Bab 32 - Dimulai dengan hal baik

834 248 13
                                    

Dibaca lagi yuk. Bab 40 kelarrr.. Jadi gas baca terus


--------------------------------------


Disinilah peranmu dimulai, dimana akan mengarahkanku ketika langkah ini malah terjerumus akan nafsu.

Datang dengan niat baik, demi memohon maaf langsung pada Guntur setelah kemarin melakukan kesalahan akibat kalimat yang ia ucapkan, Aini malah dikagetkan dengan fakta yang lagi-lagi tidak pernah dia duga sebelumnya.

"Bang Yos," ucapnya disaat melihat bang Yos sedang merapikan meja setelah ditempati oleh pelanggan sebelumnya.

Sejenak bang Yos melirik adik perempuannya yang baru datang, namun setelahnya dia memilih menghindar. Melangkah mengangkut beberapa piring kotor untuk dibawa ke belakang agar bisa dibersihkan.

Hari ini bang Yos resmi bekerja di resto Yummy Healthy, maka jelas hal sederhana yang ditugaskan kepadanya adalah membersihkan resto setelah pelanggan selesai dan juga tak lupa menyuci piring di belakang.

Jelas sekali dia belum diizinkan memegang area pemesanan atau mengantarkan makanan ke pelanggan. Karena semua pekerja pastinya akan dimulai dari bagian termudah dan terendah terlebih dahulu. Jika pada akhirnya bang Yos berhasil, bukan tidak mungkin posisinya akan naik, seperti menjadi kepala toko Yummy Healthy.

"Bang Yos ..." panggil Aini kembali. Dia berusaha menahan langkah kakak laki-lakinya itu untuk mengucapkan kata maaf setelah kemarin melakukan banyak kesalahan dan dugaan buruk padanya.

"Apo lagi hah?"

"Aini mau minta maaf. Aini pikir bang Yos masih ada di rumah pagi tadi, tapi ternyata pas Aini cek, Abang udah pergi dari pagi. Dan baiknya Tuhan mempertemukan kita di sini."

Bang Yos terdiam. Dia melirik tangan Aini di lengannya, kemudian berusaha untuk menormalkan emosinya.

"Abang indak pernah bisa marah pada kau," ungkapnya pelan. Dia melirik ke sekitar, ada beberapa pelanggan yang melihat ke arahnya dan juga Aini, hingga akhirnya bang Yos memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu baru setelahnya akan menemui Aini.

"Pesanlah minuman. Nanti abang akan datang ke tempat kau."

Dengan manik mata berkaca-kaca, Aini hanya bisa mengangguk. Menatap pergi langkah bang Yos untuk masuk ke dalam bagian dapur Yummy Healthy, Aini sangat malu atas sikapnya kemarin ini. Dia sangat sadar, terlebih setelah berbicara dengan ibunya, banyak hal yang ingin dia perbaiki hari ini, tentu saja sebelum bulan Ramadhan hadir dalam hitungan jam.

"Silakan Mbak, mau pesan apa?" tanya pelayan itu yang cukup menyadari bila Aini pernah membuat keributan beberapa waktu lalu di tempat ini.

Disisi lain, Aini juga menyadari bila pelayan yang berdiri di hadapannya kini adalah orang yang sama diposisi beberapa waktu sebelumnya.

"Maaf ya, Mbak."

Sedikit pelan, Aini mengucapkan kalimat yang sejak tadi terasa sulit untuk keluar dari mulutnya.

"Maksudnya, Mbak?"

"Sebelum saya pesan, saya mau minta maaf ya, Mbak. Perihal keributan waktu itu. Tolong maafkan sikap saya."

Terasa sangat tulus, seketika terbit senyuman di bibir pelayan perempuan di hadapannya. Hingga tanpa sadar Aini juga menampilkan senyuman yang sama.

"Enggak papa, Mbak. Saya enggak merasa kalau Mbak melakukan kesalahan. Di sini hanya kurang komunikasi dalam menjelaskan saja. Harusnya saya lebih banyak menjelaskan sama Mbaknya, agar tidak terjadi miss kayak kemarin. Di tempat ini, Yummy Healthy, memang menyajikan makanan-makanan yang berkualitas. Baik dari kualitas bahannya, dan juga gizinya. Insha Allah semuanya sudah benar-benar dikaji oleh ahlinya. Bahkan koki yang memasak juga memiliki sertifikat pelajaran memasak makanan yang berkualitas. Karena itulah memang harganya terasa jauh lebih mahal. Akan tetapi saya yakin, Mbak bisa merasakan kualitas atas makanan yang kami sajikan."

Menjelaskan dengan sangat detail, Aini tersenyum malu. Kepalanya mengangguk paham. Memang dalam hukum ekonomi bila ada harga pastinya ada kualitas dari barang yang dibeli. Begitulah kira-kira yang diterapkan oleh bisnis makanan yang sedang dibangun oleh Guntur.

"Terima kasih banyak atas penjelasannya, Mbak. Saya memang perlu lebih banyak mendengarkan dibanding memberikan komentar."

Sama-sama tertawa, fokus Aini langsung teralihkan ketika tiba-tiba saja Guntur muncul dari arah pintu depan bersama seorang laki-laki di sampingnya. Keduanya terlibat pembicaraan serius sampai Guntur tidak menyadari ada Aini di depan meja pemesanan.

"Jadi Mbak mau pesan apa?"

Aini kembali menatap pelayan tersebut, kemudian dengan mantap menjawab. "Kali ini saya pesan salaman, Mbak. Sama TTS. Jangan lupa smoothies sayuran yang paling spesial ya kalau bisa."

"Baik, Mbak. Satu salaman dengan TTS, serta smoothies. Totalnya 147 ribu."

Sejenak Aini terdiam, kemudian menyadari terlalu banyak pesanan yang dia lakukan. Padahal tadi bang Yos memintanya untuk memesan minuman saja. Tetapi mengapa dia malah kelewatan?

Semua yang Aini pesan saat ini seolah mengulang beberapa waktu lalu, dimana rekomendasi menu yang dijabarkan pelayan tersebut ditolak mentah-mentah olehnya karena nominal harga yang sangat tidak normal. Akan tetapi kali ini, Aini benar-benar menghargai pelayanan yang dia dapatkan. Penjelasan yang dijelaskan oleh pelayan tersebut sangat mudah dia pahami, bila ingin mendapatkan sesuatu yang istimewa memang membutuhkan uang yang banyak.

"Berapa, Mbak?" Aini meminta untuk mengulangnya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam nominal yang harus dibayarkan.

"147 ribu, Mbak."

"Saya bayar pakai ...."

"Saya yang bayar, Mbak."

Kalimat Aini terpotong, dia melirik seseorang yang tiba-tiba datang di sampingnya. Ia pikir yang datang adalah Guntur, seperti waktu itu ketika Aini terlibat keributan dalam pemesanan. Ternyata ia salah. Yang berdiri di sampingnya adalah bang Yos. Laki-laki yang mengaku tidak memiliki uang tiba-tiba saja menyerahkan satu lembar uang 50 ribuan, serta beberapa lembar uang puluhan ribu dan juga ribuan.

"Uang pas ya, Mbak."

Pelayan tersebut tertegun. Dia memang tahu ada karyawan baru yang hari ini bergabung bersama mereka di toko Yummy Healthy. Akan tetapi dia tidak tahu ada hubungan apa karyawan ini dengan pelanggan yang sedang dia layani.

"Bang Yos."

"Sudah. Kau duduk saja. Nanti diantarkan pesanannya."

Tidak bisa menahan air matanya, Aini kali ini menitikan dengan deras air mata tersebut sampai membasahi kedua pipinya.

Kakak laki-laki yang selama ini selalu dia remehkan, dia ributkan karena tidak tahu diri, hari ini benar-benar membuatnya terharu. Bang Yos bersikap layaknya seorang kakak laki-laki untuk adik perempuannya.

"Makasih, Bang. Makasih banyak."

Memberikan reaksi sebal, ketika ia melihat Aini malah menangis, bang Yos langsung mendorong tubuh Aini untuk duduk di salah satu kursi, dan meninggalkannya sendiri.

Diposisinya, Aini tidak kunjung bisa meredam air mata yang terus saja membasahi pipinya. Dalam pikirannya terus menimbulkan banyak tanda tanya atas sikap yang tadi bang Yos tunjukkan. Seperti, dari mana bang Yos mendapatkan uang sebanyak itu? Atau mengapa bang Yos benar-benar peduli padanya? Apa selama ini ia memang peduli, namun cara yang bang Yos tunjukkan pada Aini membuatnya terus-terusan merasa kesal.

Sungguh Aini tidak paham dengan jalan hidupnya. Terkadang jalan hidupnya terasa sangat berat dan menyakitkan. Namun diwaktu-waktu yang tidak pernah dia duga, jalan hidupnya memberikan kebahagiaan tersendiri yang mungkin bagi orang lain terlalu biasa untuk dijadikan alasan bahagia.

"Loh, Aini ...."

Guntur menegurnya. Langkah kaki yang akan bergerak ke area dapur terhenti sejenak. Dia baru menyadari bila Aini ada di sini. Karena itulah Guntur mendekatinya.

"Mas Guntur," gumam Aini.

Tatapan mereka saling bertemu. Dengan kondisi Aini yang baru saja menangis membuat rasa malu menyerang Aini secara tiba-tiba. Dia langsung menunduk. Menutupi area wajahnya semampu yang ia bisa.

"Kamu nangis?"

Didiamkan. Guntur mengulangi pertanyaannya.

"Kamu habis menangis, Aini?"

"Hm. Aku habis menangis dan sekarang malu padamu."

AINI - Gadis Minang, Dipinang Sultan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang