37.🐊

47.8K 6.9K 494
                                    

Ambulance keluar dari area sekolahan, terlihat seseorang yang melempar kaca dari arah rooftop itu muncul menatap kearah lapangan yang masih rusuh.

"Shitt! Kenapa yang kena malah Ayang sih! Harusnya tikus itu yang mati!" umpatnya kesal karena tidak tepat sasaran.

"Clara ... Clara ... Lo bodoh!!" lanjutnya sambil mondar-mandir menggigit jemarinya panik.

Clara jiwa yang ada di tubuh Viare, yah orang itu tak lain adalah Via. Via membenci Aiden karena ia mencintai Zora.

Menentang hukum alam memang.

Tapi cintakan tak memiliki mata, yang kehadirannya saja tak pernah bisa diduga.

Awal mulai ia memiliki rasa pada Zora adalah ketika, naik motor bersama.

Yah awal mulai ia menyukai Zora ketika ia berangkat bareng kesekolah dengan motor, di sana ia hanya terpesona dengan gaya Zora yang swag namun tak ia sangka. Awal rasa terpesona itu seiring berjalannya waktu berubah menjadi rasa suka lalu bertahap kerasa cinta.

Ini gila. Cinta memang tak terduga, awalnya Via tak 100% percaya dengan perasaannya namun ...

Rasa tak suka ketika banyak yang menatap cinta kearah Zora lalu Zora yang selalu menggoda siswa/i, semakin meyakinkannya jika ia memang memiliki perasaan lebih.

Rasanya dikuatkan dengan rasa cemburunya pada Aiden yang selalu diperjuangkan, dipeluk, cium, bahkan dibisikkan kata I love you oleh Zora setiap hari.

Hatinya cemburu, dia seolah berbisik untuk menghancurkan hubungan keduanya namun otaknya selalu berbicara jika 'Biarkan dia bahagia dengan orang yang telah dia pilih, karena kebahagiaannya adalah kebahagian mu juga'

Kata-kata itu selalu terputar ketika ia merasa kesal terhadap Aiden yang selalu mengacuhkan Zora, tetapi kata-kata itu tak lagi muncul dibenaknya ketika ia membuntuti Zora yang menuju taman belakang bersama Aiden kemarin.

Di sana, ia menatap sendiri bagaimana tulusnya Zora namun dengan kasar Aiden menyuruh menghentikan rasa.

Rasa semakin sesak menjalar kehatinya ketika wajah sendu Zora pas mendapatkan titahan itu, hingga Zora pergi dengan bahu lemas membuatnya tanpa sadar mengeram marah.

Ia berjanji akan membunuh Aiden! Yah dengan Aiden mati maka Zora tak akan lagi sakit hati, ia rela Zora bersama orang lain asalakan orang itu menerima dan menjaga senyuman manis Zora.

Karena ia tau, cintanya, perasaannya, hanya bisa ia pendam dan ia bawa hingga mati. Ia tak ingin Zora tau mengenai perasaannya.

Karena ia takut.

Takut Zora akan menjauhinya, salah satu ketakutan terbesarnya setelah mencintai Zora adalah ...

Kepergian Zora.

Di dunia gelap ini, ia hanya memiliki Zora, seorang sahabat sekaligus orang yang ia cintai. Cinta pertama dan mungkin akan menjadi cinta terakhirnya.

Namun bodohnya! Ia melupakan fakta bahwa. Gadisnya itu sangat tulus pada Aiden.

"Arghh!! Maafin gue Ra, maafin gue ..." gumamnya menunduk takut, takut Zora benar-benar pergi karena kecerobohannya tadi.

"Zora gue mohon bertahanlah, bertahan untuk gue ... Juga untuk Aiden, gue mohon bertahan Ra," Via panik, ia tak tau lagi harus apa. Hatinya gelisah, sesak, dan kecewa pada dirinya sendiri.

Dirinya telah gagal.

Gagal untuk melindungi Zora, malahan dirinyalah yang membuat Zora terluka. Via benar-benar merasakan betapa tak bergunanya dirinya sekarang.

"Tolong maafin gue ra ..."

Sedangkan di dalam Ambulance.

Aiden menahan tangisnya saat wajah Zora yang semakin memucat, tangan Aiden terangkat ingin menyentuh tangan Zora tapi urung saat ...

Grep~

Zora meraih tangan Aiden, digenggamnya tangan itu lalu diletakkan tepat di dadanya, matanya terbuka menatap Aiden yang sudah berkaca-kaca.

"Syutt, gantengnya aku masa nangis sih?" goda Zora dengan suara lemasnya.

Tangan kirinya meraih pipi Aiden, dielusnya pipi itu dengan lembut. Tatapan Zora yang sayu tapi tak memudarkan sorot mata penuh cintanya pada Aiden.

"Zora maafin saya, ini semua salah saya hikss ... Maaf, seharusnya saya yang terluka bukan kamu!" kalut Aiden, ia panik, ia takut. Seharusnya, seharusnya dirinyalah yang terbaring di sana bukan malah Zora.

Zora menggeleng.

Deg..

Deg..

Deg..

Deg..

"Masih sama, dan akan tetap sama hingga maut yang menghentikannya," kata Zora dengan suara yang sedikit memberat, "Aiden maaf."

"No! Saya yang harusnya minta maaf Zora, ini semua salah saya, jika saja saya tak ceroboh dan berdiri disana, mungkin kam–

"Syutt, takdir. Ini adalah takdir kita, aku mengerti sekarang ... Tuhan mempertemukan kita hanya untuk memberikan sebuah rasa, rasa yang tak pernah aku rasakan dan rasa yang amat indah namun sakit diwaktu yang bersamaan. Rasa yang hanya sepihak namun aku tetap kuat.

Aiden, entah firasat atau apa. Ini adalah hari terakhirku mengucapkan kata, kata yang bukan sekedar kata. Kata yang teramat berharga sangat berharga setelah seseorang merenggut paksa sebuah cahaya, namun Tuhan ternyata menggantinya dengan Cahaya baru.

Cahya yang selamanya hanya bisa ku lihat tanpa bisa ku genggam, Aideniuz I love you ..." mata Zora terpejam dengan perlahan, tangan yang tadinya menggenggam erat lengan Aiden kini terkulai lemas.

Aiden membulatkan matanya saat merasakan degup kencang di dada Zora kini semakin melemah hingga ...

Detakan itu.

Detakannya berubah!

Dia berbohong!

Dia berbohong!

"Z-zora!!" panggil Aiden dengan panik bukan main.

Air matanya sudah tak bisa lagi ia bendung, Ia merosot duduk di lantai. Tangannya menggenggam tangan pucat nan dingin milik Zora.

Aiden menggeleng.

Dia menggeleng.

Ini, ini bukan akhir dari mereka 'kan? Ini bukan akhir kisah mereka kan? KATAKAN ZORA AKAN BAIK-BAIK SAJA KAN??!!

"Haaa ZORA!! SUSTER MENGAPA INI? DETAK JANTUNGNYA MELEMAH!! DIA BAIK DIA AKAN BAIK-BAIK SAJA KAN? DIA AKAN BAIK BAIK SAJA KAN?" teriak Aiden dengan air mata yang sudah mengucur deras.

Sang suster dengan panik mengecek keadaan Zora, "Pasien kritis!! BISA TOLONG CEPATKAN LAJUNYA?! INI SANGAT BERBAHAYA!!" teriak sang suster pada supir.

Aiden tak peduli, dia memeluk Zora, telinganya ia rapatkan kedada Zora agar ia selalu mendengar debaran itu.

Berharap debarannya akan sama, tapi nihil debaran itu berbeda.

"T-tolong, Zora heyy ... Tolong jangan tutup mata kamu dulu yaa, saya mohon saya mohon untuk terakhir kalinya, tolong buka mata kamu, jangan begini ... Jangan begini saya mohon jangan begini Zora!" cerca Aiden mengguncang tubuh Zora.

"SAYA MOHON! BUKA MATA KAMU ZORA BUKA!! JANGAN MEMBUAT SAYA TAKUT!!"

♡🍀♡

I'm so sorry╥_╥

I'M ZORA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang