36. Egois

343 19 28
                                    

Chaeyoung pov

"Selamat pagi lisa" jisoo menyapa lisa dengan ramahnya saat kami turun dari lantai atas untuk sarapan bersama. Aku tidak mengatakan apapun pada jisoo tentang ada seorang yang mengintip kami kemarin malam. Jika semua memang harus terjadi hari ini maka aku akan siap melakukan semuanya.

Aku mengambil posisi dudukku, bersiap mengambil makanan di meja. Lisa masih diam tak berkata sedikitpun. Aku sendiri tidak tahu kemarin memang lisa atau siapa. Tapi tidak ada orang lain selain lisa di rumah ini saat malam hari.

"Aku melihat kalian melakukannya semalam" lisa mulai mengucapkan sesuatu membuat jisoo berhenti menyendok sup di piringnya. Dia menaruh kembali supnya. Sedangkan aku masih dengan santai memilih makanan apa yang ingin aku makan. Jisoo memperhatikanku dengan ujung matanya. Gadis di sampingku sepertinya sedang ketakutan. Kurasakan kaki jisoo menyenggol kakiku di bawah meja. Entah kenapa kini perasaanku pada lisa bukan lagi takut seperti dulu. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.

"Katakan sesuatu jisoo dan kau chaeng, bagaimanapun aku masih pasanganmu" ucap lisa tegas namun tidak terdengar seperti teriakannya saat marah dulu. Aku menarik napas panjang ketika lisa mulai menyebut namaku. sepertinya makan pagiku tidak akan enak kali ini. Aku melirik lisa sedikit, dia tidak melihatku seperti biasanya saat dia marah. Dia menunduk kali ini.

"Apa yang ingin kau dengar dari kami lisa?" aku menjawab santai, semuanya juga sudah jelas bagiku tidak ada yang perlu di jelaskan. Bukankah itu hanya menambah sakit hatinya.

"Apa kekasihmu adalah jisoo, rosie?" Aku melihat lisa mengepalkan tangannya, suaranya sedikit bergetar kali ini. Lisa menangis lagi?

"Jika itu yang kamu lihat, maka semua yang ada di otakmu adalah kebenaran yang memang terjadi di antara aku dan jisoo"

"Tapi aku begitu mempercayai jisoo seperti aku mempercayai seorang sahabat. Bahkan aku memberikan dia kesempatan untuk berkembang sejauh ini. Tapi kalian justru mempermainkan aku. Aku merasa menjadi manusia paling bodoh saat ini" lisa menggosok rambutnya frustasi

"Bukankah sebelumnya kau juga tahu bahwa aku sedang menjalin hubungan dengan orang lain?" Aku menatap mata lisa tajam. Tak ada sedikitpun keraguan padaku untuk melihatnya.

"Kau harusnya tak boleh seperti itu rosie. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku ingin memulai denganmu?"

"Bukankah juga sudah kukatakan, bahwa kita tidak pernah memulai apapun?" Aku sedikit tersenyum

"Kenapa harus jisoo?banyak pria dan gadis lain, kalian justru menikamku seperti ini"

"Jika kau bertanya kenapa harus jisoo. Maka aku akan membalikkan pertanyaan itu padamu. Kenapa tidak dengan jisoo? Dia mampu Menjadi sandaranku saat kau menghancurkan mentalku kemarin lisa. Aku tidak menyimpan dendam padamu, hanya saja aku juga butuh tempat untuk berteduh"

"Kau hanya akan berteduh bukan? Kau akan kembali pada rumahmu kan?"

"Aku tidak akan pulang, karena yang ku kira rumah satu-satunya milikku, bahkan menyakitiku"

"Kau kenapa diam saja jisoo? Sialan katakan sesuatu. Kau merebut apa yang paling berharga dalam hidupku" lisa mulai menggebrak meja. Jisoo hanya ketakutan dan menunduk.

"Jika kau ingin menghajarku lagi karena masalah ini, aku tak akan masalah. Tapi jika kau menyertakan jisoo dalam setiap amarahmu. Maka aku tidak akan diam lagi lisa. dan satu hal, jisoo tak pernah sekalipun merebutku dari siapapun. Karena sejak awal kau yang memberikanku pada jisoo. Kau ingat setiap kau sibuk dengan jennie kau selalu menyuruh jisoo menjemputku, menemaniku? Bahkan kau sendiri yang menyuruh jisoo tidur bersamaku di kamarku. Saat aku bahkan tidak meminta itu" senyumku penuh ketenangan. Aku kini mulai bisa memegang kendali atas apa yang ada pada lisa.

"Itu karena aku mempercayai kalian"

"Aku tak pernah memintamu mempercayaiku, kau yang membuangku, lalu jisoo merawat segala lukaku. Jisoo pergilah ke kantor lebih dulu. Kau tak apa kan tidak sarapan di rumah? Aku akan menyusulmu nanti" aku menyuruh jisoo pergi aku tidak ingin dia melihat lebih banyak lagi perdebatanku dengan lisa. tapi jisoo justru tak bergerak sedikitpun. Aku tahu dia mungkin khawatir lisa akan menyiksaku lagi, tapi aku sendiri yakin bahwa lisa tidak akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

"Kau satu-satunya kebenaran yang aku percaya rosie di saat seluruh dunia membodohiku. Kenapa kau bahkan tega melakukan ini padaku. Di saat aku sedang memperjuangkan perasaanku padamu, di saat keadaan perusahaanku seperti ini, juga di saat aku sedang patah hati tentang pengkhianatan jennie. Bahkan aku sudah mengatakannya kamu adalah bentuk cinta yang aku butuhkan rosie"

"Tapi kamu tidak menginginkan aku lisa. Kau hanya membutuhkanku, cintamu hanya akan berakhir egois jika kamu seperti ini terus. Kau menginginkan aku tetap melihatmu saat kamu sendiri melemparkan pandanganmu pada gadis lain? kamu menginginkan aku tetap mengingatmu ketika bahkan kamu melupakanku? Juga jika kamu membohongiku kamu tak ingin aku melakukan hal yang sama? Kau selalu ingin aku menjadi baik di saat semua perilakumu tidak seperti itu. Bahkan mungkin ketika kamu mati, kamu tidak akan mau aku tinggalkan. Karena kamu begitu egois lisa. Kau hanya ingin aku melihat ke arahmu, kau tak ingin berbagi sesuatu yang menjadi milikmu entah kamu menginginkan sesuatu itu atau tidak"

"Lalu bagaimana keinginanmu rosie" kupikir lisa akan marah setelah aku mengungkapkan segala apa yang aku pendam selama ini.

"Aku tidak tahu, aku hanya akan mengikuti permintaanmu"

"Untuk saat ini aku tidak bisa melepasmu,aku ingin kita tetap dalam pernikahan. Terlalu banyak masalah yang sedang  aku pikirkan. Aku tidak akan ikut campur lagi urusan perasaanmu. Aku mengakui semua keegoisanku. Aku membebaskanmu kali ini" aku tersenyum miring.

"Baik, jika itu keputusanmu maka pembahasan tentang hal ini sudah berakhir. Dan untukmu Jisoo lanjutkan makanmu, lalu mari kita berangkat" aku melanjutkan acara sarapan pagiku tanpa terganggu oleh apapun. Lisa tidak melanjutkan makannya dia memilih pergi untuk bersiap ke kantor. Aku tidak lagi bertanya apapun padanya. Karena jelas ini bukan prioritasku untuk saat ini.

Kini di meja makan hanya tinggal aku dan jisoo.

"Kenapa diam saja?" Aku mengelus tangan jisoo. Dia tersenyum kaku.

"Jangan memikirkan tentang lisa, kau tahu bukan sejak awal hubunganku dengan lisa tidak pernah berakhir baik selain hanya pertengkaran seperti ini setiap harinya" aku memandangnya tulus

"Kenapa kau tidak meminta lisa melepaskanmu?"

"Aku pasti akan melakukannya. Hanya belum saatnya. Ada beberapa hal yang harus aku pastikan sebelum aku benar-benar melepas lisa"

"Kau masih mencintai lisa?" Jisoo lagi bertanya pelan tentang itu

"Jawabannya akan tetap sama jisoo. Aku akan tetap mencintai lisa. Meski aku membencinya sekeras apapun dan meski kami saling mendorong setiap bertemu. Kami akan berakhir dengan saling memaafkan"

"Kau tidak ingin kembali padanya?"

"Lisa harus mandiri, sebelum aku benar-benar melepasnya. Biarkan dia belajar banyak hal sebelum aku benar-benar meninggalkannya"

"Kau yakin akan bisa meninggalkannya?"

"Aku belum tahu, aku sendiri masih belum yakin tentang itu. Tapi aku tidak akan bisa selamanya di samping lisa. Dia harus dewasa"

"Aku mencintai segala sesuatu tentang pemikiranmu" jisoo menyentuh tanganku

"Kau hanya sedikit mengerti tentang pemikiranku baby, ini masih belum apa-apa. Ku harap kita akan bisa berakhir bahagia bagaimanapun akhirnya entah kita bersama atau tidak" aku tersenyum penuh arti padanya.

"Aku akan sabar menunggumu chaeng"

"Terimakasih soo-ya"

To be continued....


TIGA SISI (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang