27. Bangun, Zahirah!! (Revisi)

88 11 0
                                    

    Sinar sang mentari perlahan muncul, embun-embun menempel pada dedaunan, Semua orang sudah memulai aktivitasnya kecuali Zahirah, ia masih setia menutup rapat matanya. Pagi yang sama seperti beberapa hari terakhir, tak ada kampus tak ada Himpunan dan tak ada Diva, Rizal juga kawan-kawan yang lain, Zahirah masih setia dengan kesendiriannya, kesendirian ditempat yang tenang.

    Lain halnya dengan Zahirah, kini Nasha tengah menghirup udara pagi yang segar ditaman rumah sakit. Ia duduk dikursi roda yang didorong oleh sang bunda sampai matahari mulai meninggi, Nasha memilih kembali ke ruang inapnya. Kondisi Nasha memang sudah membaik tapi luka di kepala Nasha masih memerlukan pengobatan, Nasha juga harus melakukan CT scan pada bagian kepalanya untuk mengetahui apakah ada luka dalam atau tidak.

"Bunda, Nasha mau jenguk mbak Zahirah."

"Tunggu kamu baikan dulu ya Sha, nanti bunda antar"

"Tapi Nasha udah baikan kok Bun"

Bunda Nasha mulai gelisah, bagaimanpun dia harus menutupi keadaan yang sebenarnya sampai kondisi Nasha pulih.

"Dokter belum ngizinin Zahirah dijenguk nak, jadi kita tunggu beberapa hari lagi yaa"

"Kenapa Bun? Mbak Za gak papa kan?"

"Gak papa sayang, cuma dokter menyarankan kayak gitu"

"Ooh gitu ya Bun, yaudah deh."

Bunda Nasha menghela nafas lega, kemudian mendorong kursi roda Nasha menuju ruang inap.

Setelah kembali ke ruangannya Nasha kembali beristirahat, tapi jujur saja dia sedikit merasa ada yang janggal. Kalau kondisi Zahirah baik-baik saja lantas kenapa dokter melarang ada yang menjenguk Zahirah.

"Nasha bunda jam 10 ada rapat dadakan sayang, ayah sudah diperjalanan. Kalau bunda tinggal dulu gak papa nak?"

"Gak papa kok Bun, bunda hati-hati yaa"

Bunda Nasha mengemasi tas miliknya kemudian mencium kening Nasha.

"Oke sayang, maafin bunda ya nak. Kamu cepet sehat, bunda tinggal dulu. Assalamualaikum"

"Eum, waalaikumsalam"

Setelah bundanya meninggalkan ruangan, Nasha mencoba untuk duduk bersandar. Rasa penasaran Nasha semakin besar, Nasha memutuskan untuk melihat kondisi Zahirah sendiri.

Nasha mencoba turun dari ranjang rumah sakit perlahan. Tubuhnya masih sangat lemas, Nasha berjalan pelan sembari membawa tiang infusnya.

"Ruangan mbak Zahirah dimana ya?"

"Ini aku harus belok kanan apa kiri coba, aduh Nasha kamu pinter banget tadi gak nanya ke bunda" monolog Nasha.

Akhirnya Nasha memutuskan untuk berbelok ke kiri. Setelah berjalan cukup jauh, Nasha merasa semakin lemas. Dia memutuskan untuk beristirahat duduk dikursi panjang.

"Ya Allah lemes banget, tapi udah setengah jalan mana mungkin aku balik ke kamar"

Saat beristirahat Nasha tak sengaja melihat Alzam, Alif dan Naufal. Mereka berjalan sembari mengobrol, Nasha memilih mengikuti mereka. Meskipun tertinggal cukup jauh, Nasha tetap berusaha sebisanya untuk menyusul.

"Ya Allah, mereka cepet banget jalannya"

Akhirnya Nasha melihat mereka berhenti tepat didepan ruang ICU. Nasha terdiam ditempatnya, pikirannya mulai terisi dengan kemungkinan-kemungkinan buruk. Nasha berjalan menghampiri ketiganya, dengan Nafas terengah-engah.

"Bang Alzam" panggil Nasha saat jarak diantara mereka sudah dekat.

Ketiga pria itu menatap terkejut pada Nasha, gadis memakai baju pasien dengan tangan terpasang infus itu menatap ketiganya bingung.

So, I Married with My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang