26.🐊

65K 9.3K 450
                                    


WARNING!!

ADA ADEGAN SIKOPET!!

•••

"Jawab jujur, siapa yang merencanakan pembunuhan ke orang tua gue?" tanya Zora dengan suara dingin.

"Erlan/Arhan!" seru Arhan dan Dave berbarengan.

Zora tertawa, akhirnya si ketos tampan itu membuka suara, "Lo gak bisu ternyata, pengawal nyalakan semua lampu dan kamera!"

Ctak!

Deg!

Mata ketiganya menyipit kala ruangan yang tadinya minim cahaya kini begitu terang bak cahaya ilahi.

Jantung mereka berdebar was-was kala mendengar kata 'kamera'. Ini mereka tak akan berakhir seperti Adora kan?

Oh tidak! Meraka lebih baik meminum racun dari pada di gorok hidup-hidup oleh Zora!

"Z-zora lo gak gila kan?" gagap Erlan takut-takut, bahkan lututnya sudah gemetar.

"SIALAN! LEPAS BANGSAT!" teriak Arhan panik, bahkan matanya sudah perih kala kilatan benda tajam yang memantulkan silauan lampu yang begitu jelas tepat ke matanya.

Sratt!

Pisau tajam berhasil merobek mulut Dave hingga tembus ke telinga, membuat suasana hening sesaat.

"AWRGHH SWALAN KWU ZWORWA!!" teriak Dave kesulitan, darah yang kini mengucur membuat Arhan lemas bukan main.

Phobianya. Phobianya kembali kambuh, sialan! Ini mengerikan.

"Ck. Berisik! Bukannya lo sangat amat mencintai si dora budeg? Yaudahlah gue jabanin, mau main dulu atau langsung? Eh tunggu, gimana kalo kita main-main dulu? Gue juga udah janji tadi sama mereka kalo gue bakal kasih tontonan spesial," Zora tertawa seraya menarik lidah Dave keluar lalu menggeseknya dengan pisau berkarat hingga lidah itu patah.

Dave semakin menjerit, "AWGGGG!!"

Zora tertawa kencang, sungguh ada kesenangan tersendiri saat melihat darah mengalir dengan deras seperti ini. Apa lagi darah ini milik orang bermuka dua.

Eh ngomong-ngomong tentang darah, Zora sontak menoleh kearah dua bedebah yang kini sudah pucat pasih. Bahkan air muka Arhan lebih buruk lagi.

"Kemarikan lem yang ku pinta!" pengawal segera memberikannya, Zora mendekati Arhan membuat pemuda itu ngesot menempel ketembok menjauhi Zora dengan takut.

"J-jangan mendekat sialan!" sentaknya, jujur tubuhnya ini cowok tapikan jiwa dirinya ini perempuan!

Sial! Jika tau akan seperti ini, ia pasti akan meracuni makanan Zora di kantin atau apalah agar Zora mati!

Zora mengelem kedua kulit klopak mata Arhan dan menempelkannya tepat dialis membuat mata itu melotot dan tak bisa terpejam.

Ia juga melakukan hal yang sama pada Erlan, ia akan memberikan tonton indah dan premium ini tanpa jeda iklan, yah keduanya harus melihat itu tanpa ada jeda kedip sedikitpun.

Kapan lagi menonton permainan yang dibuat oleh Zora?

Terlebih ini sangat spesial.

"Wow, emang yah kalo orang gantengmah mau di gimanain juga tetep ganteng," goda Zora merasa bangga dengan karyanya.

"Kau sialan! Gua bakal bunuh lo! Yah gua bakal bunuh lo apapun yang terjadi lo harus matii!! Mati lo sialan!!" teriak Arhan memberontak, karena tubuhnya ditahan dua bodyguard yang membuatnya sulit untuk bergerak.

"LEPASIN GUA IBLIS!!" teriak Erlan yang sama ditahan oleh dua bodyguard agar tetap berdiri.

Senyuman Zora luntur. Lalu dia menatap lekat Arhan, "Kalian tau? Apapun yang gue mau harus gue dapetin bahkan dengan cara kotor sekalipun, dan tentunya gue bisa mendapatkannya termasuk lo Arhan, masih ingat dengan ucapan gue ditaman hm? Dan sekarang akhirnya lo jadi milik gue," senang Zora mengelus lembut wajah Arhan yang begitu halus.

"Sayangnya, wajah sempurna ini dirasuki oleh wanita. Haha jika saja lo masih berjiwa asli, mungkin ini semua tak akan pernah terjadi!" ekspresi Zora berubah dingin, lalu ia menampar wajah Arhan dengan kencang.

"Menjijikkan!" umpatnya mengambil palu dan berjalan kearah Dave yang sudah lunglai lemas karena pendarahan.

Bugh!

Zora memalu jari jemari panjang nan indah milik Dave.

"AWWHH"

Bunuh aja gua sialan! Lo sialan Zora!. Batin Dave manatap Zora dengan penuh kebencian.

Srat!

Zora menancapkan pisau kepaha Dave lalu menariknya hingga semata kaki membuat luka menganga dan panjang kebawah, Dave sudah tak punya tenaga lagi untuk membuka suara.

Terlebih lidah dan bibirnya sudah dirobek mebuatnya semakin kesulitan untuk berbicara, matanya berkunang+kunang seakan memintanya untuk terpejam.

Ah apakah ini ajalnya? Jika waktu bisa diputar kembali. Ia lebih baik kehilangan Adora dibandingkan berhadapan dengan iblis bermuka indah seperti Zora.

Yah ia tak ingin mengenal Zora, jikapun ia mengenalnya. Ia tak akan mau terlibat lagi.

"Satu hal yang harus lo tau Dave, semua cerita itu bohong. Adora dan Arhan adalah garis takdir yang sebenarnya dan lo hanya Antagonis, mengapa Adora tak penah menatap lo itu adalah takdir. Ia yang menciptakan alurnya seperti itu, masih ingat dipantai? Semoga hari itu lo gak lupa," bisik Zora menatap sendu tepat ke netra indah milik Dave.

Dave tertegun, ia tak bisa berkata-kata. Apa maksudnya ini? Sekarang, omongan siapa yang harus ia percayai?

"Gue mencoba menghibur lo tapi balasannya? Haha. Andai lo ada diposisi gue Dav, Mendapatkan setitik cahaya tapi dengan mudah kalian renggut lalu dikirim dengan surat penuh warna. Bukanya itu lebih menyakitkan dibanding rasa apapun?"

Deg!

Jantung Dave yang mendengar itu serasa mencelos.

"Di kehidupan nanti semoga lo gak jadi sadboy lagi, dan tolong jangan pernah tolol cuma karena cinta."

Sratt!

Zora menebas kepala Dave dengan sekali ayunan. Darah muncrat kemana-mana hingga mengenai wajahnya.

Kepala Dave menggelinding tepat kehadapan Arhan dan Erlan.

Arhan tak kuat lagi lalu pingsan di tempat, sedangkan Erlan terdiam kaku.

"Erlan," panggil Zora namun sedetik kemudian kepala Erlan juga ikut menggelinding dan terpisah dari tubuhnya.

Prang!

Zora melempar katana yang sudah dipenuhi darah segar dan hangat itu.

"Ck membosankan!" decaknya sebal, gara-gara menceramahi Dave. Mood membunuhnya jadi hilang.

Mata Zora menatap kepala Dave dan Erlan lalu ia tersenyum lebar, "Sudahkah freezer yang saya pinta siap?"

"S-sudah Nona," gagap sang pengawal, sungguh dirinya tak kuat berada di ruangan yang amat bau anyir dan menjijikan juga menyeramkan ini.

"Bagus, ambil kantong plastik yang besar dan bantu saya memunguti tulang dan daging mereka." pinta Zora seraya meraih kapak untuk mencincang tubuh kedua orang yang sudah tak memiliki kepala ini.

"Baik Nona," serunya akan keluar tapi kembali di cegat.

"Bawakan plastik yang banyak untuk menampung darahnya, karena peliharaanku pasti akan sangat senang meminum susu merah ini," ujar Zora menatap Arhan yang masih pingsan.

"B-baik Nona. Mengerikan! Saya tebak, anak muda itu akan gila dalam waktu tiga hari!!" Batinnya bergidik ngeri seraya keluar dari ruangan bak neraka itu.

Zora mengambil katananya dan menguliti tubuh Dave juga Erlan, lalu ia beralih ke kapak untuk mencincang tulangnya.

Karena keras jadi ia menggunakan gergaji yang tajam, untuk apa? Tentu saja untuk memberi makanan sehari-hari Arhan, lalu darahnya untuk minuman pengganti wine yang akan di hidangkan spesial bersama Steak untuk si tampan ini Haha.

"Gak usah bilang makasih, gue emang baik Thor," kata Zora tersenyum manis kearah Arhan yang masih tergeletak pingsan.

♡🍀♡

Gak kebayang makan daging manusia + darah manusia setiap hari🗿

I'M ZORA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang