7. We Can Try

312 28 45
                                    

Lisa pov

Sudah beberapa hari ini aku mengurung diri dari keramaian. Selesai kuliah kulanjutkan aktivitasku di rumah. Aku memilih membuang jauh ingatanku tentang jennie, karena beberapa ucapannya sukses membuatku malu pada diriku sendiri. Alih-alih sakit hati karena ditolak cinta, aku justru merasa tak punya muka di depan semua orang. Memiliki perasaan aneh seperti ini pada jennie membuatku merasa semua orang memandang buruk tentangku, padahal nyatanya tak pernah ada yang berani memandangku buruk. Jennie sepertinya tak seburuk yang aku kira, aku berpikir dia akan menyebarkan fakta buruk tentangku, nyatanya tidak. Dia tetap menjadi malaikatku dengan tetap menjaga nama baikku.

Kini aku berada di kantin, aku sedang menunggu chaeng menyelesaikan kuliahnya. Gadis itu mengajakku untuk pergi berbelanja. Dia tahu aku butuh pengalihan, aku kadang merasa kenapa tidak jatuh cinta pada chipmunk itu saja? Pasti semua akan terasa mudah, mencintai segala sisi baik gadis itu juga tak terlalu buruk. Dia mengerti aku lebih baik daripada aku mengerti diri sendiri. Tapi cinta tak semudah itu untuk diatur bukan? Lagian gadis itu sepertinya Aseksual, dia tak tampak tertarik pada jenis manusia macam apapun. Dia hanya tertarik pada tumpukan desaignnya dan juga aku tentunya. Bahkan sejak kecil dia menolak siapapun untuk berteman dengannya hanya karena dia tak ingin aku merasa dikucilkan. Aku yang sudah kehilangan sosok ibuk sejak usia kecilku menjadi tak begitu terpengaruh ketika aku memiliki chaeng disampingku.  Aku merasa jika aku memiliki ayah, chaeng, dan juga jennie aku akan merasa hidupku akan sempurna. Entah jatuh cinta kali ini kenapa sesulit ini. Padahal dari dulu banyak yang mengejarku, tapi aku memilih menolak mereka. Karena dari awal aku tak pernah tertarik pada siapapun kecuali jennie.

Dan panjang umur gadis itu, dia terlihat berada pada meja tepat didepanku. Sial apa lagi ini Tuhan. Aku masih terus menghindar dari jennie sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Bahkan pesan yang dikirimkan jennie padaku tidak pernah aku buka apalagi aku balas. Saat aku ingin melangkah keluar dari kantin, suara jennie mengintrupsiku.

"Lisa"

Sial sungguh sial, aku tak mungkin berpura-pura menjadi tuli. Itu akan begitu terlihat mencolok untuk semua orang. Aku menghentikan langkahku, dengan bawaan tanganku yang masih cukup berantakan aku sedikit kesusahan membawa barang. Laptop di tangan kananku, tumpukan buku di tangan kiriku juga tas ransel yang menggantung menambah kesan terburu-buru pada diriku.

"Kau mau kemana? Aku mencarimu sejak beberapa hari yang lalu. Kenapa tidak nampak sama sekali, aku sedikit merasakan ketidakhadiranmu"

"Apa?" Aku terkejut dengan ucapan jennie. Aku rasa aku salah dengar. Apa gadis ini memberiku kembali sinyal harapan lagi.

"Ayo kita berbicara dulu. Aku sedikit merindukanmu"

"Sedikit?" Jennieku begitu menggemaskan dengan pipinya yang sedikit merah ketika dia mengatakan itu, aku rasa dia seidikit malu kurasa. Akhirnya aku mengikuti jennie yang menarikku ke arah mejanya.

"Kenapa kau berkeringat?" Jennie mengusap keringat yang mengumpul pada pelipisku. Aku selalu melakukan hal ini ketika aku canggung.

"Cuacanya sedikit panas kurasa"

Jennie mengangguk, aku membuang pandanganku ke langit-langit kantin ini. Tak ingin bertatap muka dengan jennie apalagi memulai percakapan dengan jennie. Aku sedikit takut salah tingkah lagi.

"Kenapa sulit sekali ditemukan? Kenapa tidak sekalipun membalas pesanku?" Jennie kembali memulai percakapan

"Apa? Aku, aku rasa tidak perlu ada hal penting yang harus kita bahas setelah kejadian terakhir kita jen. Aku menghilang karena aku rasa memang tak ada tempat disampingmu untukku, dan aku tak membalas pesanmu karena aku takut terbawa perasaan lebih dalam lagi padamu, aku berusaha menghilangkan perasaan ini padamu. Jujur saja"

TIGA SISI (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang