Bab 36 - Alhamdulillah, akhirnya datang juga

942 217 9
                                    

Udah lumutan ya nungguin update...

Xixixixi...

Aku update di sini dulu deh. Besok baru bab 39 di Karyakarsa...

Selamat bacaaa


---------------------------------------------------

Sebelum-sebelumnya kupikir menunggu sembari berdoa adalah perbuatan yang paling sia-sia. Nyatanya semua yang dilakukan untuk tujuan baik tidak pernah mengenal kata sia-sia.

Tampil dengan pakaian sangat sederhana, Aini langsung menunggu kedatangan Guntur dan keluarga di depan rumah, persis di gang kecil yang mengarah ke rumahnya, setelah diinformasikan oleh laki-laki itu bila mereka akan segera sampai.

Tampil dengan pakaian sangat sederhana, Aini langsung menunggu kedatangan Guntur dan keluarga di depan rumah, persis di gang kecil yang mengarah ke rumahnya, setelah diinformasikan oleh laki-laki itu bila mereka akan segera sampai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kedua tangan sibuk membereskan hijab paris berwarna moka, Aini menendang-nendang kecil batu kerikil yang berada di sekitar kakinya. Matanya melirik-lirik ke arah lapangan, tempat biasa Guntur memarkirkan mobilnya, namun belum juga terlihat mobil dari calon suaminya itu.

Calon suami? Bolehkah Aini mengklaimnya seperti itu. Setelah melalui perjalanan yang tidak terduga, hingga berakhir dilamaran singkat Guntur kemarin ini, Aini merasa semua ini seperti mukjiazat baginya. Hanya dengan berbekal doa panjang, bahkan begitu detail dan rinci, seolah-olah Tuhan memang mendengarkan setiap keinginan yang Aini pinta dalam doanya. Sekalipun awal mula pertemuan mereka diciptakan Tuhan dengan hal-hal yang tidak tertebak, namun Aini syukuri bisa mengakhiri pertemuan itu dengan ikatan pernikahan yang sakral.

"Aini, lagi ngapain?" tegur salah seorang tetangganya, yang merasa aneh melihat Aini berdiri di jalan sempit ini sembari terus melihat ke arah lapangan.

"Lagi nunggu tamu, Bu."

"Owh gitu. Mau buka puasa bareng, ya?"

"Hm, iya." Senyum Aini dengan tulus.

"Ngomong-ngomong abangmu udah dapat kerjaan, ya? Ibu udah enggak pernah lihat dia jaga warung lagi."

"Iya, Bu. Sudah. Dapat pekerjaan di restoran."

"Wah, baguslah. Akhirnya dia kerja juga. Supaya bisa bantu-bantu ibumu juga."

Mengangguk masih dengan senyuman yang sama, Aini mendadak gugup disaat sebuah mobil mewah mulai memasuki lapangan tersebut untuk parkir. Walau ia tidak mengenali mobil siapa itu, akan tetapi Aini merasa bila mobil tersebut milik salah seorang keluarga Guntur.

Kembali merapikan kerudungnya, Aini melangkah masuk ke dalam rumah, mengatakan kepada abang dan ibunya bila keluarga Guntur telah datang. Aini juga meminta kepada bang Yos untuk menyambut kedatangan keluarga Guntur dengan ramah, karena Aini sendiri lebih memilih bersembunyi di dalam rumah, menutupi rasa malunya yang membuat tubuhnya gugup setengah mati.

Hanya berselang 10 menit setelah Aini menginformasikan kepada bang Yos dan juga ibunya, terdengar suara salam dari banyak orang di depan rumahnya. Mengintip dari balik jendela, wajah-wajah yang terlihat dengan kedua matanya kini adalah orang-orang familiar yang sebelumnya pernah Aini temui di rumahnya Guntur.

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang