Bab 26 - Drama Mahasiswa Tingkah Akhir

929 274 22
                                    

Balik lagii.. Masih ada yang baca?

Ditunggu sampai selesai 40 bab yaa.. maaf agak molor selesainya. hehhee.. krn banyak liburnya akhir2 ini..

Semoga masih pada suka


-------------------


Gimana mau ketemu calon suami, kalau menemui dosen pembimbing saja seriesnya sudah mengalahkan salah satu sinetron stasiun TV.

Menarik napas dalam, lalu mengembuskan kembali adalah kegiatan yang Aini bisa lakukan di hari senin, tepat pukul 2 siang ini. Keramaian kampus yang berada di sekitarnya tidak mempengaruhi Aini untuk merasakan kesedihan seorang diri. Pasalnya berdasarkan info dari teman-teman satu perjuangannya, dosen pembimbing Aini tadi pagi terlihat bergentayangan di kampus tidak seperti hari-hari biasanya.

Atas dasar info itulah Aini berjuang. Terburu-buru datang ke kampus berharap bisa menghadang dosen tersebut agar bisa melakukan bimbingan terakhir sebelum awal minggu besok dia berharap bisa ikut sidang kedua yang diadakan kampusnya.

Namun ternyata perjuangan Aini sia-sia. Menurut kabar dari orang-orang yang melihat dosennya tadi, kedatangan Aini ke kampus selisih jalan dengan dosen tersebut yang beranjak pergi. Entah ia pulang atau menuju tempat lain. Yang jelas waktu kedatangan Aini kurang tepat.

Ingin sekali rasanya Aini mengamuk pada kondisi yang teramat sangat tidak mendukungnya ini. Tetapi emosi tersebut hanya bisa tertahan di mulutnya, dan tidak bisa dia lepaskan menjadi kata-kata. Karena dalam hal ini ada pula andil kesalahan yang Aini perbuat sampai dia bisa terlambat dalam menemui dosen pembimbingnya itu.

"Argh ... sumpah kenapa sih gue telat banget baca infonya," gumam Aini seorang diri dengan posisi dia duduk di depan parkiran motor, kampusnya.

Harusnya tadi pagi dia mengecek ponselnya, dan membaca informasi tersebut dengan segera agar Aini bisa sampai tepat waktu untuk menemui dosen tersebut. Akan tetapi, karena ia terbiasa tidak memiliki paket data, maka ponsel miliknya itu tidak ia pegang-pegang hingga dzuhur tiba. Dan pada jam itulah Aini baru tahu bila teman-temannya sudah memberikan kabar sejak jam 9 pagi.

Karena merasa malu harus mengamuk-ngamuk seorang diri, atas kebodohan yang dia buat, Aini hanya bisa menekuk kedua kakinya, kemudian kepalanya dia tundukkan di atas kedua kaki tersebut sambil merenungi semua kesalahannya.

Kini harapan agar bisa sidang awal bulan besok, alias minggu depan, semakin tipis bisa Aini raih. Oleh karena itu, Aini wajib memikirkan cara lain, cara dimana dia harus membayar semester berikutnya karena sidang kembali diadakan di awal semester depan.

Menyedihkan memang. Tapi mau bagaimana lagi?

***

Langkah kaki dengan sepatu yang baru saja disemir rapi terhenti tepat di depan sebuah resto yang baru dibuka beberapa hari kemarin ini. Setelah mengecek kembali map yang dia bawa, barulah langkah tersebut kembali dia gerakan untuk masuk ke dalam restoran bernama Yummy Healthy.

Memandang ke sekeliling, dia sempat disambut ramah oleh seorang pelayan di sana, dan langsung di arahkan ke meja pemesanan agar bisa dilayani dengan baik. Akan tetapi tidak ke meja pemesanan tujuannya datang ke sini. Dia mau menemui seseorang yang dia kenali beberapa waktu belakangan ini.

Namun sepertinya sudah sejauh mata memandang sosok yang dia cari tidak terlihat sama sekali di tempat ini.

"Maaf, Mas. Ada yang bisa dibantu?" Tanya seorang yang langsung mendekati ketika sudah diarahkan ke meja pemesanan laki-laki itu tidak kunjung bergerak ke sana.

"Saya mau ketemu mas Guntur."

"Mas Guntur? Maksudnya pak Guntur?"

"Iya. Pak Guntur. Yang rancak. Maksud saya, yang ganteng."

Terlihat kebingungan di wajah pelayan itu, kemudian dia menatap laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah.

"Mas mau ketemu pak Guntur ada maksud apa ya? Biar saya bantu tanyakan, posisi pak Guntur sedang berada di mana saat ini."

"Loh, emangnya harus punya maksud buat ketemu dia?"

Ekspresi tidak suka dia tunjukkan kepada pelayan tersebut. Memang apa salahnya dia datang ke sini untuk menemui Guntur?

"Maaf Mas, kalau pertanyaan saya salah. Tetapi saya pun perlu alasan untuk disampaikan mengapa Mas ingin menemui pak Guntur yang merupakan owner dari tempat ini."

Sembari merapikan map yang ia bawa, laki-laki itu mengucapkan satu kalimat yang amat sangat tidak masuk akal.

"Bilang saja, maksud saya datang sebagai kakak iparnya dia."

Semakin kebingungan mendengar kata kakak ipar, mau tidak mau pelayan tersebut langsung mengarahkan laki-laki itu untuk duduk terlebih dahulu, sebelum dia mengecek di mana posisi Guntur saat ini.

"Kalau boleh tahu atas nama siapa ya, Mas? Biar saya lebih mudah memberikan infonya."

"YOSERIZAL. Si calon kakak ipar."

"Baik mas Yose."

"Saya bukan orang Jawa, Mbak. Panggil saya bang Yos!"

***

Keluar dari gedung KAG Group, setelah proses meeting panjang, langkah kaki Guntur tertahan oleh pesan sekertarisnya yang terlihat berlari-lari karena ingin menyampaikan pesan penting padanya. Dengan selembar note yang ada ditangannya, perempuan itu menunduk hormat pada Guntur sebelum memberikan note tersebut.

"Pak Guntur, ada tamu penting yang sedang menunggu di resto Yummy Healthy yang baru dibuka kemarin."

"Siapa?" Guntur merasa aneh menerima pesan tersebut. Biasanya bila dia memang harus menemui tamu penting, maka nama tersebut sudah ada dalam schedule hariannya. Tapi kenapa kali ini tidak ada?

"Namanya mas Yos, eh bang Yoserizal, Pak. Beliau bukan orang Jawa."

Semakin kebingungan, Guntur membaca pesan yang ditulis di atas kertas note berwarna kuning oleh sekertarisnya ini. Nama yang tertulis di sana benar, Yoserizal, dengan note tambahan harus dipanggil abang bukan mas. Karena dia bukan orang Jawa.

Namun disamping semua tulisan itu, ada satu kata yang membuat mata Guntur terbuka dengan sangat lebar.

"Owh iya, Pak. Beliau adalah calon kakak ipar pak Guntur katanya." Sekertaris itu menambahkan penjelasannya ketika manik mata Guntur tertuju pada tulisan kakak ipar di bagian bawah dari note tersebut.

"Ada di mana dia?" ulang Guntur seolah tidak fokus dengan pikirannya.

"Di resto Yummy Healthy yang baru kemarin dibuka."

"Owh. Baiklah. Terima kasih informasinya."

Bergerak masuk ke dalam mobil yang disupiri oleh pak Adi, Guntur langsung memberitahu ke mana dirinya akan pergi saat ini.

"Kita ke resto Yummy Healthy yang kemarin, Pak."

"Tidak jadi ke kampusnya mbak Aini?"

"Kita ketemu walinya dulu."

"Maksud mas Guntur?"

Berusaha menahan tawa, Guntur mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela karena tahu bila pak Adi sedang memantau gerak geriknya di kursi belakang.

"Bang Yos, kakaknya Aini, sedang berada di resto Yummy Healthy saat ini."

"Untuk apa dia di sana, Mas? Maksud saya, kenapa dia nunggu Mas di resto itu? Kenapa enggak hubungi ke nomor Mas bila ingin bertemu?"

Bersidekap sembari memejamkan mata, Guntur bergumam pelan. "Saya juga tidak tahu. Kemungkinan besar dia tidak memiliki nomor saya. Atau dia sendiri tidak memiliki ponsel untuk menghubungi saya."

"Ah ... benar. Saya tidak kepikiran sampai ke sana."

Masih terus mencoba melirik Guntur diposisinya, pak Adi paham mengapa Guntur bersikap begitu tenang saat ini. Karena laki-laki itu sadar bila Tuhan mempermudah jalannya untuk melakukan hal baik. Buktinya wali dari perempuan itu sendiri yang mendekatinya. 

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang