Bab 16 - Istighfar Terus, Bang.

982 290 18
                                    

Balik lagi.... xixixixi..

Bab kemarin ada revisi sedikit. Baru sadar jadi enggak nyambung kalo enggak direvisi.

Udah aku revisi ya, Dan bisa nyambung ke bab ini.

Jadi selamat bacaaaa...

Btw, Rai ganteng begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw, Rai ganteng begini. Pantes si Ima milih dia dari zaman sekolah dulu.

Yuk. Yang belum baca RAI di apps FIZZO, monggo mampir.

Update setiap hari soalnya. Dan dalam waktu seminggu lagi, semoga dapat 600 penayangan.

Kalau enggak, yah sama aja kerja keras tapi enggak dibayar.



---------------------

Tolong katakan jangan membuatku bingung. Apa yang harus kulakukan untuk membahagiakanmu.

Menundukkan kepalanya pada kemudi, karena terlarut dalam kekesalannya menghadapi Aini, akhirnya Guntur sadar. Mengapa dia hanya diam di sini, dan membiarkan Aini pergi. Hati terdalamnya menyadari, semua yang terjadi bukanlah hanya Aini yang salah. Dia juga punya andil yang besar atas kondisi yang terjadi. Mulai dari ketidak hati-hatiannya dalam mengemudikan sepeda, hingga kebodohannya mengapa begitu kasar memberikan jawaban pada Aini.

Harusnya Guntur bisa lebih sadar. Bisa lebih memahami kondisi Aini yang sakit, yang membutuhkan pertolongannya. Namun sayangnya, sampai mereka berdebat tadi, Guntur juga hanya memikirkan dirinya sendiri, mengenai ibunya yang pastinya tidak akan tinggal diam dan mencari tahu siapa korban tabrak sepeda yang kemarin mengirimkan Guntur pesan.

"Astaghfirullah al'adzim. Ayolah. Kita perbaiki satu persatu."

Mulai menjalankan kemudinya, Guntur tidak tahu harus mencari Aini ke mana saat ini. Dia minim info soal gadis itu. Sampai akhirnya Guntur mencoba menghubungi Aini lebih dulu.

Menekan sambungan telepon dalam aplikasi WA, Guntur dihadapkan dengan suara nada tunggu berulang kali.

Kedua alisnya saling bertautan. Apa mungkin Aini tidak mendengar panggilan darinya?

Dengan keputusan cepat, Guntur mengirimkan pesan singkat melalui aplikasi tersebut. Dia menunggu sejenak, dan hasilnya dia hanya bisa tersenyum lebar sembari memijat pelipisnya.

"Jangan-jangan paket datanya enggak ada ini anak," gumamnya bermonolog sendiri.

Atas kesimpulan dari pikirannya itu, akhirnya Guntur menghubungi Aini menggunakan panggilan telepon biasa. Dan benar saja, hanya dua kali nada tunggu Guntur dengar, suara Aini sudah mengucapkan salam ketika panggilan tersebut terhubung.

"Wa'alailkumsalam."

"Ngapain lagi sih?"

"Bukannya kemarin kamu minta saya antarkan ke kampus? Tapi mana? Kamu malah pergi gitu aja."

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang