Bab 21 - Cantiknya calon mantu

1K 309 33
                                    

Masih ada yang baca?

Yah.. sudah lewat setengah jalan.. Semoga masih betah... Disabarin yaa..


-----------------


Keluarga kita memang berbeda, karena kalau sama, namanya kita saudara.

"Aini ...."

"AINI ...."

Suara teriakan bang Yos terdengar memecahkan telinga Aini dan Yasmin yang tengah sama-sama berbaring di atas ranjang beralaskan kasur kapuk, dalam kamar Aini. Ingin bergerak membuka pintu kamar, Aini rasanya malas sekali. Hingga Yasmin lah yang melakukannya.

Setelah membalut asal kepalanya dengan kerudung, Yasmin membuka pintu kamar itu. Di hadapannya berdiri tinggi menjulang bang Yos, yang memberikan tatapan tajam pada Aini.

"Abang maimbau dari tadi indak tadanga? Lai nan tibo tuh dimuko."

"Sia?"

"Pak Adi namanyo. Itu supir laki-laki nan patang tuh."

"Supir?" Aini mengulangi. Dan ingat kondisi tadi siang, setelah dzuhur dimana dia pulang ke rumah diantarkan supir pribadi milik Guntur.

Lalu kenapa sore ini supir itu datang lagi?

"Pakailah tikuluak kau dulu, hah."

"Iya ... iya."

Terburu-buru memakainya, Aini terlihat hancur. Namun sedikitpun Aini tidak peduli akan tampilannya saat ini. Dia hanya penasaran mengapa supir yang tadi mengantarkannya dia pulang datang kembali? Apa jangan-jangan supir itu meminta uang bensin karena sudah mengantarkan Aini sampai ke rumah. Ataukah ada hal lain yang belum tuntas dikerjakan supir itu kepadanya.

"Assalamu'alaikum."

Pak Adi langsung berdiri ketika Aini mendatanginya. Supir itu langsung tersenyum merasa tidak enak karena harus bolak balik menemui Aini. Akan tetapi karena kali ini perintah dari nyonya besar, mau tidak mau dia harus menjalaninya.

"Wa'alaikumsalam, Mbak. Maaf saya datang lagi."

"Loh, tadi kan Bapak enggak datang. Tadi Bapak anterin saya pulang."

Aini menjawabnya dengan riang, seperti karakter Aini yang dikenali oleh pak Adi. Sangat simple dan bisa membangun mood ketika berbicara dengannya.

"Ah, iya. Maksud saya ... kedatangan saya ke sini ingin ...." Tidak jadi menyelesaikan kalimatnya, bang Yos terlihat bolak balik, memantau ada gerangan apalagi antara adiknya dengan laki-laki itu. Sampai-sampai supirnya yang diminta untuk datang kemari.

"Bang Yos. Sana gih. Nguping aja!!"

Yos mendelik sebal. Namun tetap menuruti kata-kata Aini. Dia keluar dari rumah, membantu ibunya untuk menutup warung kecil yang berada di depan rumah mereka.

"Begini, Mbak. Saya datang ke sini karena diminta sama ibu. Ibunya mas Guntur mau ngajak mbak Aini makan malam hari ini. Bagaimana, Mbak?"

"Ah? Sekarang banget?"

"Iya, Mbak. Saya datang untuk menjemput mbak Aini."

"Kira-kira ada apa ya, Pak? Saya ngerasa enggak enak nih."

"Enggak ada apa-apa, Mbak. Si ibu orangnya baik banget. Saya yakin mbak Aini juga bisa merasakan kebaikannya."

"Ah, gitu, kah?"

"Iya, Mbak. Kalau boleh, Mbak bisa langsung bersiap-bersiap. Saya tunggu di depan ya, Mbak."

"Ta ... tapi?"

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang