14.Rasa takut kehilangan (Revisi)

73 11 0
                                    

°°°°

"Capek juga jalan keliling kompleks" monolog Zahirah.

Saat matahari sedikit memunculkan dirinya Zahirah sudah berjalan mengelilingi kompleks rumah. Setelah cukup berkeringat, Zahirah memutuskan untuk pulang.

"Assalamualaikum" Zahirah.

"Waalaikumsalam, dari mana aja ini anak ayah?"

Hendra duduk santai di teras rumah sembari menyeruput kopi.

"Za cuma jalan-jalan sampai ujung komplek aja yah, terus balik pulang. Hari ini udaranya sejuk banget"

"Iya agak mendung, nanti kuliah jangan lupa bawa jas hujan buat antisipasi aja"

"Shiap ayah tersayang. Ayah mah gak ngedengerin Ara, pagi itu gak boleh minum kopi ayah..."

"Sesekali aja kok"

"Terserah ayah deh, bang Alzam mana yah?"

"Abangmu ada didalam, ada apa tumben nyariin? "

"Gapapa, tadi habis sholat subuh katanya ibuk bang Alzam mau ngomong sesuatu ke Ara"

"Yaudah nanti aja kamu nanya nya ke Abang mu, sekarang temenin ayah ngobrol disini, ayah kangen ngobrol sama putri kecil ayah, Eeh udah bukan putri kecil lagi ya?"

"Sekarang putri kecilnya ayah udah jadi gadis dewasa yang cantiknya masyaallah, sampek ayah kewalahan nolak permintaan temen ayah buat jadiin putri ayah menantu!"

Zahirah terkejut mendengar penuturan hendra barusan, sebab hendra tidak pernah mengatakan hal itu kepadanya.

"Beneran yah? kok ayah gak pernah cerita ke Zahirah? Ibu sama Bang Alzam tau nggak masalah ini? "

Hendra tertawa kecil,

"Tentu saja mereka tau"

"Kok cuma Zahirah yang nggak tau?"

"Memangnya kalau kamu tau, kamu mau nikah sama anaknya temen ayah?"

"Ya nggak lah, lagian Ara masih muda. Mau kejar mimpi dulu"

"Yaitu alasan ayah, lagian masalah ini gaperlu dipikir terlalu jauh."

"Tapi setiap ayah nolak lamaran buat Ara, pasti ayah ngerasa gak enak hati sama orangnya. Iya kan?"

"Itu pasti, cuma mereka juga paham kalau kamu itu masih terlalu muda buat nikah"

"Kalau kamu nikah muda juga gak papa dek" Sahut Alzam yang tak sengaja mendengar percakapan ayah dan adiknya.

"Iya kan Yah? lagian usia Ara kan sudah menginjak 21 tahun!" Lanjutnya sembari duduk disebelah Zahirah.

"Enak aja masih belum genap 21 ya!" Sewot Zahirah.

"Kenapa gak abang aja yang nikah?"

"Ya kan abang memang mau nikah"

"Ha? abang beneran mau nikah?"

"Iyaaa"

Zahirah langsung mengalihkan pandangannya menatap lurus kejalanan. Entahlah ada perasaan tidak rela yang muncul dalam dirinya, Zahirah besar dengan kasih sayang full dari sosok Alzam. Tapi saat Alzam menikah, kasih sayangnya akan terbagi kepada istrinya dan bisa saja lebih besar daripada ke Zahirah.

"Sama siapa?"

"Anaknya temen ayah"-Hendra.

Hendra dapat melihat perubahan emosi Zahirah dari raut wajah putrinya.

So, I Married with My LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang