Bab 18 - Dia, Imamku

1.1K 289 52
                                    

Masih ada yang baca?

Masih ada yang nunggu?

Apa sudah tidak peduli...

Memang ... kisah yang tidak bikin penasaran macem dara dante, agak minim pembaca. karena sudah bisa dipastikan endingnya kayak apa cerita ini. Hanya saja jalan menuju ending yang belum diketahui pembaca.


-------------------------------------------------------



Lafadz takbir yang kau ucapkan membuat hatiku bergetar. Entah ini karena memang ada rasa di hatiku, atau Tuhan sengaja menarikku semakin mendekat lewat dirimu.

Allahu Akbar.

Aini terus mengikuti suara imam yang terdengar memimpin jalannya sholat di bagian depan masjid ini. Sekalipun Aini tidak bisa melihat siapa imam sholat siang hari ini, namun entah mengapa hatinya terasa sangat yakin bila Guntur yang sedang menjadi imam dan memimpin jalannya sholat.

Suara dari Guntur memang hampir sama dengan suara-suara laki-laki lainnya. Sedikit ngebass namun tidak terlalu berat. Tetapi suara yang Aini dengar sebagai imam siang ini, seolah bukan dicerna oleh otaknya melainkan hatinya yang mengatakan bila ia adalah Kawindra Guntur. Seorang laki-laki ini yang semakin masuk ke dalam kehidupan Aini. Apalagi setelah kejadian tabrakan kemarin, semakin jelas tergambar ke arah mana hubungan mereka. Bolehkah Aini berbahagia atas pemikirannya ini?

Mengakhiri sholatnya dengan salam, Aini bergerak merangkak ke arah bagian depan, menyibakkan penutup batas antara laki-laki dan perempuan di masjid kampusnya ini. Sekilas celingukan, matanya langsung fokus ke arah depan. Dan benar saja, di bagian paling depan ada Guntur, menyalami satu persatu orang di belakangnya. Sambil memasang senyum lebar.

Hingga tanpa Aini sadari senyuman itu menular padanya. Ia malah tersipu malu ketika berhasil menebak Guntur hanya melalui suaranya saja. Masih sibuk terpakau dengan Guntur, Aini malah dikagetkan oleh seseorang laki-laki yang menarik gorden penutup itu dengan kencang.

"Kurang ajar. Sengaja banget sih."

Aini kembali ke posisinya, hatinya terus mendumal sebal atas kelakuan mahasiswa itu. Namun bibirnya tidak kunjung berhenti membaca beberapa doa selepas dia mengerjakan sholat tadi. Diselipan doa selepas sholat, dia masukkan doa permohonan jodohnya pada Allah seperti yang biasa dia lakukan.

Sampai beberapa mahasiswi di sebelahnya sudah mulai bergerak merapikan alat sholat mereka, Aini masih diposisinya, memohon apa yang ingin dia segerakan dalam kehidupan percintaannya. Yakni bertemu pasangan hidupnya, lalu menikah, dan bahagia. Itulah yang Aini planning untuk kedepannya.

Mengucapkan kata aamiin untuk yang terakhir kalinya, Aini kaget melihat notif wa muncul diponselnya. Bibirnya tertarik tinggi ketika tahu siapa yang mengirimkannya.

"Masih nungguin toh ternyata," ungkapnya.

Tidak mungkin pesan tersebut bisa masuk ke dalam ponsel Aini jika Guntur tidak beredar di sekitarnya saat ini. Karena kondisinya ponsel Aini masih tersambung ke ponsel laki-laki itu, menumpang paket data karena milik Aini sudah habis sejak semalam.

Selesai Aini melipat mukenanya, dia berjalan keluar dari masjid ini. Baru satu langkah Aini keluar dari pintu masjid, ia sudah bisa melihat Guntur, tengah berdiri sambil menatap layar ponselnya di sana.

Kondisi pintu masuk masjid yang berbeda, dari bagian laki-laki dan perempuan, membuat Guntur harus putar balik ke sisi kanan, di mana pintu masuk perempuan berada. Dan ketika Aini melihatnya, hanya Guntur, seorang laki-laki, yang berdiri di dekat pintu masuk atau keluar untuk bagian perempuan.

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang