32.PESANTREN Sehari (Revisi)

74 9 0
                                    

Matahari tepat berada diatas ubun-ubun, baik Zahirah maupun Nasha masih berada dikediaman keluarga Naufal. Tidak ada yang spesial mereka hanya mengobrol santai bersama umi Halimah sampai adzan dhuhur berkumandang.

"Sudah adzan dhuhur, mending sholat dulu disini terus nanti makan siang bersama baru kalian pulang"-Umi Halimah.

"Terimakasih Ummi"

"Iya sama-sama, kebetulan siang ini akan ada kegiatan rutinan santri puta dan putri jadi akan ramai dimasjid besar"

"Acara apa nggih umi?"-Zahirah.

"Lomba debat, persiapan untuk perlombaan di tingkat Nasional Za"

"Wah masyaallah pasti seru"-Zahirah.

"Yasudah ayok sholat jamaah dimasjid, kalian berangkat duluan saja. Umi mau menyiapkan keperluan abahnya Naufal dulu, nanti umi nyusul kalian"

"Kami belum tau letak masjidnya umi"-Zahirah.

"Oh iya umi lupa, Fal ini anterin Zahirah sama Nasha ke masjid. Sekalian kamu juga mau kemasjid kan?"

"Njih umi"-Naufal.

Naufal memberi isyarat agar Zahirah dan Nasha mengikuti langkahnya bersama Alif. Baru keluar dari kediaman, sudah banyak santriwati berjalan sembari menatap Zahiirah dan Nasha penasaran. Tujuan mereka sama yaitu masjid, namun Naufal dan Alif berjalan lumayan cepat membuat Zahirah dan Nasha kewalahan.

"Khem bisa pelanan dikit nggak sih jalannya?" Sindir Zahirah.

Naufal yang peka dengan sindiran Zahirah akhirnya memelankan langkahnya.

Mereka berhenti didepan masjid yang terbilang sangat besar, desain nya pun sangat elegant. Didominasi dengan warna putih sebagai corak utamanya.

"Kamu bisa masuk lewat jalur kiri"- Naufal.

"Eum, makasih pak"

Lepas pisah dari pria itu Zahirah dan Nasha masuk kedalam area perempuan, ternyata tempat wudhu sudah ramai dengan santriwati.

"Wah antri kita mbak"

"Iya nih Sha,alhamdulillah dapet kesempatan kayak gini. Padahal dari dulu pingin banget bisa mondok tapi gak diizinin."

"Sama mbak, ehitu ada yang kosong. Mending mbak aja duluan"

"Gak papa nih?"

"Gak papa mbak"-Nasha.

Usai wudhu mereka kembali kedalam masjid, ternyata didalam sudah ada umi Halimah dan beberapa santriwati senior yang menemani umi Halimah.

"Sudah selesai wudhu nya Za"

"Alhamdulillah sudah umi"

"Ramai pasti ya"

"Njih umi"

"Yasudah sini sholat sebelah umi, kamu juga sha"

Sholat dhuhur berjamaah pun berlangsung, setelah itu ada sesi unjuk bakat atau kemampuan debat. Dan yang lolos seleksi akan dikirim mewakili pondok pesantren untuk mengikuti lomba"

Selama sesi debat, desas-desus mengenai siapa 2 gadis yang terlihat selalu bersama ibu nyai mulai merambat dari satu santriwati ke santriwati lainnya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa mereka berdua adalah calon istri dari gus mereka, pasalnya kabar mengenai gus Zaky yang sudah mengkhitbah seorang gadis sudah menyebar dan dipastikan adalah berita benar. Maka satu dari dua gadis itu mungkin saja calon dari gus kedua yaitu gus Naufal.

Namun para santriwati terbelah menjadi 2 kubu, ada yang mengaminkan hal tersebut, ada juga yang menolak.

"Wah umi masyaallah seru sekali bisa melihat acara seperti ini"

So, I Married with My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang