Bab 39 - Intinya itu Komunikasi, kan?

667 150 18
                                    

Alhamdulillah, masih update. walau terlambat banget-banget. Aku mau selesaiin semuanya, sebelum masuk bulan ramadhan lagi

semangattt


Baru kusadari menikah bukan hanya mencari calon pasangan, lalu berbahagia menjalani mahligai pernikahan. Namun banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum menjalani semua itu. Terutama kesiapan mental.

Tidak dibalas. Itulah kondisi yang terjadi.

Guntur pikir setelah semalam ketiduran, ia akan membaca balasan pesan Aini dipagi harinya. Akan tetapi, apa yang dia pikirnya nyatanya tidak sesuai kenyataan. Tidak ada balasan satu pesan pun dari Aini sampai pukul 8 pagi ini.

Karena itulah, tanpa pikir panjang Guntur langsung mencari dimana calon istrinya itu berada. Bahkan Guntur sengaja tidak menghubungi Aini, karena takutnya dari pesan terakhirnya kemarin terjadi kesalah pahaman, hingga Aini menghindarinya. Padahal tidak sedikitpun Guntur memikirkan hal negatif dari balasan pesannya itu. Semua murni hanya keinginannya untuk menggoda Aini.

Akan tetapi ternyata yang Aini pikirkan jelas sangat berbeda.

"Ternyata yang rumit itu bukan menemukan calon istri. Tapi memahami jalan pikiran perempuan yang akan menjadi istri," gumam Guntur.

Mengambil kunci mobilnya, pagi ini dia ingin mengemudi sendiri. Menyelesaikan masalah yang dia buat dengan tangannya sendiri. Tanpa campur tangan pihak keluarga.

"Pagi mas Guntur. Mau ke kantor pagi ini?" tanya pak Adi, menghentikan kegiatannya mengelap salah satu mobil yang biasa Guntur pakai untuk ke kantornya.

"Enggak, Pak. Saya ke kantornya sore saja. Hanya perlu tanda tangan beberapa berkas. Pagi ini ada hal penting yang perlu saya urus."

"Hal penting? Mau ke kelurahan kah, Mas? Urus surat izin menikah?"

Tersenyum malu, kepala Guntur menggeleng. "Bukan, Pak. Semua surat-surat sudah selesai dari minggu lalu. Ini ada yang lebih penting dari sekedar surat izin menikah?"

"Loh, apa itu?"

"Isi hati calon istri."

"Ya Allah, ini emang berat banget. Segera atuh dibereskan. Jangan sampai isi hati calon istri berantakan. Bisa runyam semuanya."

"Pasti, Pak. Doakan saya, ya."

"Pasti saya doain, Mas. Semangat yo. Memang mau menikah itu ada saja rintangannya. Yang penting sabar, dan mau mengalah saja. Apalagi sebagai laki-laki, wajib mengalah demi kebahagiaan istri. Karena asal mas Guntur tahu, dari istrilah semua rezeki kita mengalir. Itulah alasannya mengapa Tuhan menciptakan seorang perempuan dengan begitu sempurna."

"Alhamdulillah, dapat nasihat baik pagi ini. Terima kasih banyak, Pak Adi. Semoga kebaikannya dilipat gandakan. Aamiin."

Mau melangkah lagi ke mobil yang lainnya, pak Adi menghentikan langkah Guntur. "Eh, eh ... mau ketemu calon istri kok pakai mobil yang kotor? Yang bagus dong. Ini udah saya lap. Karena saya enggak tahu kalau mas Guntur mau bawa mobil sendiri. Jadi saya bersihinnya mobil yang biasa dipakai."

Melirik mobil yang sudah dirapikan pagi ini, Guntur menyetujui usul pak Adi. Dia menukar kunci yang dibawa, dengan kunci mobil yang pak Adi berikan.

"Bismillah ya, Mas. Semoga lancar."

"Haha, berasa saya hari ini nikahnya. Pakai didoain."

"Doain yang terbaik untuk orang lain, enggak perlu pas waktu nikah, kan?"

"Iya, Pak. Iya. Saya pergi dulu ya."

Langsung masuk ke dalam mobil itu, Guntur langsung bergegas menuju rumah Aini, dimana satu-satunya tempat yang harus dia kunjungi pertama kali untuk menyelesaikan kesalah pahaman ini.

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang