Bab 31 - Terjebak atas kenyataan

901 239 18
                                    

Holaaaa.... #ngintip

Masih ada yang baca, kan?

Maap akhir-akhir ini lambat updatenya.

Pertama karena saya lagi sibuk bgt didunia nyata. Ada kerjaan, training dan sebagainya.

Yang kedua, saya sedih, karena komen kalian dikit banget.

Yuk dikomen biar aku semangat lagi.

Disini gratis loh, masa buat komen aja gak bisa.. huhuhu


----------------------------------------


Biarkan aku menjadi kecil dan bodoh dihadapanmu kini sebelum akhirnya aku menjadi dewasa dan juga bijak dalam kehidupan.

Baru diberitahu ketika mereka sampai di rumah, tentu saja dengan diantarkan oleh pak Adi, akhirnya Aini paham semua kesalahan yang dia lakukan tadi. Bahkan kalimat-kalimat yang Guntur katakan kepadanya barulah bisa dia mengerti, dan terlihat terhubung dengan semuanya.

Jika tadi Aini merasa aneh dengan alasan Guntur yang mengatakan bila ia meminta bang Yos untuk datang menemani mereka, maka kini Aini paham semuanya. Bang Yos datang bukanlah karena Guntur yang meminta, melainkan karena kakak laki-lakinya itu ingin mengucapkan terima kasih banyak pada Guntur karena sudah diterima menjadi salah satu karyawan Yummy Healthy mulai besok.

"Makanyo ... jangan tuduah abang sesuka hati kau saja."

"Ya ... habisnyo ... abang juo yang indak tahu diri."

"Alah ... alasan sajo!"

Merasa benar-benar kecewa dengan Aini, bang Yos memilih pergi untuk membersihkan diri setelah seharian berada di luar rumah.

Sedangkan Aini sendiri hanya bisa membisu diposisinya. Kali ini dia memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan semua tuduhan tidak benar yang keluar dari mulutnya. Mungkin jika saja Aini tidak dengan cepat mengambil keputusan tadi, kebodohan itu pastinya tidak akan pernah terjadi. Menuduh bang Yos melakukan interview di perusahaan bodong, di depan Guntur yang merupakan pemilik dari perusahaan tersebut, rasanya tidak bisa dimaafkan sedikitpun. Pastinya Aini akan malu jika bertemu Guntur lagi, sekalipun Guntur bisa bersikap biasa saja.

"Aduh ... gimana dong?" Aini bergumam pelan. Otaknya berusaha mencari jalan keluar, tapi bodohnya pikiran salah yang lagi-lagi muncul.

Dia tetap saja menyalahkan kedatangan bang Yos secara tiba-tiba tadi. Apalagi Aini selalu memaklumi sikapnya kurang terkontrol bila berhubungan dengan bang Yos, kakak laki-lakinya. Padahal sudah sangat jelas sikap seperti itu tidak baik untuk ia lakukan didepan kakaknya sendiri.

"Kamu kenapa?"

Melihat Aini yang sejak tadi terpaku, sambil mengerutkan kening dalam, ibunya perlahan mendekat. Dia mengusap lengan Aini sambil mempertanyakan ada apa dengan putrinya itu.

"Kenapa lagi sekarang?" tanya ibunya lebih mendesak karena Aini belum juga menjawab pertanyaannya. Sekalipun sudah terbiasa, dan paham, bila Aini bersikap demikian karena ribut dengan Yos, anak laki-lakinya, namun ia tetap ingin memastikan segalanya. Menjadi seorang single parent bukanlah perkara yang mudah. Walau kini usia kedua anaknya sudah dewasa, namun tetap saja dimata seorang ibu mereka tetaplah anak-anak.

"Aini salah, Mak. Salah banget," ungkapnya merasa kecewa atas dirinya sendiri.

Mendapatkan jawaban dengan ekspresi yang tidak enak, ibunya mengarahkan Aini untuk duduk di ruang tamu sederhana, rumah mereka ini. Sambil terus mengusap-usap lengan anaknya, ia tetap berusaha mendengarkan setiap kalimat yang Aini ucapkan.

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang