Hyunsuk terkejut saat melihat tiga orang beda rambut itu turun dari tangga. Ketiganya sudah rapi dan mengenakan pakaian aneh. Belum lagi sepatu mereka yang kelihatan sama tapi beda warna.
"Kalian mau kemana?"
Ketiganya menggeleng kompak dan hanya berjalan mendekat.
Hyunsuk jadi takut sendiri apalagi mengingat jika tiga orang itu memiliki postur yang lebih tinggi darinya.
"Kita sepakat mau bantu-bantu." Jisoo berucap sambil menggulung lengan bajunya.
"Bantu apa?"
"Apa aja. Masak, nyuci, bersih-bersih." Jihoon menjawab sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Kita udah banyak nyusahin kalian disini."
"Tapi bukannya kalian mau cari cara biar bisa kembali, kan?"
Soobin mengangguk singkat. "Tapi gak ada petunjuk. Jadi kita bertiga sepakat buat manfaatin waktu selama disini."
Hyunsuk jadi ikut mengangguk tapi pandangannya justru tertuju pada Jihoon. "Memangnya lukamu sudah sembuh?"
"Gue bisa ngelakuin yang ringan-ringan kok. Jadi lo jelasin aja apa yang perlu kita lakuin selama disini. Jadwal kegiatan kalian."
Jisoo langsung merangkul Hyunsuk dengan akrab. "Tapi mohon pengertiannya kalo kita gak terbiasa."
"Baik. Selain urusan rumah, aku dan yang lain memiliki banyak kegiatan diluar. Kalian tidak keberatan?"
"Ya, dicoba dulu bisa, kan?" balas Soobin yang malah takut jika ada pekerjaan lain yang tidak diketahuinya.
"Akan aku jelaskan setelah kita makan."
~Blue Moon~
Sebenarnya baik Hyunsuk ataupun Yeonjun terlihat pesimis saat mereka membeberkan seluruh hal yang biasa mereka lakukan setiap hari. Mulai dari berburu, keluar-masuk hutan untuk mencari bahan makanan, mengumpulkan kayu bakar, mengangkut air, mengajar anak-anak sampai latihan fisik.
Singkatnya mereka berdua merasa jika tiga orang asing itu akan keberatan dengan seluruh aktivitas mereka. Maklum saja, tidak semua orang akan bertahan dengan pekerjaan berat seperti itu. Apalagi mereka tidak diberi upah.
Tapi ajaibnya, tiga orang itu berhasil menyesuaikan semuanya dalam kurun waktu yang singkat. Walaupun ketiganya bagi tugas tapi bahkan tekanan dari Yeonjun dan Yunho sama sekali tidak memberikan efek apapun.
"Padahal aku kira mereka hanya kumpulan orang yang senang bermalas-malasan." Hyunjin berucap seraya membersihkan pedangnya.
"Setuju." Yunho menopang dagu di atas pegangan pedangnya. "Terutama Jisoo. Padahal dia perempuan tapi tenaganya seperti laki-laki."
"Dia juga disukai anak-anak." Hyunsuk menambahkan.
Yeonjun terlihat menimang-nimang kalimat yang akan keluar dari mulutnya sebelum dikeluarkan.
"Dia juga jago bertarung."
Hyunjin yang baru saja meneguk airnya langsung menyemburkannya kembali. "Apa?"
"Aku pikir dia hanya bisa melawan Hyunsuk yang paling kecil. Tapi dia berhasil menjatuhkan Jongho dalam satu serangan."
"Dengan cara?" tanya Yunho yang tertarik. "Didorong?"
Yeonjun menggeleng pelan lalu menghela nafas. "Dibanting."
"Jongho? Choi Jongho yang kamu akui kemampuannya itu, kan?" sahut Hyunjin yang masih tidak percaya.
Hyunsuk menepuk pelan bahu temannya lalu tertawa. "Jongho juga pasti terkejut karena untuk pertama kalinya ada orang yang bisa menang saat melawan dia."
"Selain itu, kemampuan berpedangnya juga luar biasa."
"Sebenarnya apa yang perempuan itu tidak bisa?" sahut Hyunjin lagi.
"Panahan. Dia tidak bisa membidik target dengan benar."
"Tapi dia itu nyaris sempurna." Yunho berucap penuh kagum. "Hyunsuk saja masih tidak bisa menjatuhkan Jeongin."
"Jangan jadikan kesempatan untuk menghinaku, Jung Yunho!"
Yang ditegur hanya menjulurkan lidahnya tidak peduli. "Tapi aku penasaran dengan yang rambut biru. Dia sepertinya belum banyak aktivitas seperti kedua temannya."
"Namanya Park Jihoon." Hyunsuk langsung menjawab dengan tenang. "Jisoo melarangnya untuk melakukan yang lain sampai lukanya sembuh."
"Tapi aku dengar dia akan bergabung dengan latihanmu." Hyunjin menyikut bahu Yeonjun. "Aku jadi penasaran dia sehebat apa."
Yeonjun hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Sekalipun mereka sudah sering melakukan hal yang sama tapi bukan berarti dia sudah menerima ketiga orang itu. Yeonjun masih tidak percaya sepenuhnya.
"Soobin!" panggil Yunho pada pemuda berambut ungu yang baru saja melintasi mereka. "Ayo duduk sini!"
Yang dipanggil langsung mendekat walaupun terlihat tidak suka saat bertatapan dengan Yeonjun.
"Kamu mau kemana?" tanya Hyunjin seraya menarik tangan pemuda itu agar duduk di sebelahnya.
"Mau pulang sebentar." Soobin menjejalkan kedua tangannya ke saku pakaiannya. "Kalian sedang apa?"
"Hanya bersantai." Hyunsuk menjawab.
Yeonjun tiba-tiba beranjak dari tempatnya lalu melangkah pergi tanpa sepatah katapun.
"Biarkan saja dia." Yunho menyahut cepat, takut teman baru mereka salah paham. "Bagaimana? Apa kalian betah disini?"
Soobin terlihat berpikir untuk beberapa waktu lalumengangguk kecil. "Tidak terlalu buruk. Walaupun kita bertiga masih bingung harus melakukan apa selama disini."
"Lalu bagaimana dengan dunia kalian? Apakah seperti ini?" sahut Hyunjin.
"Aku akan jujur." Soobin melipat kedua tangannya di depan dada lalu menghela nafas. "Tempat asalku dan kalian sangat berbeda jauh. Aku tidak bermaksud menjelekkan tapi aku tinggal di pusat kota yang penuh keramaian. Tidak, maaf, di hutan. Banyak bangunan tinggi, kendaraan seperti mobil, bus dan motor."
"Apa terlihat seperti ibukota kerajaan?"
"Entahlah. Aku bahkan tidak tahu kerajaan kalian seperti apa." Soobin menjawab jujur sekalipun dia sudah melihat denah kasar keadaan pusat kerajaan tapi tetap tidak menemukan letak persamaannya.
"Ibukota juga banyak bangunan tinggi dan hanya orang-orang kaya dan terpilih yang boleh tinggal disana. Juga biasanya diperuntukan untuk keluarga-keluarga mereka yang mengabdi pada kerajaan yang boleh tinggal disana."
"Diskriminatif?!" komentar Soobin yang terkesan jengkel. "Sebenarnya di tempatku juga ada yang seperti itu. Hanya memilih orang-orang yang menurut mereka pantas. Tapi memang selalu ada orang seperti itu dimanapun."
"Kamu benar." Hyunsuk berucap pelan dengan kepala yang tertunduk.
"Tapi, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Soobin dengan pandangan tertuju pada Yunho yang langsung mengangguk.
"Tentu saja."
"Anak-anak yang biasa main bersama kalian bukan berasal dari sini, kan?"
Yunho kembali mengangguk. "Mereka anak-anak dari desa yang tidak jauh dari hutan."
"Kalau begitu," ucap Soobin sambil memandangi tiga orang disana secara bergantian, "kenapa kalian harus tinggal di hutan?"
~Blue Moon~

KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON [COMPLETED]
FanfictionRencana kabur keluar negeri malah membuat mereka terdampar di sebuah negeri asing. Created : March 20th, 2022