Promise not to die

0 1 0
                                    

Semua orang sudah mempersiapkan diri masing-masing. Mereka juga sudah mengatur kuda-kuda yang akan membawa mereka. Sekalipun masih gelap, belasan orang disana terus menata bawaan mereka.

Tidak berbeda jauh dengan Jihoon yang lagi-lagi harus berakhir dengan Jade. Tidak, dia tidak akan mengendarai kuda hitam itu. Jihoon rela berjalan kaki daripada harus menunggangi Jade. Bukannya tiba, bisa-bisa Jade membunuhnya. Mereka masih bermusuhan, tentu saja bukan rahasia lagi.

"Sudah?"

Jade meringkik pelan, terdengar sangat terpaksa.

Jihoon yang mengerti juga langsung mendengus. "Kalo bukan karena Jisoo, gue gak bakal mau bantuin Lo!"

Jade meringkik tidak terima.

"Bodo amat, Jade!"

Mungkin jika orang-orang disana tidak tahu akan langsung memandangi aneh Jihoon dan kuda hitam itu. Berdebat pagi buta karena sesuatu yang jelas-jelas mereka tidak mengerti.

"Makanya jadi kuda tuh jangan bar-bar!" omel Jihoon lagi sebelum beralih mengatur kudanya yang berwarna putih. "Gak ada kan yang mau bantuin Lo selain gue?!"

Jade kembali meringkik.

"Jihoon!" panggil Hyunsuk yang berlari menghampiri mereka. "Ini! Jisoo bilang perbekalan untuk nanti."

Jihoon menatap dua kotak yang diulurkan, dengan kening berkerut dia tetap menerima kotak tersebut. Sejenak dia mengendus aroma yang keluar dari setiap kotak.

Pemuda itu langsung tersenyum pahit dan beralih pada Jeongin yang juga tengah membagikan kotak yang sama pada yang lain.

"Sempet-sempetnya dia bikin brownies."

Jihoon memasukkan kotak yang lebih besar ke kantong kudanya dan beralih membuka kotak yang satu lagi. Benar saja, isinya adalah potongan brownies cokelat yang masih hangat dan tentu saja aromanya sangat menggoda.

"Kita mau persiapan perang gak sih? Bukannya camping?" ucapnya masih dengan ekspresi yang tidak habis pikir. "Perasaan belum genap lima jam dia bangkit."

Hyunsuk tertawa walaupun ada satu kata yang tidak dia mengerti. Tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian tipis langsung menggigil. Baru tersadar jika pakaiannya belum lengkap.

"Jangan sampe sakit!" ucap Jihoon lagi tapi posisinya memunggungi pemuda pendek itu. Kemudian dia kembali menghadap Hyunsuk dan memegang sesuatu. "Gue denger dari Yeonjun, perjalanan kita bakal lumayan makan waktu."

Hyunsuk tersipu saat pemuda berambut biru itu mengenakan sebuah jaket hitam ke dirinya. Jangan tanya lagi bagaimana keadaan jantungnya saat ini, sudah dipastikan sedang berdetak dengan sangat tidak normal.

Tapi pandangannya beralih pada Jihoon yang hanya mengenakan kaos putih berlengan panjang dan celana hitam yang robek pada beberapa bagiannya.

"Kamu tidak dingin hanya mengenakan pakaian seperti itu?"

Jihoon menatap penampilannya setelah mengenakan jaket pada Hyunsuk. Lalu dia hanya mengedikkan bahunya dengan santai.

"Gue ada jaket cadangan sama kardigan Jisoo yang nganggur. Jadi jangan khawatir."

Hyunsuk hampir melupakan udara dingin di sekitarnya. Ucapan dan perlakuan lembut Jihoon selalu berhasil membuatnya malu. Padahal sudah hampir dua hari dia menjaga jarak dengan pemuda itu karena takut pada kepribadian Jihoon yang berubah setelah kematian Jisoo. Tapi sepertinya pemuda itu sudah baik-baik saja sekarang.

"Sudah siap semua?" sahut Bangchan yang berada di atas jembatan. "Sekali lagi, pastikan tidak ada perlengkapan yang tertinggal."

"Hyunsuk!" panggil Yunho dari kejauhan.

BLUE MOON [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang