu berhasil membuat jatuh ekspektasi orang lain. Bagi orang-orang Brighttown, tidak masalah apapun yang dikenakan gadis itu. Namun bagi kedua orang tua dan teman-temannya justru sangat bermasalah.

Yang jadi masalah adalah Jisoo mengenakan snickers putih untuk alas kakinya dan itu benar-benar merusak keanggunan yang ada. Mamanya bahkan sudah mencak-mencak di tempat.

Sudah setengah jalan, jadi mau tidak mau hanya bisa dibiarkan begitu saja. Lagipula percuma. Jisoo sudah berdiri di depan Seungcheol dan disaksikan ribuan orang yang berkumpul di depan kerajaan.

"Dengan ini," ucap Jisoo dengan lantang seraya mengangkat pedangnya ke atas, "aku, Heo Jisoo, keturunan terpilih Raja Pertama Brighttown akan menyerahkan kekuasaan kerajaan sepenuhnya kepada Choi Seungcheol. Dia dan orang-orang terpilih akan menjunjung tinggi Negeri Brighttown."

Pedang itu berpendar, mengeluarkan cahaya biru pucat pada setiap sisinya. Pada ujung mata pedang, cahaya berkumpul dan membentuk sebuah tali yang bergerak ke arah Seungcheol lalu mengelilingi seluruh tubuh pemuda itu dari bawah ke atas. Kemudian sampai akhirnya membentuk sebuah mahkota dari cahaya dan berubah menjadi mahkota yang seutuhnya terbuat dari emas.

Jisoo masih melanjutkan pidatonya saat fokus Jihoon tertuju pada seekor kuda yang muncul dari dalam istana. Jade sedang berdiri gagah disana dan menyendiri. Mereka saling bertatapan sampai kuda itu menggeleng rusuh dan Jihoon tertawa.

"Kenapa?" tanya Hyunsuk.

"Jade berpikir Jisoo akan menikah dengan Seungcheol." Jihoon menunjuk Jade yang sudah menundukkan kepalanya. "Dia sedang marah."

Hyunsuk ikut menatap ke arah kuda hitam itu lalu tertawa. "Aku jadi memikirkan ucapan Yeosang. Bagaimana jika ternyata Jade benar-benar seorang manusia?"

"Ini bukan novel fantasi." Jihoon menjawab malas.

"Ya, tapi kalian juga menyebut ini fantasi, kan?"

Ah, Jihoon akhir-akhir ini malas berdebat dengan Hyunsuk. Pemuda itu terlalu banyak bergaul dengan ayahnya sampai bisa memutar ucapannya.

Penyerahan kekuasaan sudah berakhir, Jisoo dan kedua temannya langsung memisahkan diri ke atap. Oh, bersama Minho yang sudah membawa sekotak wine bawaan Soobin.

"Gue ngambil percepatan." Jihoon membuka pembicaraan setelah menuangkan wine ke gelas mereka. "Jadi semester depan gue udah mulai bikin proposal."

"Oh, gue juga!" sahut Soobin dengan semangat.

Jisoo melirik Minho yang hanya duduk di pinggir atap, seperti biasa. "Lo?"

"Double degree."

Kali ini Jihoon dan Soobin langsung mengalihkan perhatian mereka ke yang lebih tua. Keduanya terlihat terkejut.

"Lo double degree apaan selain jadi penyihir?" tanya Soobin.

"Kuliah lah!" balas Minho dengan sinis. "Ada dua jurusan yang menarik."

"Udah siap stress Lo?" tanya Jihoon.

"Loh, temen Lo berdua aja bisa, apalagi gue?"

Jisoo kini menjadi perhatian tapi gadis itu tengah mencicipi wine di depannya. Tidak terlalu hirau dengan perhatian tiga orang disana.

"Lo double degree?"

Jisoo mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Awal semester kemarin." Jisoo menumpahkan wine di gelasnya ke gelas Soobin. "Barengan sama Kak Minho."

"Biar apa Lo gak ngomong ke kita?" sahut Soobin yang sudah siap menjambak rambut gadis itu.

"Biar gapapa sih."

Kemudian hening. Masing-masing sibuk menikmati wine mereka, kecuali Jisoo yang mengubah minuman miliknya menjadi sebotol minuman bersoda.

"Berarti selain Soobin, Lo berdua bakal stay disana?" tanya Minho seraya mendekati tiga orang yang duduk melantai.

Soobin menatap gelasnya yang sudah kosong lalu menunjuk tiga orang disana satu persatu. "Aturannya Lo bertiga yang stay disini. Secara Lo bertiga asli dari sini."

"Itu cuma cerita lama." Jihoon mengibaskan tangannya. "Gue juga udah lahir disana."

Sekitar satu tahun yang lalu, Jihoon meminta bantuan Yeosang untuk menyelidiki asal-usulnya sebagai seorang elf. Tentang bagaimana kaumnya bisa berada di dunia yang berbeda.

Setelah ditelurusi, ternyata tidak hanya satu elf yang keluar dari Brighttown. Tapi beberapa kelompok. Mereka hidup berkelompok di sebuah kota sampai membuat beberapa keturunan hingga akhirnya yang tersisa hanya orang tua Jihoon. Kaum elf yang lain tewas karena kebakaran besar.

Iya, orang tua Jihoon elf murni yang artinya Jihoon sendiri juga tidak memiliki darah manusia. Tapi karena terlalu lama beradaptasi sebagai manusia, kaum elf mulai tidak mengenali diri mereka. Itu juga yang menjadi alasan kenapa orang tua Jihoon biasa saja sedangkan Jihoon dapat berubah sepenuhnya menjadi elf.

Ditambah lagi, kembali ke Brighttown membuat seluruh kekuatannya bangkit. Brighttown memicu sisi elfnya untuk muncul. Pada akhirnya Jihoon hanya menyimpan rahasia itu sendirian. Orang tuanya juga terlihat tidak peduli. Lagipula sudah bertahun mereka tidak bertemu.

"Tapi mau gimana pun," ucap Jisoo yang sudah menyandarkan dirinya ke Minho, "udah jadi keputusan masing-masing sih."

Soobin menunjuk Minho, "penyihir murni", lalu menunjuk Jihoon, "elf murni", beralih pada Jisoo, "setengah penyihir" dan berakhir pada dirinya sendiri "dan gue yang masih manusia seutuhnya."

"Bukan lintas negara lagi ya, Bin?" ejek Minho begitu menyadari ekspresi jengkel pemuda itu. "Tapi udah lintas makhluk."

"Mau gimana pun," ucap Jisoo seraya mengulurkan botol minumannya, "dimana pun Lo semua berada, kita masih bisa sama-sama."

Jihoon ikut mengulurkan gelasnya. "Gak, emang gak ada yang bisa misahin kita."

"Cheers?" tawar Soobin yang juga mengulurkan gelasnya.

"Cheers!"

Malam yang indah bersamaan dengan langit malam ditaburi warna-warni kembang api. Pemandangan yang menutup malam mereka dan menjadi halaman baru lagi untuk perjalanan mereka.

~Blue Moon~

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang