ENDING

110 9 12
                                    

Tokyo, 20 Agustus 20XX

Sebuah cincin kini sukses melingkar di jari manis Himari. Cincin yang menjadi simbol perjanjian suci yang mengikat kehidupan antara dirinya dan Manjirou. Iya, tepat pada hari ini gadis yang dibalut dengan gaun off shoulder putih tersebut mewarisi marga Sano.

Sano Himari dan Sano Manjirou menikah di hari ulang tahun si pria yang ke-25. Banyak hal yang sudah terjadi selama beberapa tahun ke belakang. Mulai dari hal sedih hingga menyenangkan. Bahkan teror yang diakibatkan oleh Shinichiro.

Namun tenang saja, sejak hari itu Shinichiro mulai perlahan sadari kesalahannya meski pada akhirnya ia harus mendekam di balik jeruji atas kasus pembunuhan berencana. Dan berkat bantuan Himari yang berhati lembut itu juga lah, Keluarga Sano yang tersisa perlahan mau maafkan Shinichiro.

Ikrar pernikahan sudah selesai beberapa menit lalu, kini semua tamu yang terdiri dari teman kampus dan kerabat tengah nikmati pesta sambil saling bercanda gurau. Di sana bahkan ada keluarga Himari juga yang turut hadir memeriahkan suasana.

“Eve!” Himari yang tadinya sedang berjalan keliling taman bersama Mikey langsung lepas pelukan suaminya dari pinggang dan berlari memeluk Ayaka.

Iya, memang acara pernikahan tersebut diadakan di luar ruangan. Himari yang memilih temanya sendiri. Pesta kebun adalah hal yang ingin ia lakukan sejak masih gemar menonton kartun Disney Princess di bangku sekolah.

Dan Mikey? Oh, tolong jangan pernah tanyakan seleranya. Lelaki itu tadinya bersikeras ingin pernikahannya bertema Transformer atau Marvel. Dia juga bilang ingin bercosplay jadi Iron Man sambil menikah.

Jelas, semua orang langsung mendukung ide Himari. Apalagi Chifuyu yang suka manga shoujo dan hal-hal romantis.

“Himari, kelihatannya hari ini kamu bahagia sekali. Aku jadi ikut senang juga, haha,” ujar Eve setelah sahabatnya itu melepaskan pelukan.

“Terima kasih, Eve. Terima kasih banyak karena selama ini kamu selalu ada bersamaku,” balas Himari sambil menghapus air mata di sudut netra.

“Hei, jangan menangis. Nanti riasanmu luntur. Kamu tidak ingin tukang make up yang tukang marah itu ngamuk, kan?”

Bibir Himari pun mengerucut. “Engga ah. Serem banget.”

Tak lama, Mikey hampiri keduanya sambil cemberut. “Kok ninggalin aku sih?”

“Habisnya kamu lama banget ngobrol sama Takemichi. Akunya dianggurin,” balas Himari lalu cubit pinggang suaminya yang undangan rintihan dari korban.

“Iya, iya. Maafin deh,” ujar Mikey lalu ulurkan tangan, bermaksud mengajak istrinya lanjut berkeliling temui tamu.

Himari pun menatap telapak tangan Mikey, lalu bergantian ke arah Eve. Seolah dia tidak ingin meninggalkan sahabatnya itu sendirian di sebelah meja parasmanan. Lantas Eve yang sudah hapal betul tabiat gadis itu pun angkat suara.

“Pergilah, aku gak apa-apa di sini. Chifuyu lagi ke toilet sebentar doang kok. Nanti dia ke sini lagi,” celetuk Eve sambil menggibaskan tangan di udara, menyuruh sahabatnya meraih tangan Mikey.

“Beneran?”

“Iyaa, udah sana ah!”

“Em, bagaimana dengan pernikahanmu? Kamu bakal nyusul kan?” tanya Himari mendadak. Sontak Eve hampir jatuhkan minuman yang sedari tadi dimainkannya.

“Eh, itu ya ... yah tahun depan kurasa.” Eve meragu sebab Chifuyu tampak masih sibuk belajar jadi pewaris perusahaan. Ia tak ingin menganggu lelaki itu hanya karena Eve ingin hubungan yang serius.

“Baiklah, sampai jumpa, Eve.”

Himari pun tersenyum lembut. Sangat cantik, baik itu di mata Mikey maupun Eve. Kemudian ia mulai melangkah sambil menggandeng lengan sang suami dan perlahan hilang ditelan kerumunan tamu undangan.

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang