Suasana sore hari ini sangat berbeda dari biasanya, sore ini langit sangat mendung, mungkin buih-buih air hujan akan segera turun. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangat Naufal, selepas mengajar dirinya langsung bergegas menuju cafe yang sudah disebutkan Zahirah tadi. Dia berharap bisa tiba lebih dulu sebelum Zahirah. Ini adalah langkah awal dirinya untuk menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi dalam rumah tangga nya. Setengah jam Naufal tempuh dari kampus menuju cafe Dandelion, dia memarkirkan mobilnya kemudian masuk kedalam cafe. Matanya mencari keberadaan sang istri namun tidak ada, artinya dia tiba lebih dulu dibandingkan Zahirah.
Naufal duduk dimeja kosong yang ada tak jauh dari pintu masuk agar mudah dilihat Zahirah. Sejak datang dirinya seperti sebuah magnet yang mampu menarik perhatian para gadis muda yang berkunjung ke cafe tersebut. Dengan style baju kerja yaitu kemeja dengan lengan yang digulung sampai siku serta kacamata yang masih bertengger di wajahnya. Seolah sudah hal biasa, Naufal tak terusik sama sekali Dia asik memainkan ponselnya guna mengecek kondisi retoran yang dia kelola saat ini, sampai seorang wanita mengucapkan salam dan duduk tepat didepannya.
"Assalamualaikum"-Salam Zahirah.
Naufal menatap Zahirah, tatapannya begitu dalam sampai lupa menjawab salam Zahirah.
"Assalamualaikum" Zahirah kembali mengulang salamnya.
"E- Waalaikumsalam"-Naufal.
Zahirah mengulurkan tangannya pada Naufal,kemudian mencium telapak tangan Naufal. Suasana sedikit canggung, Zahirah memilih diam menunggu Naufal lebih dulu memulai percakapan.
"Saya minta maaf" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Naufal membuat Zahirah kesal.
"Cuma maaf?"
"Mas gak mau jelasin apa yang terjadi malem itu? mas cuma mau ngomong maaf aja?" Zahirah menatap kecewa pada Naufal.
"Jelasin mas, aku butuh penjelasan kamu bukan maaf kamu"
Naufal tidak tahu akan ada saat dimana dirinya tidak berani menatap lawan bicaranya seperti saat ini. Naufal meraih tangan Zahirah kemudian menggenggam tangan tersebut. Tangan yang sudah tidak dia genggam satu minggu ini, tangan lembut wanita yang sudah dia kecewakan.
"Siapa perempuan itu mas?"
"Apa hubungan kamu sama Dia?"
"Kenapa kamu gak pernah cerita masalah dia ke aku?"
Zahirah memberondong Naufal dengan banyak pertanyaan yang sudah memenuhi otaknya selama satu minggu ini.
"Jawab aku mas"
Zahirah menatap lekat wajah Naufal yang menunduk, sungguh rasanya Zahirah ingin keluar dari tempat itu dan berlari sejauh mungkin agar bisa menumpahkan semua air mata yang saat ini masih dia tahan. Zahirah dapat merasakan genggaman Naufal semakin erat.
"Perempuan itu ustadzah Syarifah"
DEG....
Zahirah terperanjat kaget, detak jangtungnya berdebar kencang.
"Ustadzah Syarifah?"
Naufal mengangguk.
"Dengarkan penjelasan saya dulu, Ustadzah Syarifah adalah teman yang tumbuh besar bersama saya dan mas Zaky. Saat Sekolah menengah atas saya jatuh hati dengan ustadzah Syarifah yang saat itu sedang menempuh pendidikan di pondok abah, lalu kami sempat dekat dan hampir sampai pada jenjang menikah. Namun ustadzah Syarifah memilih untuk mengambilkuliah di Kairoh tanpa memberi kabar satupun pada saya. Sejak saat itu saya berusaha mati-matian untuk melupakan dia sampai saya bertemu dengan kamu, dan kamu adalah jawaban atas apa yang saya usahakan selama ini. Tapi Syarifah kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya, dia juga masuk kedalam pesantren sebagai ustadzah atas keinginan umi. Itu jauh sebelum saya menyadari perasaan saya sama kamu Zahirah."

KAMU SEDANG MEMBACA
So, I Married with My Lecturer
Ficção AdolescenteDalam sebuah keluarga yang kental akan agama, tumbuh seorang gadis cantik nan baik yang merupakan putri bungsu keluarga tersebut. Gadis kecil yang bermimpi mengajar ditempat ia mengaji, namun siapa sangka saat beranjak dewasa ia diangkat sebagai ten...