BAB XXVII: THE REUNION

57 11 6
                                    

Langit senja yang dihiasi cahaya emas matahari perlahan meredup, digantikan oleh gelapnya malam bertabur bintang. Malam itu, Shibuya menjadi distrik paling ramai di Tokyo. Baji kini tengah menunggu di depan stasiun sambil sesekali perhatikan jam di tangan.

Sudah hampir sepuluh menit, tapi Eve belum juga datang. Lelaki itu jadi khawatir. Bagaimana kalau gadis itu diserang preman atau malah kecelakaan di dalam perjalanan?

"Baji!"

Baji menoleh, lalu terbitkan senyum lebar.

"Udah nunggu lama, ya? Maaf, tadi mobilnya-"

"Gak apa-apa. Aku senang kok, karena kamu udah ada di sini."

Baji memotong ucapan Eve lalu genggam tangan gadis itu lembut. Menciptakan debaran yang asing di dalam dada. Awalnya, ia tak suka ini, tapi kira-kira mau sampai berapa lama Baji terus-terusan denial dengan perasaannya?

Lagipula, Chifuyu sudah bukan siapa-siapa bagi Eve.

Anehnya, Eve tidak menolak. Ia balas menggenggam tangan Baji yang lebih besar dari tangannya itu. Namun, si gadis marga Sano menganggapnya sebagai pegangan tangan antar sahabat. Tidak lebih, untuk sekarang.

"Tempat permainannya gak jauh dari sini, jadi kayaknya seru kalau kita jalan kaki ke sana. Gimana?" tanya Baji yang undang raut heran dari Ayaka.

Pikiran gadis itu sekarang malah jadi berkelana. Sebelumnya, tidak ada lelaki yang berani ajak dia jalan kaki. Mereka yang pernah dekati Eve pasti menawarkannya tumpangan dengan mobil-mobil mewah. Termasuk Chifuyu juga melakukannya.

Mungkin para lelaki itu segan. Mereka anggap Eve bagai putri raja yang sedikit pun tak boleh diperlakukan sembarangan. Namun, Baji Keisuke adalah sebuah anomali di antara mereka. Eve tahu Baji itu kaya, tapi ... rupanya dia berbeda.

Lantas, Eve terkekeh kecil. "Baiklah, ayo jalan ke sana," katanya.

Mereka pun habiskan malam itu dengan bercanda gurau di sepanjang trotoar. Di bawah lampu pertokoan dan gedung yang berwarna-warni, dua remaja itu berpegangan tangan sambil ingat masa-masa sekolah lalu saling meledek.

Namun, begitu salah satunya tak sengaja sebut Chifuyu, maka salah satunya lagi akan terdiam canggung. Iya, mereka bertiga dulunya sahabat. Tapi ... siapa sangka sekarang jadi seperti ini. Siapa sih yang memulai?

Eve pun jadi merasa tidak enak. Jangan-jangan gadis yang selama ini jadi bahan rebutan Baji dan Chifuyu adalah dirinya. Lantas, yang merusak persahabatan mereka bertiga ... apakah dirinya juga?

"BAJI KEISUKE!"

Mereka berdua menoleh begitu ada eksistensi suara yang menyahut dari belakang. Bagai diterjang shinkansen, sebuah pipa besi mendadak melayang dan gores pelipis Baji hingga berdarah. Tentu kejadian itu buat Eve dan Baji membeku seketika.

Matsuno Chifuyu rupanya ada di sana. Lelaki berambut pirang itu berdiri dengan setelan kemeja yang acak-acakan. Belum lagi ada botol kaca bekas minuman keras di tangan kirinya. Pokoknya, Chifuyu terlihat sangat kacau.

"SIALAN! JADI INI WAJAH KAMU YANG ASLI, YA ANJING?!" bentaknya geram sambil menunjuk Baji dengan pipa besi.

PRANG! Tampaknya emosi pemuda itu sudah memuncak hingga tangannya bergerak membanting botol kaca kosong di tangan setelahnya. Lantas Baji dorong Eve ke belakang punggung, takut gadis itu terkena serpihan tajam.

"Chifuyu, kamu apa-apaan sih?" tanya Baji tidak habis pikir.

"Apa-apaan, katamu?" Chifuyu terkekeh miris. "Bukankah harusnya aku yang tanya begitu?"

Baji mengembuskan napas jengah. "Apa yang baru aja kamu lakukan itu bisa aja melukai Eve, tahu nggak?!"

Frustrasi, Chifuyu lantas tertawa sambil mengacak poni depannya kasar. Kemudian ia kembali tatap Baji dengan pupil yang mengecil. "Kamu pikir aku gak sakit hati lihat kalian jalan berdua kayak gini?"

Baji diam, ia tidak bisa menjawab.

"Baji ... kamu pernah bilang kalau kamu adalah sahabat aku, kan?" tanya Chifuyu, kali ini ia dekatkan ujung pipa besi ke depan hidung mancung milik Baji. "Tapi kenapa, waktu aku lagi jatuh kayak gini ... kamu malah ambil Eve dari aku?"

Kini giliran Baji yang terpancing emosi. Ia memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan hingga terdengar bunyi bergemeretak dari tulang. Seolah, pertanda ia siap menghajar Chifuyu kapan pun.

"Oei, seenaknya aja kamu bicara. Kamu pikir, siapa yang udah rebut Eve duluan dari aku?" balas Baji, "kamu yang mengkhianati aku duluan, Chifuyu."

Chifuyu tidak mau kalah. Lelaki itu kembali bergerak agresif, ia layangkan pipa besi di tangan ke arah kepala orang di depan. "DIAM! AKU LAH YANG MENYUKAI EVE DULUAN, BERENGSEK!"

BUG! PRANG!

Pelipis Baji terkena amukan emosi Chifuyu. Kini darah merah makin merembes keluar dari sana. Namun, lelaki berambut hitam itu masih berdiri meski sekarang ikat rambutnya terlepas, sisakan untaian hitam legam yang tergerai hingga pundak.

"Berengsek," gumam Baji lalu genggam ujung pipa besi milik Chifuyu hingga bentuknya tidak karuan. "Senjata kayak gini gak akan bisa membuat aku mati, Matsuno."

Raut wajah Chifuyu tampak syok, ia tidak menduga kalau serangannya akan gagal. Namun, ia kembali pasang tatapan menusuk. "Kamu kira cuma itu senjata aku?" katanya menantang sambil keluarkan pisau lipat dari balik saku celana.

Eve yang sedari tadi kehabisan kata-kata langsung tarik Baji ke belakang hingga posisi mereka tertukar. "CHIFUYU, AKU MOHON BERHENTI!"

Ajaib, lelaki yang kewarasannya hampir digerus realita tersebut mendadak terdiam. Ia tatap manik emas gadis di depan dengan sorot putus asa.

"Kamu ... kamu pikir dengan cara kayak gini aku bakal balik ke pelukan kamu?" tanya Eve dengan nada suara yang menyiratkan rasa kecewa.

"Kalau kamu jadinya kayak gini, apalagi sampai melukai Baji ... yang ada aku malah makin gak bisa nerima kamu, Puy."

Chifuyu pun kembali tertawa miris. Kali ini, ada aliran sungai air mata yang menyertai tawanya tersebut. Lelaki itu benar-benar putus asa dan sudah tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Jadi gini akhirnya, ya?" kata lelaki itu, frustrasi. "Eve, kamu bener-bener udah gak mencintai aku lagi, ya?"

Sakit. Hati Ayaka Sano sekarang terasa sakit sekali. Lantas air matanya ikut keluar. Kalau boleh jujur, Eve ingin bilang kalau dia sangat mencintai Chifuyu. Tapi, di matanya, lelaki yang dicintainya itu sudah bukan lagi dirinya yang dulu.

Chifuyu berubah terlalu jauh sampai-sampai tangan Eve tak mampu meraihnya lagi.

"Eve, kamu yang paling tahu aku kayak gimana," ucap Chifuyu menjeda. Ia biarkan paru-parunya diisi oleh udara malam yang menusuk hingga tulang. "Aku cinta banget sama kamu, Eve. Enggak, bahkan mungkin aja aku cinta mati."

Eve masih diam. Dia tidak bisa menjawab.

Sebab merasa tujuan dan mimpi-mimpi indahnya telah sirna, Chifuyu pun perlahan arahkan ujung tajam pisau ke depan dada. Buat, Baji dan Eve terbelalak kaget.

"Kalau kamu gak bisa hidup bareng aku lagi, itu artinya ... aku udah gak perlu lagi memperjuangkan hidup aku, kan?" Chifuyu berbisik lirih dengan netra kosong yang kehilangan binarnya. Kontras, dengan bibirnya yang tersenyum lembut.

"T-tunggu ... Chi-" Kalimat Baji tidak sampai bertemu titik karena pisau telah lebih dulu tembus dada Chifuyu. Rusak jantungnya yang semula berdetak.

Eve ... Kak Baji ... sebetulnya aku sayang kalian.

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang