•••
Entah kenapa rasanya hari ini Zora lemas dan tak bertenaga, hatinya selalu gelisah seperti pertanda akan ada sesuatu yang terjadi padanya.
"Lemes banget, apa belum ketemu ayang yah?" gumamnya akan menuju kantin tapi di pertengahan koridor ada Dedek gumushnya datang.
"Kak Zoraa," sapa Jevan tersenyum manis.
"Haii Kak cantik godain Adek dong~" celetuk Kenzo menaik turunkan alisnya, Dion langsung menggetok jidat Kenzo.
"Gak sopan lu!" sentaknya.
"Ishh kan gua mau ngikutin gaya Kak Zora, Kan kak Zora panutannya akuu hehe," cengirnya malu-malu membuat Zora tersenyum lebar.
"Ken," panggil Zora pada Kenzo yang masih berdebat dengan Dion.
"Iya Kak kenapa?"
"Kamu tau gak apa bedanya matematika sama kamu?"
"Enggak tau Kak, emang a0a?" tanya Kenzo, dirinya sudah berfikir keras tapi tetap saja tak tau.
"Matematika itu bikin meledak di otak-" Zora menjeda gombalnya lalu ia meraih kedua tangan Kenzo dan di genggamnya dengan lembut, "Tapi kalo kamu, meledaknya disini ..." tunjuk Zora ke dadanya.
Telingan Kenzo bersemu merah,"K-Kak Zora bisa aja sihh!"celetuk Jevan.
"Apa sih yang gak bisa buat kamu?" goda Zora mengedipkan sebelah matanya ke arah Jevan.
"Arghh!! Aku baperrr!!" teriak Dion berlari menuju kelasnya meninggalkan Zora Jevan dan Kenzo yang melongo.
"Gak kebalik tah?" gumam Zora akan kembali menggombali dedek gumushnya tapi matanya tak sengaja menangkap sesosok tampan di sisi pintu masuk kantin yang tengah menatap kearahnya dengan dingin.
Mampus gue!. Batin Zora menepuk jidatanya, Aiden pasti salah paham nih. Jika begini hancur sudah citra tulusnya di mata Aiden yang agak ngeselin tapi ngangenin itu.
"Kakak duluan yaa," pamit Zora buru-buru mengejar Aiden yang pergi entah kemana.
"SAYANG!!" panggilnya saat Aiden pergi ketaman belakang sekolah yang jarang di pake, karena kebanyakan para murid memakai taman samping sekolah.
Zora sampai di sisi Aiden yang tengah menatap danau dengan aura gelap, terlihat jelas jika lelaki itu tengah cemburu.
"Sayang ngapain sih kamu kesini? Ini angker tau!",kata Zora melirik kiri kanan yang kebanyakan rumput-rumput liar dan tinggi. Benar-benar tak rerurus
"Ipi sih ying gik bisi biwit kimwi!" cibir Aiden dengan gaya di menye-menye.
Zora mengerinyitkam dahi bingung, "Kamu kenapa sih Ay? Dan tadi kenapa gak jadi kekantin? Nanti per–
"Jangan sok peduli terhadap saya Zora, sana pedulikan saja tiga dedek gwmws mu itu!" sinis Aiden, jujur saja hatinya panas saat melihat Zora menggenggam tangan anak kelas sepuluh tepat di depan umum tadi.
Mana pake gombalan lagi, di kedip-kedipin juga lagi matanya, benar-benar buaya darat!
Zora mengulum bibirnya agar tak tersenyum lebar, "Kamu cemburu hm?"
Aiden menalihkan fokusnya pada danau, jantungnya tiba-tiba berdebar kembali. Ini gila masa ia cemburu? Hilih males banget cemburu sama buaya.
"Gak, biasa aja tuh."
"Boleh peluk?" tanya Zora.
"Kau memeluk saya ditempat umum itu sering Zora, kenapa sekarang sok sokan meminta izin segala?" sewot Aiden kesal sendiri, ah mengingat adegan itu benar-benar meluapkan rasa kesalnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ZORA?
FantastikCerita tentang Giska si buaya cap rawa-rawa yang transmigrasi ke tubuh figuran. ________ Cover by : @snowyEllncy