disclaimer;
Lagu tentang pasangan yang saling mencintai, tapi tidak didukung dengan rasa saling percaya berjudul "Silly" ini kurasa sangat menggambarkan kondisi hubungan Eve dan Chifuyu.
Kamu bisa mendengarkannya selagi membaca lewat PC ya :)
🌼
Kamar dengan nuansa biru laut itu tampak bersih. Bahkan cenderung membuat orang yang berada di dalamnya betah berlama-lama di sana. Namun, sepertinya hal itu tak berlaku bagi seseorang yang kini tengah meringkuk di atas ranjang.
Lelaki itu kini sibuk bergelung di dalam selimut, mengabaikan panas menyengat khas musim panas yang datang dari luar jendela. Berkali-kali ia memegangi dadanya. Berdetak. Ada detakan di dalam sana. Itu berarti dia hidup.
Kutukan atau berkah? Ia tidak tahu. Padahal jelas dia ingin mati. Kenapa Tuhan tidak marah dan justru malah berbaik hati berikannya kesempatan kedua?
Eve berjalan dekati ranjang milik lelaki itu. Lantas netra emasnya melirik ke atas nakas, tempat makan siang pasien yang sama sekali belum disentuh. Mungkin saja perawat tadi sudah muak dengan tingkah si pasien yang uring-uringan.
Kemudian, tangan gadis itu bergerak menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuh si lelaki yang tengah meringkuk sembari melamun.
Sadar acara melamunnnya diganggu, si lelaki pun langsung beranjak duduk di atas ranjang hingga netra zamrudnya bertemu dengan netra milik Eve. Seketika umpatan yang tadinya ada di ujung lidah menguap.
Lelaki itu tak bisa bicara lagi.
Alih-alih suara, yang keluar justru malah air mata. Bulir-bulir bening itu terjun bebas, mengalir di sepanjang sudut-sudut garis wajah seorang Chifuyu Matsuno. Hatinya tak kuasa melihat gadis di depan.
“K-kenapa...?” lirihnya.
Eve berusaha tidak goyah. Gadis itu dengan cekatan merogoh tisu kering dari dalam tas selempang kulit lalu memegangi sebelah wajah Chifuyu sambil tersenyum tipis. Lantas, ia pun menghapus air mata si lelaki dengan lembut meski tahu usahanya itu sia-sia. Sebab Chifuyu tidak mau berhenti menangis.
“Eve ... aku rindu...,” katanya, “rindu sekali ... tapi aku tidak punya muka untuk meneleponmu. Jadi aku hanya bisa berharap kalau kamu akan datang, tapi aku gak bisa melakukan apa pun seperti orang bodoh.”
“Kenapa kamu tidak mau makan?” Eve tidak menanggapi pernyataan lelaki itu. Ia langsung mengambil nampan di atas nakas, bermaksud menyerahkannya kepada Chifuyu.
“Aku tidak tenang,” jawab Chifuyu, “aku terus dibayang-bayangi rasa bersalah. Kupikir, lebih baik aku mati saja daripada hidup tanpamu.”
Eve mengembuskan napas lelah.
“Apalagi ... selama ini aku sudah bersikap jahat sama Kak Baji. Aku ingin minta maaf, Eve.”
Eve mendadak lebarkan bola matanya. Dari mana lelaki yang egonya setinggi langit itu mendapatkan inisiatif untuk meminta maaf duluan?
“Kak Baji?” ulang Eve. Ia menekankan kata “Kak” di kalimatnya. Lalu lelaki di depan mengangguk. Sudah lama sekali ia tak mendengar Chifuyu menambah embel-embel “Kak” ketika ia menyebut Baji Keisuke.
“Baji sudah memaafkanmu,” kata Eve cepat. “Jadi makanlah.”
Chifuyu menggeleng. “Bagaimana denganmu, Eve? Apa kamu memaafkan aku?”
Eve sebenarnya berat untuk mengatakan ini, tapi apa boleh buat. “Iya, tentu saja.”
Chifuyu kemudian menggembungkan pipinya. Ia menggeleng lagi sambil menolehkan kepala ke samping seolah berusaha menghindari Eve. Cepat sekali lelaki itu beradaptasi dengan keadaan.
“Kenapa?”
“Aku gak mau makan kalau gak disuapin sama Eve.”
“Eh?” Eve mematung sesaat. Dia dibuat bingung dengan tingkah Chifuyu yang mendadak manja bak seekor anak kucing.
Chifuyu pun menoleh sedikit, sambil tetap mempertahankan pipinya yang menggembung. “Aku ingin terus bersamamu. Aku ingin terus bermanja-manja denganmu seperti ini. Pokoknya waktu-waktu yang hilang tempo lalu, harus diganti.”
Si gadis bermarga Sano pun tidak punya pilihan lain. Diam-diam, ia terkekeh geli. Gemas juga melihat tingkah Chifuyu yang berlagak seperti bayi besar. Ayaka pada akhirnya menyerah. Hati gadis itu yang semula beku bagai gletser kutub kini meleleh.
Lantas ia pun langsung menangkup wajah lelaki di depan dan melayangkan cium di sebelah pipinya yang menggembung.
Cup!
“HEEEE?! APAAN TADI? CURANG BANGET!” protes si lelaki dengan wajah semerah tomat.
“Kalau kamu terus menghindari tatapanku, bagaimana caranya aku menyuapimu?” Eve kini sudah siap dengan satu sendok bubur dan potongan daging lembut di tangan. “Ayo buka mulutnya dan habiskan ini.”
Chifuyu pun seketika jadi salah tingkah. Ia tidak tahu apa yang barusan menguasai dirinya, tapi yang jelas, dia inginkan Eve untuk selalu berada di sisinya. Maka lelaki itu pun langsung membuka mulutnya malu-malu.
Eve benar-benar mirip Mama.
🌼Himari Yua diam-diam memperhatikan adegan itu lewat celah pintu. Akhirnya ia bisa bernapas lega juga, mengetahui masalah sahabatnya telah selesai satu per satu. Memang itu bukan tugasnya.
Bukanlah tugas Himari sebagai seorang malaikat yang wajib memastikan kehidupan orang sekitarnya berjalan lancar.
Hanya saja ... gadis bermarga Yua itu ingin hidup teman-temannya bahagia, melebihi hidupnya sendiri. Himari selalu merasa hidupnya adalah sebuah kesalahan. Oleh karena itu, hanya demi mengusir perasaan inferior di dalam diri, ia rela lakukan apa saja untuk orang lain.
Lantas, si gadis berambut hijau gelap itu melangkahkan kaki. Masuk ke dalam lift hingga benda itu sukses membawanya ke lobi rumah sakit. Hari ini dia akan dijemput oleh Mikey. Mereka sudah janjian via ponsel.
Hanya tinggal menunggu di depan tempat parkir sampai lelaki itu datang. Namun, begitu gadis itu duduk di salah satu kursi pinggir halaman, lima orang asing dengan badan kekar menghampirinya.
Himari sontak saja menegang. Dia tahu kalau ada yang tidak beres. Lantas ia pun segera berdiri, hendak berniat kabur. Sayang, gadis itu kalah cepat. Salah satu dari lima orang aneh tersebut menangkap pergelangan tangan Himari dengan kasar.
“Lepaskan!” pekik Himari, “kalau tidak, aku akan teriak!”
“Coba saja teriak sekencang yang kau bisa,” ujar salah satu dari mereka sebelum pada akhirnya, seseorang yang lain membekap mulut dan hidung Himari dengan kain berisi obat bius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda | Tokyo Revengers
Fanfiction//CW! suicide thought, harsh word, 15+ Tacenda adalah hal-hal yang lebih baik dibiarkan tidak terungkap. Ini tentang Keluarga Sano yang hidup bergelimang harta dan penuh kepalsuan. Saling membohongi satu sama lain demi ciptakan alur cerita yang dise...