BAB V: THE SOULMATE

107 20 5
                                    

Eve duduk santai di tembok yang melingkari akar pohon sakura. Seharusnya ia sudah pulang dari tadi, tapi orang yang ditunggunya belum juga menunjukkan batang hidungnya. Gadis itu pun menguap bosan sambil memeriksa kembali isi catatannya seusai kelas tadi pagi.

“Ngapain?” Sebuah bayangan jangkung halangi cahaya matahari hingga selimuti seluruh tubuh Eve.

Lantas, Eve mencodak dan dapati Keisuke Baji. Pria itu tersenyum hangat, perlihatkan taringnya yang mencuat di sudut bibir. Seperti biasa, Baji ikat rambut panjang hitamnya ke belakang dan sisakan poni panjang di sisi-sisi wajah.

“Kelihatannya lagi ngapain?” Eve malah bertanya balik, bingungkan si penanya. Sepersekian detik kemudian, mereka berdua pun tertawa lepas.

Baji langsung ambil posisi duduk di sebelah gadis itu. “Pasti kamu sedang menunggu Himari. Tadi pagi dia absen.”

Si gadis berambut ungu gelap mengembuskan napas berat. “Aku sudah tahu. Makanya aku mau menjenguk Himari bareng Mikey.”

“Dia sakit apa sih?” tanya Baji.

Ditanyai begitu, memori Eve langsung melayang pada pesta dua hari lalu. Ia tidak begitu tahu persis kejadiannya, tapi tubuhnya langsung gemetaran begitu Mei bilang kalau Himari pingsan. Eve juga tahu bahwa Mikey dijdohkan dengan Senju. Pasti itu yang jadi penyebab sakitnya Himari.

“Kamu tidak perlu tahu.” Sebuah suara asing tiba-tiba menginterupsi. Matsuno Chifuyu tarik lengan Eve hingga gadis itu berdiri. Sementara itu, netra zamrudnya layangkan tatapan jijik ke arah Baji Keisuke.

Baji tersenyum miring. Saingan terberatnya datang. “Gak sopan banget,” sinis lelaki itu.

“Tahu apa kamu tentang sopan dan tidak sopan?” Chifuyu bersungut sengit. “Lihat saja penampilan dan kelakuanmu, urakan.”

Baji tampaknya mulai terpancing emosi. Dia paling tidak suka jika ada yang singgung penampilannya. Apalagi orang yang hina kelakuannya. Baji ini orangnya pemaksa, suka atau tidak, orang lain harus suka Baji apa adanya.

“Beruntung sekali aku sudah tak ada hubungan denganmu, Chifuyu. Aku tidak sudi berteman dengan orang gila kayak kamu.” Baji tersenyum kecut, siap layangkan bogeman mentah ke wajah mantan sahabatnya.

Eve pun langsung merentangkan lengannya di antara kedua lelaki itu. Dia ini sudah pusing dengan masalah Himari-Mikey. Jadi tolong jangan tambah permasalahnnya hari ini. Gadis itu sering sekali bertanya-tanya perihal awal mula perseteruan Chifuyu dan Baji.

Tapi ... semua itu tak pernah ia sampaikan. Semuanya tertahan di pangkal tenggorokan lalu menguap bersama karbon dioksida.

“Bisa tidak sih, kalian berhenti bertengkar?! Aku ini sedang pusing! Kalau kalian mau bertengkar lagi, aku akan menghajar kalian satu-satu!” bentak gadis itu yang undang beberapa tatapan kaget dari mahasiswa yang lewat.

Refleks kedua lelaki itu pun sweat drop. Mereka diam kaku bagai patung. Lantas Baji embuskan napas panjang lalu pamit pada keduanya. Ia tidak mau menambah panas kondisi kepala Ayaka yang sedang murka.

Berbeda dengan Baji, Chifuyu langsung gemetaran. Bulir-bulir air mata pun turun membasahi pipinya yang mulus. Ia betul-betul sensitif dengan Eve. “Maafkan aku, Eve. A-aku ... tidak berbuat yang aneh-aneh kan? Jadi ... jangan putus dariku ya? Ya? Ya?”

Eve tatap nyalang pacarnya itu. Lalu hapus air matanya dengan tisu. “Setidaknya jangan lakukan hal aneh kalau itu di depanku. Aku gak mau putus darimu, Chifuyu.”

Chifuyu lantas bernapas lega. Ia tahu kalau Sano Ayaka masih mencintainya meskipun gadis itu harus denial dengan semua kelakuan aneh Chifuyu demi pertahankan cintanya.

Selang beberapa saat kemudian, Mikey datang hampiri dua pasangan itu. Keadaannya tampak kacau. Ada lebam di kening, pipi serta batang hidungnya dan darah kering di sudut bibir. Dan, dalam kondisi yang sebegitu parahnya, lelaki itu berkata, “Ayo kita jenguk Himari.”

Eve melotot kaget. Ia tidak habis pikir. Bisa-bisanya saudaranya ini menyempatkan diri untuk cari ribut hingga ciptakan penampilan mengerikan. “Mikey, kita pulang saja hari ini.”

Mikey kaget. “Loh? Gak jadi ke rumahnya Himari?”

Lalu Eve menggeleng. Mana bisa Mikey memperlihatkan penampilan kacau yang seperti ini di depan Himari. Bisa-bisa, gadis berhati lembut itu akan ketakutan setengah mati lalu pingsan lagi.

“Enggak, besok aja.”

“Tapi aku mau bertemu Himari!” Mikey merengek seperti anak kecil, abaikan tatapan aneh dari Chifuyu.

“Kamu mau Himari pingsan kalau lihat penampilanmu yang seperti habis dikeroyok itu?” sindir Eve sembari kemasi buku-bukunya ke dalam totebag.

Mikey seketika diam. Netranya membulat sempurna begitu mendengar kalimat saudarinya. Lantas, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Sano Manjirou menurut pada orang lain. “Baiklah,” katanya.

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang