Bab 8 - Penasaran awal mula rasa suka

1.1K 283 21
                                    

Yuk dibaca dan dikomen...

Btw, jangan lupa baca ceritaku di apps FIZZO

GRATISSSSS



------------------


Doaku disepertiga malam masihlah sama, berharap dipertemukan yang terbaik dalam ikatan cinta yang nyata.

Tidak bisa tidur. Itulah yang Aini rasakan malam ini. Merasakan perasaan berbeda dengan malam-malam sebelumnya, jelas sekali debaran jantungnya cukup terasa. Dia sampai melirik barang-barang di atas meja belajarnya. Tidak ada cangkir kopi di sana, yang menandakan bila dirinya tidak minum kopi malam ini. Akan tetapi, mengapa jantungnya berdebar begitu cepat sampai tidak bisa tidur?

Duduk kembali di atas ranjang besi dengan kasur kapuk miliknya, Aini melihat jam diponsel. Sudah jam 3 pagi. Yang itu berarti hampir setiap jamnya dia terjaga sejak tadi. Entah apa yang membuatnya begini, pastinya baru kali ini Aini merasakan keanehan ini.

Mengembuskan napas berat, kedua tangan Aini mengusap wajahnya berulang kali. Kali ini sudah dia putuskan tidak akan tidur malam ini. Karena sekarang, Aini malah bergerak keluar kamar, menuju kamar mandi rumahnya yang berada di bagian belakang rumah, lalu mengambil wudhu untuk dirinya menjalankan ibadah shalat tahajjud.

Walau memang Aini belum mampu rutin melakukannya. Tetapi jika pada jam segini dirinya masih terjaga, atau belum tidur karena mengerjakan skripsi dan tugas kuliahnya, maka Aini akan menjalankan ibadah shalat malamnya itu dengan khusyuk. Apalagi seperti yang dia katakan sebelumnya pada Yasmin, bila banyak sekali doanya ketika sholat malam mengenai jodoh dirinya kelak.

"Aaahhh ...." Aini tersentak kaget ketika bang Yos keluar dari kamar mandi dengan kondisi lampu dimatikan.

"Apa kau, aahh hooh, ahhh hooh saja."

"Kenapa dimatiin sih lampunya? Kalau lagi di kamar mandi, lampunya dinyalain dong!!"

Bang Yos terkikik geli, dia melirik Aini penuh cibiran. "Kenapa kau? Takut? Kau pikir abang ini macam setan?"

"Ya ... bukan masalah setan aja. Bisa jadi maling gitu. Kan serem juga."

"Siapa yang mau maling ke rumah kita? Letaknya aja kejepit depan belakang gini. Terus yaelah, masih banyak rumah orang di sekitar kita yang lebih berada. Kayak ada motornya minimal. Sedangkan kita? Kita enggak punya apa-apa."

Merasa tidak setuju, Aini menatap bang Yos dengan kesal. "Eh, kalau maling itu enggak hanya mentingin harta, tapi nyawa juga bisa dihabisin. Dan abang tahu kan, nyawa lebih berharga dibanding harta. Jadi kalau ngomong dipikir dulu."

Melewati bang Yos dengan menabraknya, abang laki-lakinya sampai tidak bisa berkata-kata. "Awas ya kau!!"

"Awas juga kau. BANG!!!" Aini berteriak dari dalam kamar mandi yang sudah ditutup pintunya.

Seolah tidak kehilangan akal untuk memancing emosi Aini, bang Yos tersenyum penuh muslihat ketika pandangannya terpaku pada saklar lampu yang sudah dinyalakan oleh Aini. Kemudian dengan sangat perlahan-lahan, bang Yos menekan saklar tersebut pelan-pelan, sampai lampu kamar mandi kembali mati.

"BANG YOS!!!"

"Makanya jangan galak-galak jo abang! Kena kutuk baru tahu rasa kau!"

Tidak memperdulikan omelan Aini dari dalam kamar mandi, bang Yos melangkah menuju ruang keluarganya. Setelah menggelar sajadah, dan memakai sarung kotak-kotak berwarna cokelat, bang Yos memulai sholat malamnya.

Sekalipun dia terlihat menyebalkan dimata Aini, namun laki-laki itu akan selalu taat pada Tuhan yang menciptakannya.

***

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang