11.JMQ dan Dia lagi (Revisi)

68 8 0
                                    

     Satu Minggu sudah Zahirah mengikuti masa ospek, banyak hal yang dia lakukan. Bahkan tak jarang ada kakak tingkat yang berlagak senior, menyuruh ini itu sesuka hati mereka. Sebenarnya Zahirah tidak setuju dengan sistem seperti ini, yaitu senioritas. Senioritas yang dilakukan oleh para senior lebih mirip dengan pembudakan terhadap junior atau mahasiswa baru. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan para senior. Tapi Zahirah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ketika dia kelak menjadi senior, segala aksi senioritas tidak akan dia biarkan terjadi.

***

     Adzan subuh berkumandang, Zahirah segera bangkit dari tempat tidurnya, kebetula hari ini dia sedang masa halangan jadi tidak melaksanakan sholat. Zahirah mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu, baru kemudian mandi dan bersiap. Hari ini dia akan ikut untuk acara JMQ cabang yang berlokasi di Bangil.

Matahari mulai menyapa dari ufuk timur sinarnya menembus jendela dan gorden kamar Zahirah. Zahirah membuka gorden dan jendelanya. Hawa  sejuk khas pagi hari menyapa, dengan kicauan burung-burung bagai melodi yang indah.

Zahirah ingat belum menyetrika seragam untuk JMQ nanti, segera dia membuka lemari mengambil baju atasan seragam, rok hitam, dan khimar hitam. Zahirah berlari menuruni tangga menuju tempat setrika yang ada dilantai satu.

Diruang tengah ada Alzam dan Hendra, mereka asik ngobrol dengan secangkir kopi dan gorengan.

Saat Zahirah berlari menuruni tangga Hendra dan Alzam mengalihkan atensinya kepada Zahirah.

"Zahirah, jangan lari kalau turun tangga" Peringat Hendra.

Namanya juga Zahirah, dia tidak mengindahkan ucapan ayahnya sampai di tiga tangga terakhir, dia tersandung dan terjatuh, sontak saja membuat Hendra dan Alzam bangkit dari sofa berlari menghampiri Zahirah yang tersungkur dilantai.

"Astagfirullahal adzim" -Hendra & Alzam.

"Ya allah nak makanya kalau ayah ngomong itu dengerin" Ucap Hendra sembari membantu Zahirah berdiri.

"Gimana Za masih mau lari-larian lagi kalau turun tangga, hm? "
Timpal Alzam sedikit menyindir.

Zahirah meringis, merasakan nyeri dilengan dan lututnya. Untung saja, saat jatuh tadi tidak terlalu keras. Jadi hanya terasa nyeri saja.

"Abang mah gitu, masak adeknya jatuh bukannya ditanyain keadaannya, malah diledekin" Ujar Zahirah sembari cemberut dan mengelus sikunya yang baret dan memar.

"Ini tuh bentuk perhatiannya abang buat kamu, nah adek abang ini bandel sih udah dibilangin jangan lari - larian kalau turun tangga, tetep aja gak mau denger jadinya jatuhkan" Ucap  Alzam sembari mengusak rambut Zahirah.

"Abang ihh berantakan tauuu rambut aku" Zahirah menjauh dari  Alzam. Emang hoby banget tuh orang ngusak - usak rambut adiknya sampai berantakan.

"Ada apa sih ini pagi pagi kok udah ribut, Kedengeran sampe dapur tuh"

Ratna yang tengah asik memasak dipapur merasa terganggu dengan perdebatan pagi yang dilakukan kedua anaknya.

"Bang Alzam nih bu ngeselin banget"- Zahirah

"Apaan, nggak bu. Ara nih tadi habis jatuh, soalnya lari-larian pas turun tangga"  - Ucap Alzam membela diri.

Zahirah tersenyum kikuk, wajah Ratna saat ini sangat menyeramkan.

"Kamu itu kebiasaan Za, kan ibu udah berkali - kali peringatin kamu kalau turun tangga itu jangan lari - larian, gimana tadi kalok kamu sampek luka hm? "Omel ibu panjang

Alzam memberikan ekspresi mengejek. Dibalas dengan tatapan sinis oleh Zahirah.

"Tapi kamu gak papa kan? "

So, I Married with My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang