Bab 6 - Jangan tanyo aden kenapa

1.3K 266 24
                                    

Malam...
Ciyee.. tumben post jam segini?

Lagi gak puasa cyin.. whakaka

Semangaattt


------------------------------------


Pulang bukannya membuat lelah menghilang, tetapi malah menambah kepenatan dipikiran.

"Abis dari mana kau?"

Bang Yos mencibir kepulangan Aini dengan ekspresi lesu di wajah gadis itu. Sambil menyeret tas ranselnya, bang Yos tidak bisa menghentikan rasa penasarannya. Dia merangkak ke arah kamar Aini, lalu menahan pintu kamar itu ketika akan ditutup.

"Apa sih, Bang?"

"Kenapa kau, hah? Muka cemberut saja. Memang abang salah apa sama kau? Sampai ditegur baik-baik indak mau menjawab."

Berusaha menahan kekesalannya, Aini melemparkan tas ranselnya sembarang. Sekalipun di dalamnya ada laptop, gadis itu seakan tidak peduli.

Dia sudah dibuat emosi oleh laki-laki, si pemilik tempat makan itu. Lalu kini bisa-bisanya bang Yos membuatnya kesal kembali.

"Lo bisa diem enggak!!" Galak. Satu kata itu yang langsung bang Yos pahami. Dia terduduk di lantai. Kedua tangannya dia angkat ke atas, menandakan bila pintu itu bisa langsung Aini tutup dengan mudah.

Dengan satu hentakan kencang, Aini menutup pintu triplek itu dengan sangat kencang. Bahkan ibu mereka yang sudah tidur, tiba-tiba saja keluar. Melirik kondisi kedua anaknya, ia hanya bisa menggelengkan kepala. Entah siapa yang memulai kali ini. Yang jelas Aini dan Yos, anak pertamanya, memang sulit sekali untuk sepemahaman. Namun walau begitu, ia tahu mereka sama-sama saling menyayangi satu sama lain.

"Galak kali kau!"

Bang Yos berbalik, melihat ibunya berdiri di depan pintu kamar. Langsung memasang ekspresi bingung, bang Yos bergumam. "Bilangin tuh, Mak. Jangan keseringan pulang malam. Abang raso dia ketemu jin iprit di jalan."

"Hust, Yos."

"Abisnya, Mak. Abang indak salah, takanai juga olehnyo."

Ibunya tidak bisa berkata-kata. Arah tatapannya masih tertuju ke kamar Aini yang tertutup rapat.

"Sudahlah, Yos. Besok amak tanya. Kenapa dia bangiah?"

***

Melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, Aini meringis sakit ketika tulang punggungnya tidak sengaja mendarat pada bagian per kasur yang sudah rusak. Sambil mengusap-usap punggungnya, dia berdiri kembali dan melihat kondisi kasur usang di kamarnya. Kasur ini mungkin sudah dia pakai hampir 15 tahun lamanya. Bentuknya saja seperti kasur tua. Dan dalam 3 tahun belakangan ini per bagian tengah kasur sudah rusak. Hingga terkadang Aini malas untuk beristirahat di kasur jika malah memperburuk kondisi fisiknya.

"Ah ... kenapa sih? Kenapa hidup enggak adil gini."

Memaki kepada udara di dalam kamarnya, tatapannya tiba-tiba saja terpanah ke arah satu titik di mana tasnya tergeletak tak berdaya di lantai. Dia baru ingat, telah meleparkan tasnya begitu saja karena marah dengan bang Yos.

"Ah ... laptop gue."

Buru-buru Aini bergerak. Mengambil laptop itu lagi, lalu melihat kondisinya.

Untung saja. Pikiran itu yang langsung muncul diotak Aini. Laptop versi jadulnya mirip sekali dengan brand ponsel yang kini sudah tidak beroperasi lagi. Karena lihat saja, sudah dia lempar, tidak terjadi apa-apa dengan kondisinya. Semua masih aman, bisa hidup dan menampilkan ketikan skripsinya yang belum juga selesai.

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang