BAB XII: THE UNREQUITED LOVE

67 14 3
                                    

Eve pandangi langit-langit kamar tempatnya dirawat dengan tatapan kosong. Semua berita yang sempat dibacanya sulit untuk dicerna. Selama ini, ia pikir hanya dirinyalah orang baru di Keluarga Sano. Namun, nyatanya kisah keluarganya tak sesederhana itu.

Memang sebagian besar artikel memberitakan mengenai rekaman video amatir yang abadikan momen pertengkaran Sano Siblings tiga hari lalu. Tapi tak sedikit dari mereka yang ungkit masa lalu keluarga itu hingga semuanya jadi jelas di pikiran Eve.

Pintu ruang inap terbuka, tapi bukan Chifuyu yang muncul melainkan Baji Keisuke. Lelaki itu tersenyum riang sambil bawakan box berisi butter cookies. "Yo, aku dengar kamu udah sadar jadi aku datang."

"Oh, Baji. Sini masuk," kata Eve sambil lambaikan tangan.

Kemudian lelaki berambut panjang itu pun ambil posisi duduk di sebelah ranjang. "Lihat, aku bawa butter cookies stroberi. Kira-kira siapa di ruangan ini yang mau ya?" goda lelaki tersebut sambil hadiahi kawannya itu sebuah kedipan mata. Wink~

Eve kerutkan dahinya. Entah kenapa kawannya ini selalu sukses buat dia ilfeel. "Aku lah, siapa lagi coba?"

Baji memanyunkan bibir. "Salah, ini semua punyaku. Aku cuma mau pamer aja sama kamu."

Mendengar penuturan konyol Baji, Eve pun lantas arahkan tangannya dan jambak poni lelaki itu. Tentu saja Baji jadi teriak-teriak tidak jelas, ia sayangkan poni cantiknya itu diacak-acak oleh gadis barbar tak bertanggung jawab.

"Heh, aku ini anak pemilik rumah sakit ini! Sudah untung biayanya aku kurangi gara-gara kamu yang sakit!" cerocos Baji sembari bongkar box butter cookie-nya lalu ambil satu potongan dari sana.

Benar saja, lelaki itu langsung lahap habis potongan manis tersebut seorang diri. Eve hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin dia bisa lupa sesaat kalau Keisuke Baji orangnya memang freak.

"Baji, kalau kamu cuma nambah beban pikiran, lebih baik kamu pulang aja deh," gerutu Eve lalu tarik poni Baji sekilas hingga undang pekik sakit dari sang korban.

"Idih, suka-suka aku dong mau di sini sampai jam berapa pun," timpal Baji sambil ambil potongan kuenya lagi. Eve yang melihat itu hanya bisa embuskan napas pelan, ia tak mau berdebat lagi. Batinnya sedang lelah.

Namun, sejurus kemudian, ia dapati seonggok butter cookie di depan mulutnya. Lantas, gadis itu menoleh dan dapati Keisuke Baji yang tersenyum penuh arti tersirat.

"Makan," katanya, "aku suapin."

Eve sontak saja terkekeh geli. "Aku punya tangan!"


Kemudian Baji menggeleng. "Enggak, aku mau suapin kamu. Siapa tahu, suatu hari nanti akan muncul artikel, 'CEO Sano Entertainment Cabang Tiga Pernah Disuapin Keisuke Baji'."

Eve melongo lalu tertawa terbahak setelahnya. Bahkan gadis itu sampai susah-susah pegangi perutnya yang sakit.

Melihat pemandangan itu, hati Baji berangsur-angsur lega. Ada tatapan kagum yang ia layangkan pada gadis di depan. Namun apa daya, selamanya ia tak akan pernah bisa sampaikan perasaannya. Mungkin, Keisuke Baji adalah orang pemaksa, tapi ia selalu dahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.

Walau bagaimanapun, Chifuyu Matsuno pernah luangkan waktu untuknya, jadi sahabat yang seolah tak akan terpisah. Tapi ... siapa sangka mereka malah jatuh hati pada perempuan yang sama. Takdir memang kadang sebercanda itu.

"Eve, kamu udah agak mendingan?" tanya Baji begitu ia sukses berikan satu suapan untuk gadis yang diam-diam ia puja itu. "Badannya udah gak sakit lagi, kan?"

"Daripada aku, harusnya kamu lebih kasihan sama Kak Izana. Sekarang orang-orang di seluruh Jepang menghujat dia. Dan lagi, dia juga pasti syok waktu denger apa yang dibilang Mikey," tutur Eve yang langsung membuat Baji tertegun.

Bohong kalau Baji bilang dia tidak kesal dengan lelaki itu. Baji sendiri yang lihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Izana layangkan tamparan dan tendangan ke ulu hati saudarinya tersebut. Untung saja ia langsung seret presensi Chifuyu yang kebetulan sedang lewat di dekat situ.

Baji bukannya tidak mau menolong Eve. Hanya saja, ia khawatir Chifuyu akan tambah membencinya jika ia yang ambil peran.

"Baji, apa kamu bisa baikan dengan Chifuyu?" Eve tiba-tiba tembakan pertanyaan yang undang sentakan Baji.

"Aku em, udah maafin dia sih...." Baji meragu, sebab tampaknya si lelaki berambut pirang tak juga bukakan pintu perdamaian. Padahal jauh di dalam hati, ia ingin bersahabat lagi dengan pemuda itu. Kalau soal perasaannya terhadap Eve, Baji masih sanggup relakan asal demi Chifuyu.

Memang, sesayang itu Baji dengan sang mantan sahabat.

"Terus kenapa setiap ketemu, kalian suka saling sindir? Kamu kira telingaku tidak panas, huh?" Eve menggerutu lagi, keluarkan uneg-unegnya.

"Hehehehe." Baji hanya terkekeh garing sambil garuk tengkuk leher.

"Sebenarnya, apa yang membuat kalian jadi bertengkar? Padahal waktu SMP, kalian lengket banget kayak upil," komentar Eve yang penasaran. Ia tatap kawannya itu dengan sorot mata memohon.

"Em, bagaimana ya? Kami berantem ... gara-gara rebutan cewek sih...."

Eve melotot. "Hah? Kalian berantem cuma gara-gara rebutan perempuan? Astaga, Keisuke Baji!"

Lagi-lagi Baji pun hanya terkekeh garing. Andai saja Eve tahu kalau dirinyalah perempuan yang dimaksud, mungkin reaksi gadis itu akan berbeda.

"Memangnya dia secantik apa sampai kalian berantem sebegini hebohnya?" Eve layangkan sindiran geram.

Baji tertegun sesaat. Netra gelapnya pandangi garis-garis wajah gadis di depan dengan tatapan takjub hingga timbul debaran asing di dada. Lantas ia pun berujar lirih sambil alihkan pandangan ke ujung sepatu, "Dia cantik. Cantik banget malah...."

"Aku sampai gak tahu harus mendefinisikan kecantikannya dengan kata apa. Soalnya aku bodoh perihal merangkai kata."

Alis Eve naik sebelah. Ia jadi penasaran dengan sosok yang Baji bicarakan ini. "Apa aku kenal orangnya?"

"Sudahlah jangan dibahas lagi. Itu kan dulu, bukan sekarang, Sano Ayaka." Baji berusaha alihkan topik. Ia jadi bingung kalau harus menjawab pertanyaan Eve yang satu itu.

"Hehehe, tapi aku jadi ingin tahu. Apa kamu masih ada perasaan buat perempuan itu?" tanya Eve sambil nyengir. Ia senang sekali menggoda Keisuke Baji. Baginya itu sudah jadi kegiatan rutin sejak mereka SMP.

Baji tatap gadis itu sekali lagi. Kali ini pandangannya teduh dan siratkan kesedihan. "Banget. Aku cinta banget...."

Tapi sayang tidak bisa dimiliki.

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang