45. Nasib Damar (Revisi)

70 8 0
                                    

    Setelah berbincang serius dengan Hendra, sekarang Naufal dan Zahirah tengah beristirahat di kamar Zahirah. Sejak masuk kamar 15 menit yang lalu Naufal memutuskan untuk mandi, sedangkan Zahirah memilih rebahan diatas kasur, sampai suara pintu kamar mandi terbuka mampu mengalihkan fokus Zahirah.

Cklek...

Pemandangan indah Naufal memakai kaos putih oblong, celana pendek, rambut basah dan handuk tersampir dibahu nya.

"Ada apa?"

"Gak papa" Zahirah gelagapan sendiri.

"Eum mau mandi juga, itu handuk nya mas jangan lupa di taruh tempatnya yang tadi"

Zahirah beranjak dari kasur, namun tangannya ditahan Naufal.

"Kata dokter luka jahitannya belum boleh kena air"-Naufal.

"Aku usahain gak kena air kok"

"Oke"

Naufal melepas tangan Zahirah. Baru saja masuk kamar mandi, Naufal sudah memanggil Zahirah.

"Za kamu punya hair dryer? " Tanya Naufal tak mendapati hal yang ia cari diatas meja Zahirah.

"Za..."

Zahirah keluar dari kamar mandi, mengambilkan hair dryer dari laci meja rias nya.

"Ini, ada lagi sebelum aku mandi?"

"Eum, udah. Sana mandi"

"Awas aja manggil-manggil lagi"

"Nggak, makasih"

Zahirah berbalik kemudian masuk kedalam kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Zahirah melihat Naufal duduk bersandar dikasur.

Zahirah meletakkan handuknya ditempat yang sama dengan Naufal.

"Zah" -Naufal.

"Eum?"

"Sini"

Zahirah berjalan menghampiri Naufal. Jujur saja sejak menikah mereka belum pernah berbagi ranjang, bahkan Zahirah belum membuka hijabnya meskipun mereka hanya berdua.

"Kenapa?"

Zahirah duduk disebelah Naufal.

"Kamu mau bagaimana dengan pernikahan kita?"

Zahirah menatap bingung pada Naufal.

"Maksudnya mas gimana?"

"Kabar pernikahan kita belum ada yang tau, kecuali keluarga saya dan keluarga kamu. Saya tau semua perempuan pasti menginginkan sebuah pernikahan yang mereka impikan, kamu bagaimana?"

Zahirah tersadar, kabar pernikahan ini masihlah menjadi sebuah rahasia. Dia bimbang apakah ingin go publik atau kah tetap dijadikan sebuah rahasia.

"Zahirah bingung, menurut mas gimana?"

"Kalau saya tentu ingin semua orang tau bahwa kamu adalah milik saya"

Zahirah tersenyum bahagia, ucapan Naufal membuktikan bahwa pria itu serius dengan cintanya.

"Kalau gitu Zahirah ikut mas aja"

"Abah dan umi pasti menginginkan pesta pernikahan. Menurut kamu gimana?"

Zahirah bersandar dalam pelukan Naufal.

"Selagi nggak memberatkan, Zahirah nggak masalah kok"

Naufal mengangguk.

"Boleh saya buka ini?"

Naufal memegang kerudung Zahirah.

"Boleh, kan udah seharusnya gitu"

So, I Married with My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang