Dark story of the kingdom

2 1 0
                                    

Soobin dan Hyunsuk benar-benar tidak ikut menyusun senjata ke gudang. Keduanya memilih membawa tiga kuda tadi ke kandang kuda daripada menyentuh benda-benda berbahaya.

Sedangkan Yeonjun masih kagum pada dua orang beda rambut itu. Jisoo dan Jihoon sama sekali tidak ada takutnya. Mereka bahkan tidak segan meneror Younghoon dengan beragam pertanyaan tentang persenjataan yang ada.

Belum lagi reaksi mereka saat gudang sejata terbuka. Dua orang yang tidak kenal lelah itu malah semakin semangat.

"Mereka sepertinya sangat tergila-gila pada senjata." Younghoon berucap.

Yeonjun mengangguk pelan. "Mereka punya kemampuan fisik dan penggunaan senjata yang bagus."

"Iya?"

"Jisoo ahli menggunakan pedang atau pun pisau. Bekal berkudanya sangat bagus. Bela dirinya juga. Dia juga berhasil menjinakkan kuda hitam kita."

"Maksudmu si pembuat onar itu?" tanya Younghoon yang tidak percaya. "Bagaimana mungkin?"

"Aku juga tidak tahu." Yeonjun mengalihkan pandangannya pada Jihoon yang sedang mengikat tali sepatu. "Jihoon juga. Bukan menjinakkan tapi dia bisa berbicara dengan Jade."

"Jade?"

"Nama pemberian Jisoo pada kuda hitam itu."

"Wow. Bahkan dulu aku sampai patah tangan karena memberinya nama."

Yeonjun tertawa pelan. "Kemampuan mereka berdua benar-benar bagus. Aku sempat berpikir untuk ikut membawa mereka. Walaupun Jisoo sangat lemah di memanah."

"Tapi dia sudah setara dengan orang-orang kita." Younghoon melipat kedua tangannya di depan dada. "Bahkan kamu sampai mengakui mereka."

"Ya, aku sangat mengakui. Tapi aku takut melibatkan mereka."

"Kalian belum membicarakan apapun?"

"Mereka hanya tahu kita memiliki dendam pada kerajaan. Aku belum menceritakan semuanya. Termasuk tentang Hyunsuk."

"Kenapa?"

"Karena aku takut saja mereka terluka, terutama Soobin yang tidak memiliki kemampuan bertarung."

"Oh, mirip seperti Chanhee?"

"Tapi Chanhee masih bisa melukai lawan. Soobin," ucap Yeonjun menggantung dan kembali teringat saat Soobin tidak ragu menekankan pedang pada lehernya, "intinya aku tidak mau dia terluka."

"Ya sudah, kamu satukan saja dia dengan Hyunsuk. Hyunsuk juga tidak mungkin kita simpan ke garis depan."

Beda dengan percakapan dua pemuda tinggi itu, dua orang lain yang berdiri di depan pintu hanya diam saja. Tidak melakukan apapun.

"Jadi kamu sudah disini sepenuhnya?"

Minho menatap telapak tangannya yang pucat. "Ya, beberapa waktu sebelum masuk gudang."

"Aku iri dengan manusia abadi sepertimu." Yeosang menyandarkan punggungnya lalu menghela nafas. "Kalian tidak perlu khawatir untuk terbunuh."

"Hidup abadi bukan sesuatu yang menyenangkan. Percayalah." Minho memperhatikan Jisoo yang sudah duduk di lantai sambil menyusun beberapa bilah pedang. "Tapi aku pernah mati sekali."

"Bukan di dunia ini, kan?"

Minho mengangguk santai. "Bukannya kamu setengah abadi?"

Yeosang menggulung lengan bajunya lalu tertawa pelan. Banyak bekas luka di kulit putih itu.

"Ya, menjadi abadi tidak selalu menyenangkan. Kamu masih bisa merasakan luka dan sekarat tapi tidak mati. Menyebalkan."

"Seseorang hampir mati saat tiba di dunia ini." Minho memandangi Jihoon lalu beralih pada Jisoo. "Dan seseorang akan mati disini."

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang