BAB VI: THE BRIDE

93 15 15
                                    

Mobil Keluarga Sano yang berlogo BMW itu melesat membelah jalanan kota. Eve dan Mikey duduk di kursi penumpang tanpa keluarkan sepatah kata. Yang laki-laki sibuk bertukar chat dengan teman-teman gengnya sedangkan yang perempuan hanya tatap jalanan dengan bosan.

Kemudian suara Eve hentikan fokus Mikey. “Tadi kamu habis berantem sama siapa?”

Netra orang yang ditanya refleks melebar sempurna. Terukir di dalam ingatan mengenai perkelahiannya dengan orang-orang berjas beberapa jam lalu. Mikey mengembuskan napas berat, saking beratnya ia hampir kira dirinya kena asma.

Padahal ada batin yang terguncang dalam diam. Namun, sayang seribu sayang, ia tak dapat ceritakan semua pada siapa pun.

“Mikey?” Eve habis kesabarannya. Ia tangkap raut aneh di wajah kakaknya itu.

Mikey pun lantas menggeleng, ubah air wajahnya seperti sedia kala. “Biasa, anak geng sebelah. Mereka ingin cari gara-gara di kampus kita. Tcih, padahal mereka tidak tahu saja Bonten itu geng yang kayak gimana.”

Tak terasa, obrolan mereka harus berakhir begitu sebuah gerbang raksasa muncul di pandangan. Kemudian mobil mewah yang mereka tumpangi pun menelusuri area lapang luas dengan kebun-kebun mawar di sisinya.

Kediaman Keluarga Sano memang lebih mirip dengan sebuah mansion alih-alih sebuah rumah. Tak heran banyak teman atau kerabat yang sering menginap karena jumlah kamar kosong yang terlampau banyak.

Netra Eve dan Mikey mendadak memicing karena dapati mobil mewah berwarna merah menyala terparkir di lahan parkir sebelah rumah. Mereka berdua saling tatap, tidak tahu menahu itu kendaraan milik siapa.

Setelah turun dari mobil, barulah keduanya terkesiap karena Senju Akashi hampiri Mikey dan memeluknya erat. “Kangen banget!” katanya riang.

“Loh kapan kamu datang, Senju-chan?” tanya Eve canggung.

Senju sedikit longgarkan pelukannya dari Mikey lalu intip presensi Eve dari balik bahu si lelaki. “Sejak pagi. Aku tidak sabar untuk bertemu kalian, tapi Kak Shin bilang kalian ada kelas hari ini.”

“Oh gitu,” balas Eve. Sebenarnya dia diam-diam amati Mikey yang masih mematung di pelukan calon tunangannya itu. Gadis berambut ungu gelap itu takut kalau Mikey tiba-tiba ngamuk karena sejak awal ia tak pernah setuju dengan perjodohannya.

Tapi ... kenapa Mikey belum protes ya? batin Eve.

“Mulai bulan depan, setelah kita bertunangan, aku akan mulai tinggal di sini,” kata Senju sambil mengamati Mikey lekat-lekat. “Kamarku ada di sebelah kamarnya Emma loh. Bagaimana, apa kamu senang, Mikey?”

Netra Mikey tiba-tiba membelalak. Ia tidak terima. Lelaki itu terus terbayang dengan punggung Himari yang berjalan makin jauh darinya. Dan fatamorgana itu ciptakan rasa perih yang amat menyiksa. Kepala Mikey pun seketika penuh sesak, ia pikirkan berjuta cara untuk singkirkan semua kegilaan ini.

“Mikey.” Shinichiro hampiri tiga remaja itu bersama seorang pria tegap yang asyik menghisap rokok. Lelaki di sebelah si sulung Sano adalah Akashi Takeomi, CEO Akashi Coorporation sekaligus kakak kandung Senju dan Sanzu.

Mendadak, pikiran Mikey kosong melompong. Entah ke mana perginya semua skenario barusan. Tangannya pun bergetar. “Ya?”

“Ayo ajak Senju masuk, kenapa kalian malah ngobrol di tempat parkir?” kata Shinichiro, “lama-lama kalian bisa jadi tukang parkir betulan.”

“Hush! Adikku yang cantik kenapa malah kamu sumpahin jadi tukang parkir!” Takeomi protes lalu tarik eksistensi adiknya ke dalam pelukan.

“Bang Omi, lepasin! Ganggu aja! Aku kan lagi mau berduaan dengan Mikey!” Senju bergerak-gerak di dalam dekapan kakaknya.

Eve hanya bisa terdiam kaku memandangi kejadian itu, sama seperti Sanzu yang mengintip di ambang pintu bersama Laya. Gadis itu khawatir dengan Mikey meski dirinya sendiri tak yakin kalau sang kakak akan mengkhawatirkannya bila mereka tukar posisi.

Akhirnya mereka pun langsung jalan memasuki mansion. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya tiba di ruang tamu yang lebih mirip seperti ruang rapat istana. Senju sedari tadi sibuk bergelayut di lengan Mikey.

Gadis berambut merah muda itu bahkan inisiatif obati memar di wajah lelakinya setelah minta diambilkan kotak P3K.

Mikey hanya bisa diam. Ia ladeni semua perlakuan Senju terhadapnya. Senju itu cantik, mirip seperti bunga teratai yang penuhi kolam ketika musim hujan. Dulu, dulu sekali, Mikey pernah jatuh hati pada netra zamrud gadis itu.

Senju Akashi pernah jadi poros dunianya Sano Manjirou.

“Mikey, ingat gak?” Senju buyarkan lamunan Mikey.

“Y-ya? Ingat apa? Aku tadi gak denger,” kata Mikey.
Senju cemberut lalu palingkan wajah dari calon tunangannya. Tingkahnya itu undang kekehan dari yang lain.

Sedangkan Mikey hanya bisa tatap gadis itu dalam hening. Ingatannya tentang Akashi Senju kembali ke permukaan bagai kaset film rusak karena sesungguhnya Senju adalah eksistensi yang coba Mikey lupakan.

“Senju, saat sudah besar nanti kita bersama terus ya.” Mikey yang masih kelas 6 SD menggenggam tangan Senju dengan lembut.

Senju yang masih sama mudanya itu mengangguk. “Berarti kita menikah?”

Kini giliran Mikey yang mengangguk. “Iya, aku janji akan selalu ada untuk Senju.”

“Kalau gitu, aku juga akan selalu ada untuk Mikey. Aku gak akan pernah pergi dari Mikey!” kata Senju pada hari itu.

Namun, beberapa tahun setelahnya gadis itu pergi ke luar negeri tanpa kabar. Tinggalkan Mikey yang alami kehilangan berat di Jepang.

Jika bukan karena saudara dan teman-temannya, mungkin saja Mikey tak akan pernah temui dirinya yang sekarang. Terlebih, di masa ini, ia miliki Himari Yua. Satu-satunya perempuan di hatinya.

Jujur saja lelaki itu sakit hati. Ia pernah berharap sangat tinggi, terbuai begitu dalam tapi pada akhirnya dijatuhkan. Ia merasa dibohongi dan dikhianati oleh Senju Akashi.

“M-maaf....”

“Ada apa, Mikey?” tanya Eve mewakili yang lain.

“Aku gak bisa,” desis lelaki itu.

“Aku gak bisa terima pertunangan ini.”

Tacenda | Tokyo Revengers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang