Bab 40 - Bismillah, Nikah.

1.1K 147 10
                                    

Akhirnya Yeeee... Tamat.

Btw, Ada ekstra Part ya ... tapi khusus di karyakarsa aja.

Aku enggak akan posting di Wp. Sama kayak ceritaku yang lain.

Jadi kalau mau baca silakan ke sana.

Yang jelas ada manis-manisnya gitchu

---------------------------------------------------------------------

Aku menerimamu menjadi pasanganku bukan karena pikiran kita sama. Melainkan karena aku ingin berpikir bersamamu untuk menghadapi setiap masalah dalam hidup ini.

Menikah adalah impian semua orang. Apalagi bisa menikah dengan pasangan yang dicintai, pastinya amat sangat diharapkan oleh hampir setiap perempuan dimuka bumi ini. Selain itu bisa mendapatkan pesta pernikahan yang begitu diimpikan, lalu ditambah lagi orang-orang yang berbahagia di sekitar kalian, keluarga serta teman-teman, semakin membuat makna pernikahan menjadi sempurna.

Kurang lebih seperti itulah yang dirasakan Aini hari ini, bersanding dengan Guntur, setelah laki-laki itu mengikrarkan akad tadi pagi, semua terasa sangat indah. Dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, Aini melihat begitu banyak tamu yang datang ke pernikahan mereka. Hatinya bersorak bahagia. Apakah ini akhir dari perjuangannya? Apakah ini balasan dari kesabaran yang dia telah jalani? Apakah ini buah manis dari segala usahanya?

Mungkin saja iya. Tapi bisa jadi setelah pernikahan ini akan jauh lebih banyak lagi masalah hidup yang akan Aini rasakan. Namun indahnya kini ada Guntur yang akan sama-sama, mendampinginya, untuk memikirkan masalah hidup yang menghampiri mereka. Setidaknya semua akan terasa lebih mudah, karena adanya partner diskusi yang bisa memberikan banyak tanggapan dari berbagai macam sisi.

"Bagaimana?" tanya Guntur sambil menepuk punggung tangan Aini yang sedang memeluk lengannya. "Apa seperti ini impianmu?"

Tertawa malu, Aini menggeleng. Guntur memberikan tatapan bingung pada gerakan yang Aini lakukan.

"Jadi bukan seperti ini yang kamu mau?"

"Hm. Bukan seperti ini, tapi semua hal yang sudah mas Guntur berikan, sangat jauh dari yang Aini harapkan. Ini benar-benar luar biasa. Walau banyak kendala dari pihakku, seperti belum selesai skripsi, karena yah ... mas Guntur tahu alasannya, lalu apa ya, mungkin dari segi karakterku yang sering kali membuat mas Guntur bingung untuk memahaminya, sampai terlalu sering terjadi perbedaan pendapat di antara kita, aku pikir tidak akan semewah dan seindah ini pernikahan kita. Ternyata kamu berhasil mengemasnya dengan sangat baik. Tidak berlebihan tapi amat sangat indah untukku."

Tersenyum, sambil terus menepuk-nepuk ringan punggung tangan Aini, Guntur paham ketakutan seperti apa yang dipikirkan oleh istrinya itu. Namun lihatlah, walau memang pada kenyataanya dia sempat kesulitan untuk memahami semua hal mengenai Aini, tetapi seiring berjalannya waktu, semua bisa Guntur lakukan dengan baik.

"Sudah lah, mengenai skripsi, ditunda sejenak bukan berarti kamu gagal. Kamu sudah sangat berusaha, dan Tuhan memberikan waktu yang tepat untukmu bisa menyelesaikan semuanya. Itu poin terpentingnya. Lalu mengenai karakter, selama aku diberikan waktu untuk bersamamu, aku pastikan akan terus berusaha untuk memahamimu. Walau ya ... pastinya kamu tahu akan sesulit apa, tapi kamu wajib tahu, aku tidak akan menyerah."

"Ish, ngeselin! Aku enggak seburuk itu, ya!"

"Haha ... iya, iya. Kamu enggak buruk, Sayang. Kamu yang terbaik," tanggap Guntur cepat. Dia kini merangkul pinggang Aini, agar tubuh mereka semakin merapat. "Lalu untuk perbedaan pendapat, bukannya semua itu lumrah adanya. Jika memang kamu atau aku punya alasan yang logis atas perbedaan pendapat itu, aku rasa bisa dibicarakan baik-baik. Intinya tanpa emosi, aku yakin semua akan baik-baik saja."

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang