And sweet

6 2 0
                                        

Jisoo membawa satu piring penuh makanan yang baru saja dibuatnya. Setelah mereka memutuskan untuk ikut mengambil bagian di rumah ini, ketiganya diperbolehkan mengakses dapur. Tentu saja hanya Jisoo dan Jihoon. Soobin? Lebih baik singkirkan dia sejauh mungkin jika ingin keadaan dapur baik-baik saja.

"Wah, nasi goreng!" seru Soobin yang sudah mengangkat sendoknya.

Ketiganya juga sangat bersyukur karena orang-orang disini menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya. Ditambah lagi ternyata bahan makanan disini sama seperti bahan makanan yang biasa mereka temukan.

"Lo udah nyisain buat mereka?" tanya Jihoon sambil merapat ke meja.

Jisoo meletakkan piring itu ke tengah meja lalu duduk ke lantai. "Udah. Gue gak tahu sih mereka bakal suka atau gak."

"Makanan lo tuh gak mungkin gak enak." Soobin berucap seraya menyuap makan malam mereka.

Berhubung Jihoon tidak mengenakan atasan jadi Jisoo memanfaatkan kesempatan itu untuk melihat luka temannya.

"Gak berdarah lagi, kan?"

Jihoon melihat lukanya yang ditutupi perban. "Gak sih. Sakitnya juga udah gak terasa."

Tapi Jisoo justru memincingkan matanya.

"Dan bukan berarti gue bakal biarin lo ngikut latihan fisik yang diadain Yeonjun."

"Iya-iya." Jihoon langsung menyuap makanannya dengan malas. "Lagian juga lukanya kecil kok."

"Kecil tapi darah yang keluar sukses bikin lo collapse." Jisoo ikut menyuap makanannya sambil melirik Soobin. "Terus juga muka lo kenapa tiba-tiba kek orang susah?"

Soobin meletakkan sendoknya dan sukses membuat dua orang disana merinding. Jika Soobin sampai menunda makan, artinya masalahnya cukup serius dan mereka harus memperhatikan dengan benar-benar.

"Gue tadi sempet nanya mereka soal alasan mereka tinggal di hutan."

"O...okay. Terus?" sambung Jisoo dengan hati-hati.

"Gini ya," ucap Soobin yang mengangkat kepalanya dengan percaya diri, "gue dasarnya emang gak pinter kayak kalian tapi bukan berarti gue gak peka sama ekspresi mereka."

"Akhirnya nyadar kalo lo bego." Jihoon menyahut dengan tenangnya.

"Gue gak bego ya! Cuma kurang pinter aja!" protes Soobin tidak terima.

"Iya-iya. Lanjut dulu! Masalahnya dimana?" tanya Jisoo yang berusaha membuat kedua temannya fokus.

"Masalahnya pas gue nanya gitu, ekspresi mereka langsung berubah. Udah gitu mereka langsung ngalihin topik dan pura-pura sibuk."

"Emang sibuk kali." Jihoon kembali menyahut.

"Ish, diem lo!"

Jisoo menopang dagunya dengan kedua tangan. "Lagian yang lebih bikin gue bingung dari awal itu, kok mereka selalu latihan bela diri dan segalanya. Mereka tuh kayak pasukan siap tempur."

"Lo nanya alasan mereka?" tanya Jihoon.

"Gak lah. Gue ngerasa belum pantes aja. Serius, kalo lo ikut camp yang biasa sama tentara, nah, itu tuh mirip banget. Tenaga lo di push habis-habisan. Gak peduli lo cewek atau capek."

Soobin mengedikkan bahunya dengan santai. "Mirip-mirip lah sama lo berdua, orang-orang yang punya tenaga kuli."

"Daripada lo, udahlah otak pas-pasan, tenaga juga pas-pasan. Badan doang yang gede!"

"Body shaming lo!"

Jisoo sudah malas ambil pusing dan justru menyantap makanannya. Sekalipun dilerai pasti akan ada saja yang membuat keduanya ribut.

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang