Fall down

2 1 0
                                    

Yeonjun menata bawaan mereka ke kuda. Tidak banyak yang bisa mereka bawa dari distrik. Setelahnya, dia sedikit berbalik untuk melihat Jisoo yang sudah menarik kuda untuk keluar.

Jujur saja, banyak hal yang dia kagumi dari gadis berambut pink itu. Tentang bagaimana Jisoo mempelajari semuanya dengan mudah, kemampuan fisik yang tidak main-main, juga kemampuannya mengendarai kuda dan masih banyak lagi.

Sebenarnya Yeonjun juga mengakui dua orang lainnya tapi terlalu gengsi untuk mengaku. Sejak awal dia sudah tidak suka pada kedatangan ketiganya tapi faktanya tiga orang itu tidak terlalu buruk. Dan dia juga meragukan hubungannya dengan pemuda yang bernama Soobin.

Soal Jisoo, Yeonjun buru-buru menarik kudanya keluar dari rumah rusak itu. Sejak tadi gadis itu tidak banyak bicara jadi membuatnya sedikit khawatir. Memang Jisoo tidak terlihat sakit seperti kemarin tapi tatapan terlihat sayup.

Sepanjang jalan kembali juga dia tidak mendengar komentar gadis itu. Padahal saat pergi tadi, Jisoo sibuk mengatakan banyak hal dan mengambil gambar dengan benda yang bernama kamera. Tapi Yeonjun tidak bisa lagi melihat benda berwarna hitam itu.

"Tidak ada yang mau dituju lagi, kan?"

Suara pertama yang Yeonjun dengan setelah berjam-jam lamanya.

"Tidak."

Jisoo mengangguk sambil mengusap kuda putih yang dikendarainya dan tidak ada jawaban lagi.

Yeonjun malah terlihat kecewa jadi dia berusaha untuk membuka pembicaraan walaupun itu sama sekali bukan kemampuannya.

"Masih ingatkan, rute pulang berbeda dengan rute pergi?"

"Iya?" balas Jisoo yang terlihat bingung.

"Kamu tidak dengar, ya?" ulang Yeonjun yang berusaha terlihat kesal. "Padahal aku sudah mengatakannya sebelum pulang tadi."

"Maaf, aku tidak dengar."

Yeonjun menghela nafas dan menarik kudanya agar bisa jalan beriringan. "Ayo!"

Jisoo melakukan hal yang sama. Dia berjalan tepat di sebelah kanan Yeonjun dengan pandangan lurus. Sebisa mungkin tidak sampai melamun.

"Ingin menceritakan sesuatu?" ucap Yeonjun tanpa melihat.

"Menceritakan apa?"

"Apa saja. Kesan pertamamu saat pergi ke distrik menengah."

"Distrik Bescheiden?"

"Artinya menengah. Itu salah satu kata-kata kuno kerajaan."

Kening Jisoo semakin berkerut. Dia berusaha mengingat-ingat nama lima distrik yang terbagi di wilayah kerajaan ini. Penggunaan kata-kata yang sangat asing membuat Jisoo sempat berpikir jika nama-nama distrik itu terlihat baik-baik saja.

"Jika ada distrik menengah, artinya ada distrik atas dan bawah, kan?"

Ini salah satu hal yang Yeonjun suka dari Jisoo. Tidak perlu menjelaskan semuanya dengan detail karena gadis itu pintar mengira-ngira semuanya dengan tepat.

"Benar."

Jisoo menatap sekitarnya. Mereka sedang berjalan di salah satu bagian pendesaan yang sepertinya tidak banyak ditinggali. Banyak rumah yang sudah nyaris ambruk. Hanya ada beberapa orang yang terlihat bertahan disana dengan rumah yang masih dalam keadaan utuh.

"Ini Distrik Niedrig, artinya rendah. Kebanyakan pedagang di distrik menengah berasal dari desa-desa di distrik ini. Mereka diperkerjakan sebagai petani, nelayan dan semuanya."

"Ini jenis perbudakan, kan?"

"Tidak juga. Ada beberapa desa di distrik ini yang masih bisa hidup layak tapi kebanyakan berada di seberang lainnya."

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang