32.🐊

55.2K 8.4K 267
                                    

•••

Pagi ini Zora tengah duduk di ruang tamu mansion keluarga Dirgantra, sedang apa? Tentu saja sedang menunggu Nona Via bersiap.

"Ra," panggil Albara, membuat Zora mengalihkan fokusnya kedepan.

"Kenapa Bang?" tanyanya, Bara tertegun. Ada rasa sesak ketika gadis di depannya tak lagi memanggilnya dengan embel-embel jamet.

Apa dia kecewa saya dijodohkan? Jika benar- "Saya terpaksa ra," celetuk Bara membuat Zora mengerinyit bingung.

"Terpaksa kenap–" belum selesai ia berbicara, tanganya sudah ditarik oleh Bara dan dibawanya ketaman belakang.

"Eh kenapa pake narik-narik segala sih Bang? Kan bisa pelan-pelan,"

"Maaf, saya mau bilang kalo saya terpaksa menerima perjodohan ini, orang tua saya awalnya menjodohkan Riona dengan Arhan, tapi si sialan itu menghilang dan sulit ditemukan sampai sekarang," jelas Bara kesal.

Jujur dia kesal pada orang tuanya, kenapa Riona malah dilimpahkan padanya sih? Kan ia hanya menyukai Zora, eh?

Yah dia sudah benar-benar terpincut oleh gadis buaya ini, tapi sayangnya Adiknya malah menghilang bak ditelan bumi dan meninggalkan Riona yang sudah dijodohkan sejak kecil dengan Arhan.

Alhasil orang tuanya mendesaknya untuk ia menjadi pengganti Arhan. Lebih sialnya ia tak bisa menolak, karena jika menolak. Keluarga Dirgantra bakal memiliki lebih banyak musuh.

"Gue ngerti kok Bang, jadi coba aja buka hati buat Riona. Yaudah yaa gue mau ke kamar Adek lo dulu," pamitnya akan pergi tapi di cegat Bara.

"Tapi saya suk- ah enggak saya mencintai kamu Ra, saya jujur saya sudah jatuh kedalam pesonamu dari sejak kita pertama kali ketemu!" pungkasnya dengan gugup.

Zora terdiam kaku, ia memegang jantungnya yang biasa-biasa saja, sudah ia bilang kan. Jika Zora berkata sudah mencintai seseorang maka ia akan tetap teguh dan tak bisa diganggu gugat, meskipun godaan banyak.

"Maaf Bang, mungkin ini akan menyakiti hati lo tapi ini lebih baik dari pada lo terus berharap ke gue. Tolong hapus rasa lo ke gue karena gue gak bisa membalasnya, gue udah suka orang lain."

Deg.

Sesak itulah yang dirasakan Bara saat ini, apa dia telat mengungkapkan? Maksudnya apa jika ia memperlihatkan rasanya lebih dulu Zora bisa membalasnya?

"Tapi Ra, membuang rasa suka ditahap mencintai itu sulit," lirihnya menunduk dalam.

Duh pusing pala aike. Batin Zora.

"Rasa akan hilang seiring berjalannya waktu dan gue percaya lo bisa Bang," setelah mengatakan itu Zora pergi dari sana meninggalkan Bara.

Bara menatap punggung Zora yang makin lama makin menjauh, "Kalo itu mau kamu, saya akan mencobanya."

***

Ini sudah menunjuk pukul 17.35 tapi Zora masih santainya duduk di kursi pojok ruangan rapat Osis. Ia tengah menunggu Aiden yang tengah sibuk rapat. Kenapa ia bisa menunggu Aiden? Karena tadi pas di kantin ia yang mengajak cowok itu untuk pulbar.

Para siswa/i yang tak memiliki kegiatan lagi sudah pulang dan hanya tinggal beberapa anak osis bersama tim basket di ruangan ini.

Katanya minggu depan ada tanding antar sekolah lagi, tapi kaptennya malah menghilang dan tak ada kabar sama sekali sampai sekarang.

"Jadi, apa Dave sudah memberi kabar Arios?" tanya Aiden pada wakil ketua basket sekaligus sahabat dekat ketua basket itu.

"Para orang tua sudah mencari dan menyewa detektif bahkan hacker untuk mencari posisi Dave, tapi sampai sekarang belum ada titik terang!" jawab Arios.

"Mengapa hilangnya Dave bisa bersaman dengan hilangnya Ketua Osis lama?" celetuk Bella si wakil ketua Osis baru.

Semua menggeleng tak tau, Zora yang mendengar hanya tersenyum tipis di sela-sela menonton kartunnya.

Aiden menghela nafas pelan, matanya melirik kerah bangku pojok yang diduduki oleh Zora.

Gadis itu terlihat santai dengan headset dan kaki yang disilang bak lakik, benar-benar menganggap ruang rapat Osis seperti tongkrongan-_-

Zora yang merasa ditatap seseorang pun melirik ke sipenatap, saat melihat Aiden ia dengan segera mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum manis.

Aiden yang ketahuan menatap Zora pun dengan gelagapan menatap tumpukan dokumen di depannya, telinganya memerah dengan jantung yang berdebar.

Kedipan dan senyuman Zora itu benar-benar membahayakan jantungnya, perutnya serasa digelitik oleh beribu-ribu kupu-kupu yang

Membuatnya semakin gugup, dan hanya bisa menunduk menatap pahanya sambil mengulum bibir agar tak tersenyum lebar, ia harus tetap cool! Jangan sampai Zora menyadarinya kalo ia tengah terpesona, bisa berabe!

Sedangkan Zora sudah gemas sendiri saat melihat Aiden yang tengah malu sampai menunduk, ia tersenyum semakin lebar lalu tanganya segera mengetikan pesan.

Ma'lope🍑💗

Lucu banget sih calon Papa
dari anak-anak aku|

Yang coba lihat kesini|
17.46 Pm.

•••

Ting.

Aiden melirik ponselnya yang tertara chat dari Zora, ia sontak menoleh kearah Zora namun lagi-lagi ia harus menunduk malu.

Di sana Zora memberikan gestur love dengan kedipan serta ciuman mautnya, membuatnya tak bisa menahan untuk tak tersenyum lebar.

Zora yang melihat itu semakin gemas, ah menggoda Aiden ternyata bisa sebahagia dan selucu ini.

Sedangkan para anggota Osis dan Arios yang melihat itu sungguh merasakan betapa hirinya melihat kelakuan buaya rawa dan ketos manis seperti Aiden yang tengah malu-malu di sana.

"E-ekhmm, Jadi sudah diputuskan jika Arios akan menjadi ketua untuk sementara lalu mencari dua anggota baru," dehem Aiden mencoba tetap tenang di era gempuran hatinya yang menggedor minta salto.

"Iya Pak ketos, saya setuju!" sahut Bella, yang dianggkui beberapa anak Osis lainnya.

"Baiklah rapat selesai, terima kasih untuk semuanya dan kalian boleh pulang," ucap Aiden seraya membereskan dokumen data-data yang menumpuk di meja.

Beberapa anggota osis keluar dari ruangan, Arios beranjak berdiri lalu melirik sekilas kearah Zora yang masih asik bermain ponsel dipojok.

Menghela nafas lesuh, ia akhirnya memilih keluar dari ruangan itu. Kini tinggalah Aiden dan Zora.

Sadar semuanya telah keluar, Zora pun beranjak berdiri lalu melangkah menuju Aiden yang tengah sibuk memasukan barang-barangnya ke tas, "Udah beres Ay?"

"Kamu bisa gak sih gak berbuat kayak tadi?" Aiden langsung mengomel membuat Zora menaikan sebelah alisnya bingung.

"Kaya tadi? Maksudnya kaya gimana?" bingungnya menatap penuh tanya.

"Kaya gini!" Aiden segera memperagakan gaya Zora yang tadi, dimulai dari mengedipkan mata lalu membuat lope dan terakhir mencium angin kearah Zora.

"Arghhh! Lemes bestie dicium sama dikedipin Ayanggg sore-sore!!" seru Zora dengan dramatis memegang dadanya yang  berdebar kencang.

♡🍀♡

Aiden ucull amat siii😘

I'M ZORA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang