BAB XXI: THE BAD PRINCE

49 10 9
                                    

Kakucho menyeret eksistensi Eve hingga mereka berdua terjebak di dalam ruangan lift. Setelahnya gadis itu pun refleks melepas genggaman si pria dari lengan. Sedikit risih diperlakukan seperti itu. Faktanya, Eve juga tidak pernah terlalu dekat dengan Kakucho.

“Ada apa sih? Kenapa kok, kayaknya keadaan lagi kacau banget ya?” tanya Eve sambil mengerutkan kening. “Terus tadi Mei sama Koko kenapa?”

Kakucho menghela napas kasar. Betul, keadaan saat ini sedang kacau. Bahkan ia sendiri jadi bingung harus menjelaskan kepada Eve mulai dari mana. Tidak, lebih tepatnya Kakucho takut. Namun, ia tak bisa menanggung beban atas dosa ini lebih lama lagi.

Jadi yang bisa lelaki dengan luka di wajah itu lakukan saat ini adalah “mengungkap kebenaran”. Setidaknya, ia berpikir kalau dengan cara ini, dosa-dosanya bisa terampuni meski hanya sebesar biji jagung.

“Aku gak tahu harus mulai dari mana, Eve. Tapi apa yang paling penting adalah, kamu harus tahu apa yang sekarang Chifuyu sedang lakukan.” Itu kata Kakucho yang mendadak undang raut syok di wajah Eve.

“Chi-Chifuyu...?” ucap gadis itu terbata, “dia ada di sini?”

Ting. Suara berdenting terdengar, tanda lift telah sampai membawa mereka ke lantai tujuan. Lantas, si pemuda jangkung dengan netra dwiwarna berjalan lebih dulu keluar. Di belakangnya Eve menyusul sambil mengepalkan kedua tangan.

Eve tidak polos. Dia tahu betul tempat apa yang ditampung oleh lantai ini. Terlebih, sedari tadi netra emasnya banyak menangkap pemandangan lelaki mabuk setengah telanjang yang didampingi wanita berpakaian minim.

Perasaan Eve mulai tidak enak.

Kakucho lantas berhenti di depan sebuah pintu paling ujung. Ia memperhatikan nama reservasi di sebelah benda kayu jati tersebut. Di sana tertulis reservasi ruangan atas nama Akashi Senju.

Jantung Eve kini makin berdebar kencang, diikuti oleh aliran darahnya yang berdesir panas di bawah kulit. Logikanya berusaha menyangkal, tapi firasat buruk seolah-olah terus menghantam hatinya.

Sebelum pria di sebelah sempat berucap, si gadis berambut ungu telah lebih dulu melayangkan tendangan ke arah pintu seperti orang kesetanan.

“BUKA! BUKA! BUKA!” Eve terus-terusan menendang tanpa ampun. Lalu Kakucho coba memegangi gadis itu.

“EVE, SADAR! APA YANG KAU LAKUKAN?!” bentak lelaki itu

“BERISIK ANJING!” Tubuh Kakucho yang nyatanya lebih besar dari Eve mendadak terhempas ke dinding begitu Eve mengubah target tendangannya ke perut si pria.

Kakucho tidak bisa marah. Sebab dia tahu kalau ia pantas menerimanya. Terlebih setelah apa yang ia lakukan kepada Izana. Namun, belum sempat Kakucho berhasil meredakan emosi gadis tersebut, daun pintu mendadak terbuka. Perlihatkan Chifuyu Matsuno yang bertelanjang dada sambil mengusap pelipisnya yang pusing.

Pandangannya kabur, ia tidak dapat melihat jelas siapa yang kini berdiri di depan pintu sambil menangis. Namun, begitu suara isakan menyusup ke telinga, ia langsung sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol.

“Eve?” tanyanya. Sekali lagi, Chifuyu berusaha memperjelas pandangan hingga ia dapati sang pujaan hati dengan raut kusut.

Tentu saja, dia bingung setengah mati. Jika yang di depannya ini Eve, lantas siapa yang dari tadi menghabiskan waktu bersamanya di dalam kamar?

Bodoh, Chifuyu jadi bodoh sekarang.

“Enggak! Ini enggak mungkin!” Lelaki itu lantas mencoba meraih eksistensi gadis di depan ke dalam pelukan. Pikirannya kacau, ia tidak ingin begini. Chifuyu Matsuno sekarang tengah berusaha menolak mentah apa saja yang baru saja diperbuatnya.

Chifuyu benci ini. Dia baru saja mengkhianati Eve dan kepercayaan yang mereka bangun.

“Sayang, ini gak kayak apa yang kamu lihat. Oke?!” Chifuyu merengkuh gadisnya erat, seolah Eve akan berubah jadi debu jika saja ia tak menyentuhnya. “Jangan percaya sama apa yang sekarang ada di depan kamu! Kamu harus percaya ya, sama aku!”

Di dalam rengkuhan yang terasa hampa itu, Eve menggeleng. Sorot matanya kosong, tapi air mata masih terus-terusan terjun dari sana. Hari itu, Ayaka Sano hancur, sehancur-hancurnya. Bahkan hati kecilnya kini menjerit minta mati.

“Eve, kamu percaya kan sama aku?” tanya Chifuyu, gelisah sendiri. “Kamu sayang kan sama aku?”

“Aku mohon kamu jangan tinggalin aku, ya. Aku sayang banget sama kamu, Eve. Aku gak tahu harus hidup gimana kalau—“

“Chifuyu.” Akhirnya gadis itu bersuara. Lantas ia pisahkan diri dari kekasihnya lalu menatap kosong ke depan. “Aku selama ini bisa toleransi semua hal yang kamu lakukan di belakang aku.”

Chifuyu pun diam mematung. Ia kehilangan kata-kata.

“Aku tahu kamu suka minum. Aku tahu kamu suka ke klub bahkan sewa jalang untuk lampiaskan emosi serta banyak lagi hal-hal jahat lainnya yang gak bisa aku sebutin satu-satu.” Eve saat ini tengah berusaha sekuat tenaga menahan isak tangisnya. Perih, perih sekali hati gadis itu.

“Selama ini ... kamu tahu?” Chifuyu kaget. Sebab, ia kira Ayaka mudah dibohongi.

“Tapi, Puy ... enggak dengan selingkuh,” katanya, kali itu, Eve gunakan nama kecil Chifuyu yang dulu suka ia sebut-sebut dengan wajah ceria. “Aku gak bisa, Puy ... aku gak bisa maafin kamu kali ini.”

Eve mengigit bibir bawahnya keras-keras. Ia rasa, sudah cukup dirinya menangis untuk lelaki berengsek yang ada di depannya ini. Bahkan, ia tidak peduli meski dari gigitannya itu, cairan merah mulai mengalir keluar.

Sementara itu, Chifuyu masih syok. Ia sama hancurnya dengan Ayaka. Dan, lagi-lagi ia lari dari kenyataan. Kemudian ia menangkup wajah pujaan hatinya, ia bersihkan darah di bibir gadis itu dengan ibu jari. “Eve, jangan kayak gini....”

“Aku sakit, Eve....”

“Terus kamu pikir, aku gak sakit?” Eve membalas lalu menghempaskan tangan pacarnya jauh-jauh.

“Kalau kamu gak bisa hidup tanpa aku, hidup sama Senju aja sana!”

Eve melenggang pergi dari situ. Meninggalkan Chifuyu yang kaku tak bisa bergerak. Ia masih sulit menerima kenyataan. Lantas, Kakucho yang sedari tadi jadi penonton langsung layangkan tatapan miris ke arah Chifuyu lalu bergantian ke Senju yang diam-diam mengintip di balik pintu.

“Bolot banget kalian,” komentar Kakucho.

☀️

Author's note: Sorry for the long wait! This is your Tacenda 💜
Btw, rest in peace, Kakucho. Finally he meets Izana, huh? :)

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang