Bab 11 - Bukan sekedar teman

1K 253 13
                                    

Selamat bacaaaa...

Semoga bahagia selalu..

Jangan lupa mampir ke akun Fizzo aku yaa..

SHISAKATYA

dibaca dah tuh cerita RAI.

Related gak dalam kehidupan berumah tangga?


--------------------------


Aku bukan temanmu, tetapi saudara seagamamu. Jadi untuk apa kamu malu?

Aini tidak berhenti tersenyum ketika ia ditinggalkan berdua saja dengan Yasmin di dalam kamar rumah sakit yang sejak pagi ini dia tempati. Ruangan kamar rawat kelas VIP, memang bukanlah kamar rawat termewah di rumah sakit ini. Namun bagi Aini yang tidak pernah masuk rumah sakit, merasa sangat bahagia bisa berbaring di tempat tidur empuk dengan ruangan ber AC.

"Kenapa lo senyam senyum terus?" tanya Yasmin bingung.

Tadi dia diminta untuk menemani Aini sampai ibu dan abangnya kembali dari rumah, membawa baju ganti untuk Aini. Lagi pula warung berdagang yang dimiliki oleh ibu Aini harus dibuka setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Bahagia aja gue. Enggak pernah tidur di kasur selembut ini."

"Ah? Lembut?" Yasmin mendekati ranjangnya. Lalu merasakan kasur tersebut. Ia merasa sama saja dengan kasur di kamarnya.

"Emang beda sama kasur lo?"

Aini terkikik geli. "Ya beda lah, Yas. Kasur gue kapuk di rumah. Terus ranjangnya pakai ranjang besi zaman dulu kala. Mungkin lo enggak akan bisa bayangin. Tapi itu faktanya."

"Owh, gitu."

"Terus juga di sini dingin." Tawa Aini terdengar riang.

"Lo kedinginan? Mau gue naikin suhunya?"

"Ah? Maksudnya?"

"Suhu AC nya bisa gue ubah kalau lo kedinginan."

"Ish, Yasmin. Lo emang enggak bisa sepaham sama gue."

Yasmin menatap Aini kesal. Dikasih perhatian malah dibilang seperti itu.

"Lo emang enggak bisa dipahami, Ai. Enggak itu di WA, yang sering banget lo typo kalau mau nulis sesuatu, sampai udah ngomong langsung begini aja, gue masih enggak bisa pahami lo."

Tidak tersinggung sedikitpun, Aini malah terkikik geli. "Tapi kita sahabatan, kan?"

"Iya. Makanya itu, gue aneh bisa sahabatan sama lo."

"Alah, lo juga aneh kok. Makanya kita cocok," ujar Aini sambil membuat sign love menggunakan jarinya.

Yasmin kembali terdiam. Dia melihat bagian kaki kanan Aini yang diperban, menandakan jika bagian itu tidak sedang baik-baik saja saat ini. Tapi bisa-bisanya Aini malah sibuk menikmati keindahan dan kenyamanan kamar ini.

"Kaki lo enggak sakit, Ai?"

"Ah?"

"Itu ...." Yasmin menunjuknya. "Kaki lo enggak sakit?"

"Hm, kalau boleh jujur, sakit banget. Agak susah digerakin. Gue juga enggak paham karena apa, yang jelas pas gue jatuh itu ketiban sama sepedanya dia."

"Sepeda?"

"Ah, iya. Gue belum jelasin sama lo ya, kronologinya. Jadi tadi pagi tuh gue abis subuh yah sekitar jam 5.30, terus yah kayak biasa lah, bantu amak gue, dan niatnya mau ke tukang sayur. Tapi baru beberapa langkah keluar dari rumah gue, ada sepeda nabrak gue kenceng banget. Bahkan gue sampai enggak inget gimana bisa gue mental sampai ketiban sepeda itu. Yang gue rasa pas mau bangun, bagian engkel kaki gue enggak bisa dipakai berdiri yang sebelah. Jadinya gue mau jatuh lagi ke tanah. Cuma tiba-tiba ada yang nolongin gue, gendong badan gue. Dan lo tahu, pas gue sadar orang itu siapa, gue cukup kaget muka dia dekat banget sama muka gue."

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang